Malam harinya , di bar yang sudah di tentukan. Olivia dan Charlotte sudah berdiri di depan bar , banyak sekali pengunjung yang datang dan pergi.
''Makanan! Aku datang!" Ujar Charlotte dengan menarik tangannya keatas tanda senang.
"Ingat jangan asal makan!!!." Olivia sedikit berteriak karna Charlotte sudah masuk dengan berlari kecil.
Olivia duduk dengan Charlotte di salah satu meja yang kosong. Sepertinya bar ini sangat ramai dan banyak begitu pria hidung belang disini. Olivia bagai mata elang yang terus menatap sekitar agar terkendali dan aman untuk Charlotte.
"Hay , kalian mau pesan apa? Nanti aku bawakan kesini.'' Ujar Seorang pria yang berpakaian kasual dengan kaca mata sebagai khasnya.
''Aku mau semua makanan yang enak ya ketua kelas.'' Pria yang di panggil ketua kelas oleh Charlotte hanya mengangguk.
''Dan satu lagi ketua kelas , aku mau air putih juga ya?.'' Tambah Charlotte lagi.
''Maksudnya minuman tanpa alkohol , cola contohnya.'' Timpal Olivia menjelaskan karna melihat ketua kelas sedikit bingung.
''Kamu bilang tadi air putih kan Olivia? Kenapa jadi cola? Kan beda warna dan rasa?'' Tanya Charlotte bingung , karna di rumah tadi Olivia memintanya meminum air putih saja tapi sekarang kenapa berbeda? Pikirnya.
''Iya sama aja , yang penting tidak beralkohol.'' Ujar Olivia dan diangguki oleh Charlotte.
Beberapa menit kemudian , makanan sudah tersaji di meja mereka. Charlotte yang sudah tidak sabar , dengan cepat meraih piring itu dan makan dengan puas. Olivia juga ikut makan sesekali mengawasi sekitar.
''Charlotte , tunggu disini ya? Jangan kemana-mana , aku mau ke kamar mandi sebentar.'' Tekan Olivia , Charlotte mengangguk sambil sibuk dengan mulut yang tak hentinya mengunyah.
Kepergian Olivia , tibalah seorang pria yang sepertinya tidak sengaja menaruh minumannya di meja Charlotte. Pria itu sibuk menelepon seseorang yang sepertinya sangat penting.
Charlotte yang merasa haus karena minumannya sudah habis , matanya tertuju pada minuman di gelas pria itu.
''Ini sama-sama hitam sepertinya ini cola.'' Ujar Charlotte lalu meminumnya hingga tandas tanpa meminta izin sang pemilik.
Pria yang menyadari kalau minumannya tadi menghilang , ia menatap gadis yang sedang meneguk minumannya.
''Jangan nona!!!'' Pekik pria itu dan sayangnya sudah terlambat karna Charlotte sudah meneguk semuanya.
''Iyekk......Kenapa rasanya pahit begitu? Eh? Maaf kak , minumannya aku habisin. Ini cola kan?'' Tanya gadis itu dengan polosnya.
''Oh ****!!" Umpat pria itu lalu pergi dari sana. Charlotte yang merasa kepalanya berputar reflek memegang kepalanya.
"Apa ada gempa? Kenapa semua orang terlihat berputar?" Gumam gadis itu sambil terus menggeleng untuk menyadarkan dirinya.
Di sisi lain , saat Olivia sudah keluar dari kamar mandi. Ia menuju mejanya tadi dan matanya tak menemukan sosok gadis yang dicarinya. Wajahnya mulai panik , dimana ia bisa menemukan Charlotte di lautan manusia ini?
Ketua kelas yang melihat Olivia kebingungan , menghampiri Olivia.
"Kau mencari Charlotte? Ia tadi ku lihat naik keatas." Ujarnya memberitahu.
Olivia tanpa berfikir langsung menuju atas , di lantai atas lebih banyak pria dan semuanya melihat Olivia. Gadis itu tidak peduli dan matanya sibuk mencari sahabatnya itu sebelum terlambat.
Olivia terus berkeliling , dan matanya tak henti-hentinya mencari keberadaan Charlotte. Hingga Olivia tiba di sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka. Dari luar kamar itu terlihat sangat gelap , karna penasaran Olivia membuka kamar itu dan saat ia sudah masuk , pintu kamar langsung tertutup sendiri.
Mata gadis itu tertuju pada pria yang duduk santai di atas ranjang , dengan kaki yang di naikkan satu dan menyandar pada kepala ranjang. Tangan pria itu memegang wine dan sesekali meneguknya.
Pikiran Olivia mulai traveling , ia menyadari kalau dirinya salah masuk tempat. Perlahan Olivia memundurkan langkahnya , matanya terus memperhatikan gerak-gerik pria itu. Karna kamar yang begitu gelap , Olivia sama sekali tidak melihat wajah pria itu.
''Tidak perlu kabur , saya juga tidak tertarik denganmu.'' Ujar Pria itu sambil meneguk wine nya , langkah Olivia terhenti setelah mendengar ucapan itu.
Suaranya seperti pernah didengar oleh Olivia tapi ia lupa dimana? Belum sempat Olivia menjawab sudah di beri pertanyaan oleh pria itu.
''Berapa uang yang di berikan nenek untukmu? Saya akan memberikan uang lebih banyak dari itu. Ada cek kosong di meja sebelahmu , isi berapa pun yang kau mau dan pergilah.'' Ucap arogan pria itu , Olivia menautkan kedua alisnya tanda tidak suka pada ucapan pria itu.
