03

Di tempat yang sama , Olivia masih terdiam dan menatap kedua wanita yang tengah gembira ini.

''Sebenernya ada apa ini?'' Tanya Olivia pada kedua wanita didepannya.

''Bukankah sudah kami kasih tau kalau kau harus menyiapkan diri. Kami juga sudah membicarakan ini dengan orang tuamu kemarin.'' Jawab Chalondra , Olivia semakin bingung dan tercengang.

''Kalian membicarakannya? Dan kedua orang tuaku setuju?'' Tanya Olivia memastikan.

''Benar , mereka setuju.'' Sahut kedua wanita itu.

''Kalian membicarakannya di kuburan? Apa kalian bisa bicara dengan orang yang sudah tiada?'' Tanya Olivia yang membuat kedua wanita itu membulatkan matanya.

''Apa?!!'' Kaget kedua wanita itu bersamaan. Olivia duduk di sebelah nenek dan menatap intens kedua orang itu.

''Ayah sudah meninggal setengah tahun yang lalu dan ibu 1 tahun yang lalu. Apa kalian bicarakan ini dengan mereka di kuburan? Tapi kalian bilang mereka setuju , apa kalian bertanya padanya? Bagaimana caranya? Beri tahu diriku agar bisa bicara pada mereka.'' Olivia terus bertanya karna menurutnya jika mereka bisa kenapa dirinya tidak bisa.

Chalondra dan nenek Grizelle saling menukar pandangan. Mereka sepertinya juga bingung apa yang di ucapkan Olivia. Di tengah kebingungan yang terjadi , tibalah seorang wanita cantik dan seksi ke kamar itu dengan terburu-buru.

''Maaf nek , kak , aku terlambat.'' Ujar Wanita itu sambil menurunkan dress ketat miliknya.

Ketiga wanita itu langsung berdiri dan menatap wanita yang baru saja datang. Setelah beberapa detik mengamati , nenek Grizelle langsung angkat bicara.

''Terlambat , kau didiskualifikasi. Pergilah , katakan pada orang tua mu kalau perjodohan ini di batalkan.'' Ucap tegas nenek , Chalondra juga seperti tidak menentang setelah melihat penampilan wanita itu.

Ada bekas merah di leher dan dadanya , lipstik yang ia gunakan juga sedikit belepotan. Itu menandakan kalau dirinya baru saja abis menghabiskan waktu dengan pria lain. Wanita itu tidak bisa membantah atau keluarganya akan jadi tumbal dari ucapannya. Ia pergi dengan diam dan menunduk.

''Jadi kita salah sasaran nek , gadis tadi yang seharunya menjadi calon istri Christian. Tapi tidak apa , gadis yang ada disini juga terlihat baik dari pada wanita tadi.'' Ujar Chalondra melirik Olivia.

''Benar sekali , kau adalah cucu menantuku sekarang.'' Olivia memundurkan satu langkahnya lalu mencerna ucapan mereka.

''Tunggu sebentar , jadi yang kalian maksud bicara dengan keluarga ternyata wanita tadi? Lalu kalian ingin aku menikah dengan pria tadi?'' Kedua wanita itu mengangguk dengan tersenyum penuh harap.

''Tidak , aku tidak akan menikah dengan pria seperti dia. Pria sombong dan arogan , ia juga seenaknya berfikir tentang orang lain. Aku tidak mau.'' Beberapa detik kemudian Olivia mengingat tujuannya ke lantai atas hingga sampai di kamar ini.

''Ya ampun , Charlotte!!!'' Pekik Olivia lalu berlari keluar , gadis itu sekarang berlari sangat cepat untuk mencari sahabatnya dan meninggalkan kedua wanita yang tak di kenalnya.

Langkah kaki Olivia terus membawanya ke lantai bawah. Ia merasa kalau Charlotte tidak berada di lantai atas. Dirinya berlari turun hingga kedepan bar. Matanya yang jeli tertuju pada gadis yang kini tengah berdiri sempoyongan di depan seorang pria.

Gadis itu terus menunjuk-nunjuk pria tadi dan tertawa. Olivia perlahan menghampiri gadis itu.

''Wahhh......Enak.....'' Ujar Charlotte dengan tubuh yang tak bisa berdiri tegak.

''Minggir nona....'' Ujar Pria itu dengan wajah datarnya.

