Bellanca menjadi teringat sang buah hati dirumah, ia menangis jika ia diposisi Renita bagaimana keluarganya nanti. Lalu Bellanca menyeka air matanya, mencoba kuat untuk menghadapi semua ini.
"Ayo Kak, kita pulang." Randi mencoba tegar.
*****
Dikediaman Keluarga Hendriwan semua orang sudah berkumpul untuk bertakziah. Renita sudah ditutupi kain putih disampingnya ada Randi dengan setia duduk menunggu. Semua sahabat ikut berdoa menunggu jenazah Renita dimakamkan.
Beberapa jam kemudian jenazah Renita di makamkan, Randi dengan kuat memasukkan sang istri ke dalam liang lahat. Tak lupa ia mengadzani jenazah Renita, air matanya menetes untuk terakhir kalinya saat melihatnya.
Selesai dikebumikan semua orang berdoa untuk kepergian Renita.
"Ran, aku pulang dulu ya," pamit Romeo dan Sinta sambil mengusap bahunya.
Randi hanya menganggukkan kepalanya saja melihat semua orang pergi kecuali sahabat-sahabatnya.
"Bang Randi yang kuat ya, Abang pasti bisa," ucap Intan mencoba menguatkan.
Kevin, Thomas, Dimas dan Intan ikut pamit pulang satu persatu mereka memeluk Randi. Tinggallah Bellanca dan Andri di samping Randi.
"Sayang, aku pulang yah. Do'akan aku bisa mendidik anak kita menjadi orang hebat," pamit Randi sambil menciumi batu nisannya.
"Re, yang tenang ya. Kakak cuma bisa berdoa untukmu," pamit Bellanca tiba-tiba air matanya susah dibendung mengalir begitu deras.
Andri memapah Bellanca tubuhnya lemas kebanyakan nangis.
"Kak, aku ke rumah sakit mau jenguk Elgio," ucap Randi sambil berpamitan.
"Elgio siapa?" tanya Andri.
"Anak aku Kak, akan ku beri nama Elgio Hendriwan," jawab Randi dengan lugas.
"Nama yang bagus." Bellanca berjalan mendekati Randi sekali lagi ia memeluknya.
******
"Maaf, saya ingin bertemu dengan dokter Dino bisa?" tanya Randi.
..."Mohon Antri Tuan, banyak ingin konsultasi," jawab Perawat....
"Baik." Randi mengikuti instruksi perawat dan mendapat no antrian.
Sambil menunggu antriannya Randi mengunjungi Elgio terlebih dahulu. Ingin melihatnya dari luar kaca, saat sampai Randi tak melihat Elgio. Randi sedikit panik anaknya tidak ada tapi ia tetap berpikiran positif mungkin sudah tidak didalam inkubator. Lalu Randi kembali ke bagian spesialis anak dan menunggu antriannya.
"Randi Hendriwan!" teriak perawat.
Randi masuk ke dalam ruang untuk bertemu dokter Doni.
"Selamat sore Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Dokter Doni.
"Selamat sore juga dok, saya ingin mengetahui keadaan anak saya. Yang bernama Elgio Hendriwan," ucapnya dengan lugas.
"Disini sedikit ada masalah Tuan, anak anda tidak mau minum susu formula. Dengan sangat terpaksa saya dari kemarin meminta Dokter Dina kembaran saya untuk menyusui anak Tuan, maaf saya lancang," terang Dokter Dino.
"Tidak masalah jika Elgio mau dan tidak merepotkan Dokter Dina," jawab Randi dengan tenang.
"Baguslah kalau begitu, untuk kepulangannya bisa beberapa hari lagi."
Dino mencoba mengulur waktu agar Elgio bisa bersama Dina kembarannya. Karena 2 bulan lalu Dina mendapatkan kabar duka begitu mendalam didalam hidupnya. Anak semata wayangnya meninggal dunia, sebelum itu suaminya meninggal karena kecelakaan juga. Sangat tragis memang hidup Dina telah ditinggal kedua orang yang ia sayang. Semenjak bertemu Elgio Dina merasakan hidupnya berwarna dengan adanya tangis bayi.
Suara ketukan pintu terdengar membuat Dina berhenti menyusui Elgio.
"Sayang, sabar yah. Nanti Tante susuin lagi," ucap Dina sambil mencolek pipi gembul Elgio.
"Masuk!" teriak Dina.
Randi membuka pintunya lalu menyembulkan kepalanya dengan wajah dinginnya.
"Boleh saya masuk?" tanya Randi.
