Awal

"Maafin Kakak ku Dok, dia itu sangat perfeksionis dalam semua hal. Apa lagi dia tau istri saya meninggal ia sangat terpukul. Karena Kakak saya sudah menganggap istri saya seperti adiknya sendiri. Mungkin dia masih baper," terang Randi mencoba meluruskan kesalahpahaman diantara mereka.

"Tidak apa-apa Tuan," sahut Dina sambil menyeka air matanya sendiri.

"Saya permisi Tuan," pamit Dino.

Lalu Dino membawa Dina ke ruangannya, Dino dengan lembut mengandeng tangan Dina.

"Kamu nggak pa-pa Din?" tanya Dino penasaran.

"Nggak pa-pa kok, sudahlah."

"Kamu mau ikut pulang dengan ku?" tawar Dino.

"Aku ingin pulang nanti agak malam, takut Elgio membutuhkan ku, aku juga sudah memompa susu ku, untuk Elgio nanti setelah aku tinggal pulang," terang Dina.

"Kamu sangat menyayanginya?" tanya Dino lagi.

"Entahlah Din, tapi aku sangat bahagia bersamanya," jawab Dina sendu.

"Aku ulur kepulangan Elgio untuk beberapa hari untuk mu, jadi kamu bisa bersamanya," ucap Dino.

Dina mendengar ucapan Dino sangat bahagia, ia mendekati Dino lalu memeluknya.

"Makasih sayangku," balas Dina.

*****

Pukul 22.00 sudah menunjukkan waktunya Dina pulang untuk beristirahat. Saat Dina keluar dari ruangannya tak sengaja bertemu dengan Randi. Dina mencoba menyapa Randi.

"Belum pulang, Tuan?" tanya Dina.

"Ini mau pulang," terang Randi.

"Ya sudah, saya duluan Tuan," pamit Dina.

"Pulang naik apa?" Randi mencoba basa-basi.

"Saya sudah memesan taksi online, Tuan," jawabnya jujur.

"Mau saya antar pulang?" tawar Randi.

"Nggak perlu Tuan, saya bisa naik taksi saja," tolak Dina.

"Perempuan itu tidak baik, jika pulang malam-malam sendirian," saran Randi.

Dina tampak berpikir sejenak untuk menyetujui Randi atau tidak.

"Aduh, gimana ya, Tuan. Takut ngerepotin," jelas Dina.

Entah setan mana yang merasuki pikiran Randi. Randi langsung menarik tangan Dina, agar cepat mengikutinya. Dina hanya menurut saja saat tangannya dipegang Randi. Tiba-tiba ada rasa nyaman, padahal baru pertama kali mereka bertemu.

"Alamat rumah mu dimana?" tanya Randi.

"Jl. xxxx no. xxxx," jawab Dina tanpa melihat Randi.

"Ada yang aneh ya?" tanyanya lagi.

"Maksudnya." Tatapan Dina tetap tak berpaling dari jendela mobil.

"Kalo diajak ngomong itu, liatin orangnya dong," sungut Randi.

"Iya Tuan, maaf," jawab Dina sedikit canggung.

Didalam perjalanan pun, Dina tidak mengucapkan sepatah kata pun. Randi juga begitu canggung untuk membuka percakapan dengan Dina. Beberapa saat mobil Randi sudah sampai dirumah Dina. Rumah yang besar hanya ditempati seorang diri dan ditemani beberapa pelayan.

"Terima kasih, Tuan. Sudah mengantarkan saya pulang. Karena sudah malam, saya masuk terlebih dahulu," pamit Dina hilang dibalik pintu gerbang.

"Ya ampun, boro-boro basa-basi nyuruh mampir," gerutu Randi.

*****

Terik matahari sudah bersinar menyinari bumi, seorang duda tampan masih sibuk dengan mimpinya.

Sreet...

Bunyi tirai yang sedang tarik oleh si empunya. "Hello, Randi Hendriwan," panggil sang Kakak.

"Astaga, Kak masih pagi bisa nggak sih." Randi hanya menggeliat di atas ranjang.

"Kamu mau sampai kapan seperti ini?" tanya Bellanca.

"Aku baru saja tidur, sudah teriak-teriak nggak jelas," gerutu Randi sambil mengusap-usap matanya.

"Kamu nggak ingat? Hari ini Elgio pulang," terang Bellanca.

"Ya Tuhan, aku sampai lupa Kak," ucap Randi sambil duduk ditepi ranjang.

"Kamu tuh fokus sama Elgio. Jangan mikirin aneh-aneh ya," saran Bellanca.

