Waktu cepat berlalu, ternyata hampir tengah malam Dina belum sama sekali pulang. Elgio rewel sekali, terus saja menangis jika berpisah dengan Dina. Membuat Dina tak tega meninggalkan Elgio bersama Randi. Sampai-sampai Dina tertidur di tempat tidur Elgio, kepalanya disandarkan ke ayunan. Randi tak tega melihat Dina tertidur dengan posisi duduk seperti itu. Dengan inisiatif Randi menggendong Dina ke ranjang dan menidurkannya. Lalu Randi mengambil Elgio dari ayunan, memindahkannya di samping Dina.
"Oek-oek!" tangis Elgio.
Dina langsung terbangun mendengar tangisan Elgio. Dina mengerjapkan matanya, ia fokus dengan mengasihi Elgio. Tak sadar jika Randi tidur di sofa sampingnya. Randi telah melihat Dina mengasihi Elgio dengan tulus. Hatinya terenyuh lalu Randi berpura-pura memejamkan matanya. Takut Dina mengetahui jika Randi sudah melihatnya semua.
"Astaga, Tuan Randi. Dari tadi tidur di sana," gumam Dina dengan pelan, wajahnya berubah memerah karena malu.
Dina turun dari ranjang, mencari keberadaan tasnya dimana. Ternyata ada di samping Randi sedang tertidur di sofa. Dina mengambil tasnya dengan pelan lalu mengecek ponselnya. Ternyata jam 2 pagi, Dina merasa ia telah ceroboh sampai ketiduran.
"Aku pulang aja lah, bawa mobil ini juga," gumamnya lagi.
Randi mendengar gumaman Dina, ia langsung mencekal tangan Dina.
"Mau ke mana?" tanya Randi.
"Tuan, tidak tidur." Dina membalikkan tubuhnya menatap Randi masih dengan posisi rebahan.
"Tidur, cuman ke bangun. Mendengar pergerakan kamu," kilah Randi.
"Maaf, Tuan. Saya mau pulang saja, nggak enak kalo saya tinggal di sini."
"Udah malam, tidur aja di sini. Nggak usah dipikirin, saya malah khawatir kamu pulang sendirian," terang Randi.
Dina lalu kembali ke ranjang mulai memejamkan matanya. Sejam kemudian Elgio bangun minta susu, dengan sigap Randi memberikan susu yang sudah di pompa oleh Dina. Hingga Randi ikut tertidur di atas ranjang sampai pagi.
"Astaga!" teriak Bellanca syok.
"Kalian berdua tidur bersama," selidik Bellanca.
Dina langsung terduduk, masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
"Maaf, Nyonya. Saya dengan Tuan Randi tidak melakukan apa-apa," terang Dina mencoba menjelaskan.
"Kamu, Randi!" suara Bellanca terdengar sangat marah.
"Sebenarnya semalam aku ketiduran Kak, abis ngasih susu Elgio. Lagian ini cuma salah paham," jawab Randi jujur.
"Dina, semalam mau pulang, tapi aku larang karena sudah malam dan Elgio rewel sekali," lanjut Randi.
"Emb, jadi begitu ceritanya," ucap Bellanca sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, tampak berpikir.
"Ya udah, besok kalian berdua menikah saja." Bellanca menutup pintunya kembali.
"Aduh, Din. Maaf ya, aku coba jelasin dulu ke Kakakku dulu." Randi buru-buru mengejar Bellanca.
Dina masih terdiam melihat kepergian Randi. Randi dengan cepat menuruni anak tangga. Randi bergegas mengejar Bellanca sudah masuk ke dalam mobilnya.
"Pak Dirman, ayo kita pulang," titah Bellanca.
"Kakak! tunggu," teriak Randi dengan tergopoh-gopoh.
Akhirnya Pak Dirman mengalah dengan Randi, ia memberhentikan mobilnya. Randi mengetuk jendela mobil berulang kali.
"Kak, please buka," ucap Randi mengiba.
Akhirnya Bellanca mau menurunkan jendela kacanya lalu ia berkata.
"Urusin, Dina. Antar dia pulang nanti, Kakak mau berdiskusi dengan Mama, Papa, dan suami Kakak. Hukuman apa yang terbaik untuk kamu," jawab Bellanca dengan bijaksana.
"Kak, aku tidak mau menikahi, Dina," lugas Randi.
"Why?" tanya Bellanca dengan nada sindiran.
"Aku belum bisa membuka hati, untuk orang lain, Kak," terang Randi.
