Hari itu, tanpa sepengetahuan Nanda,Desy datang menemui Mira. Dia terlihat begitu percaya diri seolah tidak bersalah salah sama sekali. Sebenarnya Mira ingin sekali mengusir Desy dari rumahnya. Namun, Mira juga ingin menunjukkan bahwa dirinya juga punya rasa percaya dari sebagai istri pertama Nanda.
" Mbak, kedatangan Desy kemari karena Desy ingin minta maaf pada mbak Mira." Ucap Desy seolah yakin Mira akan memaafkannya.
" Jika kamu tahu itu salah, kenapa masih kamu lakukan?" Tanya Mira sinis.
" Aku mencintai mas Nanda, dan apapun yang mas Nanda katakan pada mbak Mira memang semuanya benar. Kecuali bahwa sebenarnya kami saling mencintai tidak seperti yang mas Nanda katakan seolah aku begitu jahat memaksakan pernikahan ini." Desy berhenti sesaat lalu menghela nafas berat. " Semua orang menganggap aku pelakor, seorang janda genit perusak rumah tangga orang. Aku terima karena ini adalah konsekuensi dari pilihanku menjadi istri kedua."
" Kamu mengatakan ini semua, apakah mas Nanda tahu? Apa yang kamu harapkan dari semua penyataan kamu? Aku akan bertengkar dengan mas Nanda?" Mira semakin kesal pada Desy.
" Mbak Mira, bukan seperti itu. Aku hanya berharap kita bisa menjadi saudara."
" Saudara katamu. Kamu terlalu percaya diri. Tahukah kamu, kamu sudah menghancurkan rumah tanggaku, dan aku harus menganggapmu saudara? Bukankah aku akan terlihat sangat naif." Suasana menjadi lebih tegang.
" Memang aku sudah merusak rumah tangga mbak Mira dan mas Nanda. Tapi perlu mbak Mira tahu bahwa meskipun mas Nanda tidak menikah denganku dia bisa saja menikah dengan wanita lain."
" Apa maksud dari perkataanmu? Kamu mencari pembenaran atas kelakuanmu."
" Mbak Mira sudah lama mengenal mas Nanda, tapi manusia bisa berubah. Demikian juga dengan mas Nanda. Aku tidak akan berbicara terlalu banyak, suatu saat mbak akan mengetahui sendiri."
Mendengar perkataan Desy, Mira mulai ragu sehingga dia mulai menekan emosinya. Benarkah semua yang dikatakna Desy itu benar? Apakah Desy tidak berbohong padanya? Haruskah dia percaya semua itu?
" Mbk Mira, Mbak wanita yang baik dan istri yang terbaik bagi mas Nanda. Aku kagum pada mbak Mira dalam mengambil keputusam untuk tidak bercerai dengan mas Nanda."
Hati Mira mulai luluh mendengar perkataan Desy. Desy memang wanita yang pandai mengambil hati orang lain dengan bersikap seolah dia wanita yang tulus.
" Mbak Mira, aku yakin kita bisa menjadi saudara, daripada menjadi saingan cinta. Besok lusa, aku akan kembali kerumahku. Entah kapan kita akan bisa bertemu lagi."
Kata Desy terlihat sedih.
" Mungkin aku bisa menerima kamu menjadi istri kedua suamiku, tetapi menjadi saudara, rasanya aku tidak akan bisa. Jangan pernah bermimpi."Mira meneteskan airmata.
" Mbak, aku tidak akan memaksa mbak Mira untuk setuju. Maafkan aku. Aku permisi dulu. Satu yang harus mbak Mira ingat, aku bukan musuhmu." Kata Desy sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Mira yang masih menahan isak tangisnya.
Tanpa disadari Mira, Kasih berlari masuk kerumah. Kasih berhenti saat melihat ibunya berderai airmata. Lalu Kasih mendekati ibunya dengan perasaan sedih.
" Mama, kenapa mama menangis?"
Mira terkejut mendengar suara putri kecilnya dari arah sampingnya. Dia bergegas menyeka airmatanya dengan ujung bajunya. Lalu tersenyum walau terkesan dipaksakan.
" Tidak sayang. Mama tidak menangis. Tadi mata mama kena debu dan terasa pedih. Makanya airmata mama mengalir untuk menghilangkan debu. Nah, sudah hilang sekarang debunya." Mira berusaha menjelaskan dengan baik agar Kasih percaya dan tidak bertanya lagi.
" Nah sekarang, Kasih harus mandi dulu sama bibi lalu ganti baju. Hmm, bau asem."
Mira menggelitik tubuh Kasih sambil tertawa, kasihpun ikut tertawa kegelian. Bibi Mei mengajak Kasih kebelakang untuk mandi.