''Syutttttt.......'' Charlotte menaruh telunjuk di depan bibir ranumnya.

''Wahhhh.......Ayam gorengku bisa bicara ya? Maaf sepertinya aku harus memakan mu. Tapi tenang saja , aku hanya akan memakan mu dan menyimpan mu di perutku. Aku tidak akan mengeluarkan nya lagi hehehe......'' Ujar Charlotte , lalu kedua telapak tangannya menangkup pipi pria itu dan mencium bibirnya.

Cup.

Charlotte menggigit bibir pria yang tengah berdiri mematung. Mereka kalau bibirnya sakit , pria itu mendorong gadis itu dan hampir terjatuh.

''Charlotte....'' Panggil Olivia dan memegangi temannya , ia melihat jelas kejadian tadi dan ia bingung harus berbuat apa.

''Ck , gadis bodoh.'' Ucap pria itu dengan mengusap bibirnya yang sedikit berdarah.

''Dia tidak bodoh , kamu emang sengaja ya? Mau cari kesempatan dalam kesempitan.'' Olivia menatap sahabatnya , gadis itu sangat mabuk berat karna menopang tubuhnya saja tidak mampu.

''Heh! Lihat terlebih dahulu situasinya. Yang saya seharusnya tiba 15 menit yang lalu , kini saya harus terlambat karna temanmu itu. Dia berdiri di depan mobil saya , apa saya harus menabraknya tadi?'' Ketus pria itu lalu menuju mobilnya dan menutup pintu mobil dengan kasar.

Tin.

Tinnn.

Olivia tidak bicara dan minggir dari sana , pria itu melajukan mobil dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

''Ayam gorengku!!!'' Teriak Charlotte sambil melambaikan tangan , Olivia dengan kesal memukul tangan Charlotte.

''Ayam goreng , ayam goreng. Jika di culik bagaimana? Bahkan tulang ayam pun kamu tidak akan dapat.'' Olivia sedikit menyeret tubuh Charlotte karna tubuh gadis itu mulai kehilangan tenaganya.

****

Keesokan paginya , di kosan kecil milik Olivia. Charlotte terus keluar masuk kamar mandi karna muntah. Ia memuntahkan semua isi perutnya kemarin. Olivia hanya diam dan memasak di dapur. Dirinya juga menyiapkan makanan penghilang mabuk untuk sahabat baiknya.

Makanan sudah terhidang di meja kecil yang biasa di gunakan makan oleh mereka. Gadis itu keluar kamar mandi dengan wajah yang sangat lelah dan mengantuk. Ia duduk di depan sahabatnya yang masih menatap kesal dirinya.

''Kenapa kamu bisa mabuk? Bukankah kamu hanya minum cola?'' Tanya Olivia dengan tatapan elang miliknya.

''Aku kehausan terus tidak sengaja meminum minuman orang lain. Tanpa bertanya.'' Ucap Charlotte dengan nada kecil di akhir kalimatnya.

''Huhhh! Sudahlah , istirahat saja dirumah hari ini. Aku akan meminta cuti sehari untukmu.'' Charlotte hanya mengangguk lalu mengambil makanan yang tersedia.

Mereka makan dengan diam , kedua gadis itu memilih diam karna masih lelah akibat kemarin. Selesai sarapan Charlotte naik ke atas kasur dan terlelap , sedangkan Olivia berangkat kerja.

***

Siang harinya , terdengar keributan di dalam restoran. Olivia yang baru saja selesai mencuci piring , ikut berjalan pelan menuju depan.

"Kenapa semuanya sepi?" Gumam gadis itu kala melihat semuanya menghilang kecuali kursi dan meja. Tadi saat ia kemari juga semua teman dan manager tidak terlihat batang hidungnya.

"Dengan nona Olivia?" Ucap seseorang yang datang dengan setelan jasnya kerjanya. Ini kan pria tadi malam yang bertengkar denganku? Pikir Olivia.

''Iya , ada apa?'' Tanyanya dengan hati-hati.

''Silakan duduk di meja ini , bos saya ingin bertemu dengan anda.'' Ujar pria itu dengan sopan lalu berdiri di depan pintu.

Olivia hanya menurut saja , ia duduk dengan menatap ke arah pintu. Siapa bos yang ia maksud?