"Kamu tidak memikirkan nasib, Dina? Jangan egois Randi Hendriwan!" ucap Bellanca dengan mantap lalu pergi meninggalkan Randi.
*****
"Wah, Elgio udah ganteng, Tante pulang dulu ya, Sayang," pamit Dina sambil menciumi pipi Elgio.
"Kamu mau pulang?" tanya Randi tiba-tiba.
"Astaga," ucap Dina dengan dramatis, karena tersentak kaget.
"Iya, Tuan. Saya pukul 09.00 ada jam kerja di rumah sakit," terang Dina.
"Aku antar ya, Din," tawar Randi.
"Aku kan bawa mobil, Tuan. Saya bisa sendiri," tolak Dina.
"Saya harap, setelah kamu pulang berkerja, mampir lah ke rumah ini. Nanti malam ada acara makan malam, bahas masalah tadi pagi. Maafkan saya," ucap Randi sendu tak bersemangat.
"Apa pun keputusan, Nyonya Bellanca. Saya akan menerimanya, Tuan."
"Kenapa kamu mau menerimanya?"
"Saya tau, Nyonya. Tidak mungkin membuat saya malu," jawab Dina dengan bijaksana.
*****
"Oh my God, Ma!" teriak Bellanca seperti orang kesurupan.
Semua orang sedang duduk di meja makan, mendengar dan melihat tingkah Bellanca super wow. Mereka hanya menggelengkan kepalanya, tak heran itu pasti dilakukan Bellanca. Jika Bellanca ada masala besar.
"Kenapa, Sayang?" tanya Andri dengan antusias. Jika Andri tak melakukannya, dipastikan Bellanca tambah marah.
"Mas, Randi tidur bareng sama Dina tau," ucap Bellanca.
"Apa!" teriak Ferdinan sambil memukul meja.
"Pa sabar, Pa. Jangan gegabah dulu, Bellanca belum selesai berbicara." Riana mencoba mencairkan suasana hati suaminya.
"Sebenarnya Randi itu ketiduran, Pa. Habis memberikan susu ke Elgio. Dina sudah tidur di ranjang yang sama. Ya, mereka tidak melakukan apa-apa sih, cuma..." Bellanca berhenti.
"Cuma apa Bellanca?" tanya Ferdinan sedikit ketus.
"Para ART tau semua, Pa. Aku tidak mau mencoret nama baik, Dina. Kasian Dina, Pa. Dia wanita terhormat hanya membantu Elgio saja," terang Bellanca.
"Menurut kamu gimana." Ferdinan mulai melunak.
"Nikahkan saja," ucap Bellanca santai.
"Astaga, Sayang. Kematian Renita belum ada 40 hari," selah Andri.
"Nggak sekarang juga, Mas. Setidaknya ada niat baiknya gitu, kan." Bellanca tetap kekeuh dengan pendiriannya.
"Terus, Randi mau?"
"Sempet nolak si, tadi." Bellanca tersenyum.
"Kamu tuh, nggak boleh gitu, Sayang. Kan mereka mau menjalaninya, bukan kita," nasihat Andri.
"Iya si. Kalo Papa gimana?" Bellanca meminta persetujuan Ferdinan yang berharap memihak kepadanya.
"Papa, ikut aja," jawabnya santai.
"Kalo Mama?" tanya Bellanca lagi.
"Menurut Mama, mendingan kita tanya Dina dulu, enaknya gimana? Biar kita juga ngambil keputusan nggak salah, Sayang." Solusi Riana.
*****
"Woi, ngelamun aja," ucap Doni sambil menepuk pundak Dina.
"Pusing," keluh Dina
"Why?" tanya Dino.
"Ada masalah, jangan marah," ucap Dina sambil memegangi tangan Doni.
"Masalah apa, coba cerita." Dino menyergitkan dahinya.
"Jadi semalaman aku nggak pulang ke rumah..." ucapan Dina di pangkas Dino.
"Lalu kamu ke mana?" tanyanya tidak sabar.
"Ke rumah, Tuan Randi," ucap Dina sambil menutupi wajahnya karena malu.
"Astaga, Din. Sebenarnya apa yang terjadi," selidik Dino.
"Sebenarnya aku tidur satu ranjang dengan, Tuan Randi."
"Apa!" teriak Doni penuh emosi.
Bersambung.....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.
Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Rahma AR
semangat
2021-12-24
0
Lenkzher Thea
Lanjut terus ka👍❤
2021-12-23
1
nine june
next up Thor 🔥💪👍
2021-12-23
1