"Masuk saja," ucap Dina sambil menatap Elgio dipeluknya.
"Boleh saya menggendongnya?" Randi meminta izin.
"Kamu siapa?" selidik Dina dengan tatapan tak bersahabat.
"Saya ayah dari anak itu," ucap Randi sambil menunjuk Elgio.
"Maaf saya tidak tau," jawab Dina dengan jengah.
Dina berdiri lalu memberikan Elgio kepada Randi, Randi menerima nya dengan antusias.
"Pelan-pelan saya takut," cicitnya.
Randi tiba-tiba tangannya terasa bergetar, makhluk mungil dipeluknya menatapnya lalu tersenyum.
"Maafin Papa ya sayang, nggak bisa jagain Mama mu." Randi menciumi Elgio lalu air matanya menetes membasahi pipinya dan mengenai pipi Elgio.
Dengan sigap Dina berjalan mengambil tissue di mejanya. Dina mendekati Randi menyeka air matanya dengan tissue.
"Maaf," cicit Dina.
"Terima kasih," jawab Randi.
Dina tanpa menyadari ia tersenyum sangat manis dihadapan Randi sambil mendongakkan wajahnya. Sekian detik mereka berdua saling beradu tatapan.
Ya salam, istri baru aja dikebumikan Ran.(otor)
Tiba-tiba Elgio menangis meminta minum susu kembali Dina merebutnya dari gendongan Randi.
"Bisa keluar dari ruangan saya, biar saya susui Elgio sebentar," titah Dina.
Randi pun keluar dari ruangan Dina seperti ada yang aneh menurutnya.
"Kenapa Elgio begitu dekat dengan Dina," gumam Randi sambil duduk di kursi tunggu.
Beberapa menit kemudian Dina keluar dari ruangannya dengan menggendong Elgio.
"Ini kalo mau digendong lagi," tawarnya.
"Nggak berani," ucap Randi dengan menggaruk tengkuknya tak gatal.
"Kenapa, kan anak sendiri," ucapnya mencoba meyakinkan Randi.
Tiba-tiba ada menyerobot lalu memeluk Elgio dengan sayang langsung menghujani ciuman.
"Kakak, Mama." Randi kaget.
"Istri baru dikebumikan Randi," tegur Bellanca.
"Astaga Kak," ucap Randi mulai mengerucutkan bibirnya.
"Apa," sinis Bellanca.
"Maaf Kak, kaya jadi salah paham gini." Dina mencoba menjelaskan.
"Ini saudara kembar saya Nyonya Andri," sahut Dino.
"Lalu." Bellanca mulai mempertanyakan siapa Dina dengan tatapan meremehkan.
"Kakak," ucap Randi penuh penekanan.
"Dia telah menyusui Elgio Nyonya," sahut Dino lagi, membela sang adik.
"Kenapa nggak pakai formula saja?" tanya Bellanca.
Ribet banget si Bell hidup lo (otor).
"Maaf, Nyonya Elgio beberapa hari ini tidak mau minum susu formula. Setiap kali minum dia memuntahkannya, lalu saya menawarkan diri untuk menyusuinya. Karena saya takut jika tidak minum susu, kondisinya pasti akan turun drastis. Itu akan membahayakan Elgio," terang Dina.
"Apa kamu tidak kelelahan menyusui Elgio? nanti anak mu bagaimana?" lagi-lagi Bellanca bertanya.
"Anak saya sudah meninggal Nyonya, yang di alami Elgio telah saya alami kemarin dan merenggut suami saya juga." Dina menangis di pelukan Dino.
Deg...
Bellanca merasakan sedikit bersalah kepada Dina, telah membuatnya menangis.
"Maaf bukan maksud saya menyinggung Anda," ucap Bellanca membawa pergi Elgio.
Randi tidak enak hati dengan Dino dan Dina ia langsung meminta maaf juga.
"Maafin Kakak ku Dok, dia itu sangat perfeksionis dalam semua hal. Apa lagi dia tau istri saya meninggal ia sangat terpukul. Karena Kakak saya sudah menganggap istri saya seperti adiknya sendiri. Mungkin dia masih baper," terang Randi mencoba meluruskan kesalahpahaman diantara mereka.
Bersambung.....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.
Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤
#Salamhalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Lenkzher Thea
Lanjut ka semangat 👍❤💪💪
2021-12-12
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Semangat trs Kk
3 Cogan dan Ry mampir
2021-12-09
2
Elisabeth Ratna Susanti
double like, fav and rate 5 😍
2021-12-09
2