Saat pintu terbuka , seorang pria tampan dengan rambut yang di cepak ke kanan. Dan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya menambah kesan plus untuknya. Cara berjalannya hingga duduk pun dirinya terlihat sangat arogan. Olivia tau siapa pria itu.

''Saya tidak akan basa-basi lagi , pernikahan sudah di tentukan dan itu besok.'' Ucap tegas pria itu yang tidak lain adalah Christian.

''Hah!! Kau pikir diriku akan mau menikah denganmu? Tidak!'' Tolak Olivia dengan penekanan.

''Ck , menyusahkan saja. Gilbert!'' Pria yang kemarin itu bernama Gilbert Maverick , sahabat baik sekaligus sekretaris dan kaki kanan Christian.

Gilbert memberikan iPad kepada Christian. Pria itu memperlihatkan ancaman untuk Olivia.

''Pikirkan baik-baik , kamu ingin rahasia ayah mu yang telah tiada itu terungkap. Bahwa dia mencuri di salah satu bank milikku untuk keperluan rumah sakit istrinya. Aku bisa menuntut hal itu meski ia sudah tiada. Pikirkan lah , ku beri waktu 30 detik untuk menjawab ya atau tidak.'' Ucap Christian dengan wajah datarnya.

Jika bukan karna neneknya , Christian tidak akan menikah ataupun memaksa seperti ini. Ia tadi pagi harus mendengar desakan neneknya , yang terus meminta agar membujuk Olivia menikah dengannya. Bahkan neneknya sampai mengancam untuk tiada , Christian yang sangat menyayangi neneknya tidak bisa mendengar hal semacam itu. Hingga membuatnya harus melakukan hal semacam ini hanya untuk seorang gadis yang bahkan ia baru temu 2 kali.

Pria itu melipat kedua tangannya di dada dan menatap Olivia dengan wajah tanpa ekspresi. Olivia bingung , dirinya memang tau ayahnya mencuri karna biaya rumah sakit yang tinggi. Sedangkan mereka bukanlah orang kaya , hingga membuat ayahnya melakukan hal itu.

Olivia bingung , apa yang harus ia lakukan. Jika ia berkata tidak maka berita ini akan tersebar dan nama ayahnya akan jelek meski ia sudah tiada.

''Jawabnnya?'' Tanya pria itu , Olivia memejamkan matanya beberapa detik lalu menjawab.

''Ya , aku setuju.'' Ujar Olivia dengan terpaksa.

Dengan isyarat tangan , Gilbert menaruh berkas di depan Olivia.

''Ini adalah kontrak tertulis , dimana tampa persetujuan dari tuan Christian maka anda tidak bisa menggugat cerai. Dan dimana tuan Christian ingin bercerai maka perceraian akan berlangsung detik itu juga.'' Jelas Gilbert , Olivia menatap tajam pria yang ada di hadapannya itu.

''Aku akan menandatangani ini dengan satu syarat.'' Christian menaikan satu alisnya.

''Apa situasi mu sekarang mendukung negoisasi?'' Tanya Christian.

''Bukan syarat tapi permohonan , aku ingin mengajak sahabat ku bersama denganku dan aku ingin terus bekerja.''

''Apa temanmu itu tidak punya rumah? Kenapa harus tinggal dengan mu?'' Mereka berdua saling menatap saat beradu argumen , mereka seperti tidak mau mengalah satu sama lain.

''Aku hanya tidak mau dia tinggal sendiri , ini adalah tanggung jawab yang di berikan oleh orang tuanya padaku.'' Ujar Olivia tegas.

''Hmm , untuk pekerjaan mu aku tidak peduli.'' Setelah mengucapkan itu , Christian pergi tanpa pamit. Olivia menandatangi kontrak itu dengan perasaan yang masih ragu.

''Permisi tuan Gilbert? Maksudnya hmm itu apa?'' Tanya Olivia sebelum Gilbert melangkah.

''Berarti tuan mengizinkan.'' Pria itu juga langsung pergi sama seperti bosnya. Sangat tidak sopan.

Semua orang kembali datang dari arah depan setelah mendapat isyarat tangan dari Gilbert. Semuanya seperti tidak terjadi apapun dan melakukan hal biasanya. Olivia juga melanjutkan pekerjaannya tanpa bicara.

Bersambung...………………

...****************...

...Terima kasih sudah membaca 😘...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!