"Siap Bos," ejek Randi.

"Kamu kebiasaan iya-iya aja," ucap Bellanca sambil mukul bahu Randi.

"Kakak nih, pagi-pagi udah sampai sini, suami dirumah tuh diurusin. Malah ngurusin aku," gerutu Randi.

"Kamu!" teriak Bellanca sambil memukul-mukul bahu Randi.

****

"Buruan keluar, Ran," titah Bellanca.

"Sabar, Kak. Tanggung nih," ucapnya.

"Kakak duluan ya." Bellanca meninggalkan Randi di dalam mobil.

Bellanca berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Bellanca tak sabar untuk bertemu dengan keponakannya. Sampai Bellanca meninggalkan sang buah hati di rumah bersama baby sister-nya. Tiba-tiba Bellanca menghentikan langkahnya saat melihat Dina mengendong Elgio penuh kasih sayang.

"Ya Tuhan," gumam Bellanca sedikit terenyuh.

"Kakak kenapa berhenti di sini?" tanya Randi.

"Lihat, Ran. Kasian ya Dina," ucap Bellanca.

"Ya begitulah, Kak. Mau gimana lagi."

"Nikahi saja dia," titah Bellanca.

"Kakak gila ya?" tangan Randi memegang kening Bellanca.

"Kamu nggak sopan," ucap Bellanca sambil mencubit pinggang Randi.

"Bisa nggak si, Kak. Nggak main cubit, sakit," cicit Randi sambil mengusap-usap pinggangnya.

"Lumayan ngeringanin tugas Kakak buat ngurusin kamu," balasnya.

"Tau lah Kak." Randi berkacak pinggang lalu pergi meninggalkan Bellanca.

"Randi," gumam Bellanca dengan pelan.

***

"Eh, Elgio liat tuh ada, Papa," ucap Dina seolah-olah Elgio mengerti.

Randi tersenyum, lalu ia berkata. "Duh, sayangnya Papa," panggilnya.

Randi mendekati Dina lalu secara hati-hati mengendong Elgio.

"Udah kaya keluarga ya," ejek Bellanca.

"Apa Kakakku ini sudah gila? Kemaren aja marah-marah nggak jelas sama Dina. Eh, sekarang jodoh-jodohin aku, fix ini," batin Randi.

"Apa," seru Bellanca karena Randi menatapnya dengan tatapan aneh.

"Dasar aneh," cicit Randi.

"Kamu."

"Ampun Kak, cuma bercanda. Gitu aja sewot," ejek Randi.

Dina berdiri di dekat Randi tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Randi dan Bellanca langsung menoleh ke arah Dina. Seolah-olah dari tatapan mereka sedang bertanya-tanya apakah ada yang lucu.

"Maaf," ucap Dina sambil menahan tawanya.

"Nggak pa-pa kok, Din. Ketawa aja," jawab Bellanca.

Dina hanya tersipu malu mendengar pernyataan Bellanca.

"Saya izin, Nyonya. Untuk keruangan saya. Karena sebentar lagi praktek saya sudah dimulai," terang Dina.

"Jangan buru-buru, kita bisa mengobrol sebentar?" tanya Bellanca.

"Boleh Nyonya. Ada yang bisa saya bantu."

"Sepertinya kamu sangat menyanyi Elgio."

"Memang, Nyonya. Saya sangat menyayangi Elgio. Seperti anak saya sendiri."

Dari nada bicara Dina sangat terlihat tulus, membuat Bellanca sedikit terenyuh. Yang tadinya Bellanca menyangka jika Dina itu hanya memanfaatkan momen ini. Ternyata tidak, Bellanca telah mengirim mata-mata untuk mengawasi Dina jika di rumah sakit.

"Jika kamu mau, bisa ke rumah Randi untuk memberikan susu. Jika kamu berkenan." Bellanca mencoba meyakinkan Dina.

"Apakah itu benar Nyonya," jawab Dina antusias.

"Jadi Ibu sambung Elgio juga boleh," canda Bellanca.

"Kakak," ucap Randi penuh penekanan, risih melihat sang Kakak mencoba menjodoh-jodohkan dirinya dnegan Dina.

"Kenapa, Ran? Siapa tau kan, Dina mau ya Din," ucap Bellanca seperti emak-emak rempong.

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

Terpopuler

Comments

Asifa Linia

Asifa Linia

next

2022-01-10

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

hadir 😍

2022-01-06

1

Lisa Blackpink

Lisa Blackpink

smgt kakak ♥️

2021-12-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!