Mira memandang putrinya yang terlihat sangat gembira. Hatinya makin terenyuh.
Sorenya, Nanda yang baru pulang kerja menemui Mira. Dengan sikap hati-hati, Nanda mencoba bertanya tentang kedatangan Desy kerumah Mira.
" Ma, apakah tadi Desy menemui mama?"
" Benar. Apa dia tidak bilang sama papa?"
" Tidak. Kalau papa tahu Desy akan kesini, aku pasti akan melarangnya."
" Benarkah? Seharusnya papa bisa mendisiplinkan istri baru papa itu. Apa papa lupa dengan janji papa?"
" Tentu tidak ma. Papa tidak akan pernah lupa kalau Mama tidak ingin ada hubungan dengan istri baru papa." Nanda mencoba meredakan kekesalan Mira atas kedatangan Desy. " Oh ya ma, apa yang kalian bicarakan?"
" Kenapa, apa dia tidak bilang pada papa apa yang terjadi?" Kata Mira pada suaminya.
" Apa mama melakukan sesuatu pada Desy, atau Mama mengatakan sesuatu yang menyakitkan hatinya?"
" Dimata papa apakah aku orang seperti itu?"
" Apa yang tidak bisa dilakukan saat seseorang marah?"
Mendengar perkataan Nanda, Mira bertambah kesal. Ternyata suaminya sama sekali tidak mengenalnya. Dia memang sudah berubah tidak seperti Nanda yang dulu begitu mengerti dirinya.
" Aku memang memarahinya dan aku juga menamparnya. Bukankah itu wajar pa. Aku mengajarinya untuk tidak mengambil milik orang lain." Mira sengaja berbohong.
" Mama, kenapa mama melakukan itu. Itu bukan sepenuhnya salah dia. Papa..."
" Papa juga mencintainya dan bukan dia yang memaksa papa untuk menikahinya?" Mira menahan amarahnya. " Pa, papa sudah berbohong pada mama, padahal mama begitu percaya pada papa."
" Ma, maafkan papa. Sebenarnya dia mencintai papa tapi dia tidak pernah memaksa papa menikahinya. Papa yang memaksanya untuk menikah. Papa salah, karena sudah menyukainya. Papa yang tergoda olehnya."
Pengakuan Nanda membuat hati Mira hancur berkeping tak bersisa. Cintaku tidak bisa menjaganya dari godaan wanita lain.
" Pa, mama tidak bisa memaksa papa untuk tidak menyukai orang lain. Dan mama juga tidak bisa mengawasi semua perilaku papa, karena mama percaya sepenuhnya pada cinta mama. Tapi papa sudah merusak kepercayaan dan cinta mama."
" Ma, maafkan papa. Papa tidak bisa mengendalikan perasaan papa dan sudah merusak kepercayaan mama."
" Sudahlah pa. Semua sudah terjadi. Tak akan ada yang bisa berubah, meski papa meminta maaf."
" Ma, papa mengerti. Besok aku akan mengantar Desy pulang ke rumahnya. Dan sejak hari ini, papa mungkin akan sering juga menginap rumah Desy. Papa harap mama tidak keberatan."
" Dia juga istri papa. Terserah bagaimana papa mengaturnya sendiri. Mama tidak ingin tahu."
Dengan berat hati, Mira menerima pengaturan suaminya. Berbagi waktu dan berbagi cinta. Airmata Mira menetes pelan dari ujung matanya. Mungkin airmata ini tidak akan bisa berhenti. Namun demi Kasih, Mira akan membangun bendungan agar mulai sekarang airmata ini tidak akan mengalir lagi. Mulai sekarang Mira harus bisa menerima kenyataan bahwa bukan hanya dirinya istri Nanda.
Ternyata mencintai seseorang, kita harus siap menerima kekurangannya. Demikian juga dengan Mira, harus bisa menerima kenyataan bahwa suaminya tak bisa menahan godaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Kar Genjreng
bukannya awal bilang terpaksa begitu Mira tidak minta cerai sekarang bilang Papa mencintai nya..laknat amat...ohh apa Mira bisa bertahan...salut tetapi bila Ak kayanya mikir deh andainya harus bergantian barang suaminya..apa lagi Mira tau terang terang an mending janda paling di depan...punya anak..ini.
2022-11-21
0
Rere Rahadian
anak jangan di jsdi kan alesan kalau udah sakit mah sakit aja ga ada yang bisa ngerasain
2022-04-22
1
Sulati Cus
klu ak sih pokoknya ogah berbagi suami kebayang hbs... bekas perempuan lain
2022-02-11
1