''Dengar ya tuan , anda pikir saya wanita seperti itu? Saya kesini karna salah masuk kamar , jadi tolong jauhkan pikiran buruk anda.'' Balas Olivia tidak terima tuduhan itu.
Pria itu tersenyum miring , '' Hah! Memang banyak wanita yang sering mengatakan seperti itu dan pasti akhirnya minta pertanggung jawaban. Licik sekali!'' Ketus pria itu dengan perlahan meringsut turun dari ranjang.
''Sialan! Wanita mana yang sering menggunakan kata-kata seperti itu , sekarang tidak akan ada yang percaya dengan kata-kata itu lagi.'' Gumam Olivia , pria itu sudah berdiri di sebelah nakas dan tangannya sibuk mengisi gelasnya yang kosong dengan wine baru.
''Jangan hanya seperti batu disana dan merusak pemandangan , cepat pergilah!'' Usir pria itu tanpa menoleh.
''Saya juga tidak berniat berdiam lama disini bersama pria arogan seperti anda.'' Olivia berbalik , tapi keriuhan sudah terdengar dari luar sebelum dirinya melangkah.
''Ada apa diluar?'' Tanya Olivia pada diri sendiri , Olivia memundurkan sedikit langkahnya karna terdengar pintu yang seperti mau di dobrak paksa dari luar.
Brak!!
Saat pintu terbuka , lampu juga ikut menyala. Banyak mata yang kini tertuju pada Olivia yang masih bingung dengan situasinya. Satu wanita paruh baya dan juga seorang wanita cantik menghampiri Olivia dengan wajah yang sendu.
''Nak kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Apa dia melukaimu? Jawab nak!'' Ujar wanita paruh baya itu dengan tidak sabaran karena Oliva masih diam.
''Adik! Aku tidak nyangka kalau kamu akan berbuat seperti ini , kamu harus bertanggung jawab. Lihat bahkan dirinya tidak bisa bicara karna syok , benar kan nek?'' Ucap wanita cantik itu dengan memegang pundak neneknya.
''Benar! Kalian semua menjadi saksi atas kejadian ini , cucuku akan menikahimu segera. Kamu tidak perlu khawatir nak.'' Ujar yang di panggil nenek itu.
''Ah , tidak nyonya! Semua yang kalian pikirkan tidak benar! Sebenarnya-'' Olivia ingin menjelaskan tapi sudah di sela oleh nenek itu.
''Jangan mengarang cerita nak , kami tau kamu pasti di ancam oleh cucuku. Kami akan tetap bertanggung jawab.'' Ujar Nenek itu , Olivia membalik badan menatap pria yang sedang santai meminum wine nya , ia seperti tau ini akan terjadi dan ia hanya menonton.
Olivia memperhatikan dengan seksama dan ia ingat bahwa pria yang ada di depannya adalah pria yang sama , yang ada di restoran waktu itu. Pantas saja suaranya yang arogan terdengar tidak asing di telinga Olivia.
''Tidak nyonya , tanya saja dia. Kami tidak melakukannya dan kami baru saja hmm.....'' Wanita cantik itu menutup mulut Olivia dengan tangannya.
''Kamu hanya perlu menunggu , maka kami akan datang ke rumah untuk menikahkan kalian. Hmm? Kami tidak akan membiarkan pria itu melarikan diri dari tugasnya. Mereka semua menjadi saksinya.'' Ujar Wanita itu lantang , Olivia menggeleng dan ia sangat bingung harus menjelaskan bagaimana.
''Kalian bisa pergi! Semua akan kami bicarakan." Tegas pria itu dengan aura dinginnya , orang yang tadi berdiri di depan pintu dengan cepat pergi sebelum pria itu marah.
"Sudah selesai dramanya?" Ketus pria itu lalu menghampiri ketiga perempuan yang sedang berdiri menatapnya.
"Drama apa yang kamu maksud dik? Kami tidak melakukan drama apapun , ini semua real tanpa setingan. Iya kan nek?" Ujar Wanita cantik itu meminta persetujuan neneknya.
"Benar , kamu harus bertanggung jawab.'' Ujar tegas nenek itu.
''Cukup dramanya , NYONYA GRIZELLE KYRA RICHARDS DAN NYONYA CHALONDRA SHERLY RICHARDS.'' Ucap Pria itu dengan penekan di setiap katanya.
Kedua wanita itu adalah nenek dan kakak dari pria yang berdiri di depan Olivia. Dirinya sangat bingung kenapa harus terseret di perdebatan keluarga yang bahkan tidak di kenalnya ini.
''Astaga nenek!" Pekik Chalondra saat neneknya tiba-tiba ambruk di sebelahnya. Olivia juga ikut memegangi nenek Grezelle yang sepertinya hampir pingsan.
''Nenek.......Cukup.......'' Kesal pria itu yang mulai luluh , pria itu berjongkok di depan neneknya dan menggenggam tangan neneknya.
''Cucuku , Christian. Aku hanya meminta mu bertanggung jawab pada gadis ini dan menikahi nya. Apa kamu akan menikahinya jika nenek tua mu ini sudah tiada?'' Pria yang di panggil Christian itu melotot mendengar ucapan neneknya.
''Jangan bicara seperti itu nenek , baiklah , baiklah , terserah kalian mau lakukan apa.'' Ujar Christian yang sudah frustasi dan keluar kamar dengan wajah yang gusar.
Setelah Christian keluar dan tidak terlihat , kedua wanita didepan Olivia ini saling berpelukan dan adu tos. Mereka berdua seperti mendapat apa keinginan mereka. Olivia hanya menatap mereka dengan perasaan yang mulai merasa tidak aman.
**Bersambung …………………………
...****************...
...Terima kasih telah membaca 😘**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments