Adit di hadapkan dalam satu pilihan yang membingungkan. Ia melamun di ruangan. Konsentrasinya buyar langkah apa yang harus ia ambil.
"Oh berpikir apa aku ini? tentu saja aku tidak ingin menerima perintah boss yang gila. Maafkan aku Istriku, masa depanku adalah kamu. Aku sangat mencintai mu. Kamu adalah segalanya bagiku mengapa aku harus berpikir bodoh? tentu aku tidak ingin mengkhianati kamu. Monolog Adit.
*******
"Kripik... kripik..." Setelah kepergian Adit selama sebulan Mawar semakin menyibukkan diri dengan memperluas jangkauannya yang lebih jauh lagi. Melangkahkan kaki jenjangnya tetap berjualan tanpa mengenal lelah.
Mawar pulang dengan rasa senang dagangan di rinjingnya pun kosong. Sampai di rumah masih siang. Ia beristirahat dulu untuk tiduran di kasur. Ambil handphone ingin telepon suaminya "sudah makan siang belum ya?" gumamnya
Deerr derr deerrr.
"Assalamualaikum..." handphone nya bergetar ternyata malah Adit yang telepon. Rupanya pemikirannya dengan suaminya sehati.
"Waalaikumusallam..." kamu sedang apa istriku?" tanya Adit.
"Aku lagi tiduran Mas, baru pulang jualan, Mas sudah makan belum?" tanya Mawar sambil tengkurap.
"Ini lagi makan siang Maw, makanya sempet telepon kamu, kamu sendiri sudah makan?" tanya Adit.
"Belum, nanti dulu dech, ngaso dulu"
"Maw, jangan terlalu capek...kan aku sudah bekerja, besok aku gajian. Aku cari kontrakan yang lebih besar terus kamu menyusul kesini ya "
"Siap Mas. Kontrakanya yang ada dapurnya ya...biar aku selalu bisa masak yang enak untuk Mas"
"Hehehe... kamu ini istriku, Mas jadi kangen sama masakan kamu"
"Kok cuma masakan aku, sama aku nggak?" tanya Mawar pura-pura marah.
"Ya, jelas kangen dong. Ya sudah gitu dulu ya...nanti malam aku telepon lagi"
"Ya Mas, selamat bekerja"
"Terimakasih istriku..."
"I love you"
"Love you too"
Tut.
Mawar pun tidur setelah meletakkan handphone di atas meja.
Sebelum Ashar ia bagun memasak urap, tempe bacem, dan balado ikan kembung kesukaan Ibunya. Malam ini Mawar ingin menginap dirumah Ibu sekalian membawa masakan.
Setelah menyusun masakan dalam rantang Mawar mandi dan bersiap ingin berangkat.
Mawar mengunci pintu kontrakan.
"Mau kemana Mawar?" tanya Ibu Sofiah tetangga sebelah yang sedang menyapu di teras kontrakan.
"Mau kerumah Ibu saya Bu" sahutnya tersenyum ramah.
"Oh hati-hati di jalan Maw, salam buat Ibumu"
"Terimakasih Bu, nanti saya sampaikan. Saya berangkat Bu" sahut Mawar kemudian jalan menuju jalan utama menunggu angkutan.
Lima belas menit Mawar turun di gang yang hanya muat motor. Ia masih berjalan kaki sekitar sepuluh menit lagi.
"Kak Mawar..." sambar Melati yang sedang duduk di teras rumah asyik dengan ponselnya.
"Ibu kemana Mel?" tanya Mawar setelah melihat kedalam tampak sepi.
"Ada kok di dapur" sahutnya. Mawar bergegas ke dapur di ikuti Mela.
Pandangan Mawar tertuju kepada Ibu setengah baya yang sedang mencuci sayuran.
"Ibu..." pekik Mawar lalu menghampiri Ibunya. "Eh kamu Maw, gitu dong! jangan lupa tengok Ibu" ucapnya setelah punggung tangannya dicium Mawar.
"Maaf Bu, kemarin Mawar memang sedang sibuk jualan" sahutnya.
"Nggak usah masak Bu. Nih, Mawar sudah buatkan masakan kesukaan Ibu" ujarnya sambil membuka rantang memperlihatkan kepada Ibunya.
"Waah...mantap...aku jadi lapar nih" kata Melati. Menyomot orek tempe.
"Iss, tanganmu nggak di cuci dulu" tegur Ibu kepada Melati. Melati hanya nyengir.
"Bapak belum pulang ya Bu" tanya Mawar dari tadi tidak melihat Pak Sutisna.
"Belum Maw, Bapakmu itu kerja keras. Adikmu sebentar lagi ujian, perlu banyak biaya" keluh Ibu merasa kasihan dengan suaminya.
"Oh iya Bu, Mawar ada uang sedikit, untuk bayar ujian Mela" Mawar menyerahkan amplop kepada Ibunya.
"Kamu tidak usah repot Maw, kebutuhan kamu juga banyak. Kalau kamu kecapekan terus cari uang, kapan kamu mau memberi cucu untuk Ibu. Sudah lima tahun loh kamu menikah!" protes Ibu.
Mawar menghela napas panjang. Sebenarya selama ini Mawar menunda kehamilan. Tidak ada yang tahu,termasuk suaminya sendiri. Bukanya Mawar tidak menginginkan anak. Namun, disamping usianya yang masih sangat muda, di tambah ingin menyelesaikan kuliahnya suami dulu. Tapi, mulai saat ini. Mawar tidak akan menunda lagi. Sekarang suaminya sudah bekerja.
"Maw, kok malah bengong sih?" pertanyaan Ibu menyadarkan lamunanya.
"Eh nggak Bu, doakan ya...semoga Mawar cepat dapat momongan"
"Aamiin..." Ibu dan Melati mengaminkan.
"Kita kok malah ngobrol di sini sih! kedepan yuk" ajak Ibu setelah meletakkan rantang di meja makan.
"Kalian sering kirim kabar tidak dengan suamimu?" tanya Ibu.
"Iya Bu, tadi siang juga telepon kok. Sekarang, kan sudah sebulan Mas Aditya kerja, dalam waktu dekat aku akan menyusul Bu" ucapnya sebenarnya sedih ingin meniggalkan ibunya.
"Yah... kami pasti akan merasa kehilangan jika kamu pergi Maw. Tapi, lebih baik kalian memang segera berkumpul, tidak baik berpisah dengan suamimu terlalu lama" tutur Ibu Riska.
"Iya Bu"
"Assalamualaikum..." Pak Sutisna tampak kuyu baru pulang dari jualan dawet.
"Waalaikumusallam" sahut ketiganya. Kemudiang Mawar mencium punggung tangan Pak Sutisna.
"Sudah lama Maw?" tanya Pak Sutisna sambil mendudukkan bokongnya.
"Belum Pak"
Mawar bergegas ke dapur mebuatkan teh hangat.
"Bapak segera mandi gih, biar segar" titah Ibu Riska.
"Sebentar Bu, biar keringatnya turun," ucap Bapak sambil menyeruput teh hangat.
Waktu bergulir, malam pun tiba. Mawar masuk kedalam kamarnya yang hanya di sekat tripleks, bersebelahan dengan kamar Melati.
"Kak Mawar, aku boleh tidur di sini tidak" tanya Melati nylonong masuk kedalam kamar.
"Boleh. Kakak juga ingin tidur sama kamu, sebentar lagi kan kakak pergi" sahut Mawar.
Melati merebahkan badanya di samping kakaknya.
"Kak"
"Apa." jawab Mawar sambil terpejam karena sudah mengantuk.
"Menikah muda, menurut kakak? bagaimana." tanya Melati.
"Kenapa kamu tanya begitu?" Mawar mendadak bangun dari tidur.
"Cuma tanya saja kak, kok langsung panik gitu sih!" ucap Melati melihat wajah kakanya tampak berubah.
"Lebih baik kamu mendengar saran kakak Mel, dulu sebelum menikah yang kakak pikir hanya bagaimana bisa hidup bersama dengan laki-laki yang kakak cintai"
"Kakak ingin, kamu jangan mengikuti jejak kakak, Mel. Kamu harus kuliah dulu" nasehat Mawar.
Tanpa Mawar menjawab pun Melati sudah paham, apa yang di maksud kakaknya.
"Pengen sih kak, tapikan? biaya kuliah mahal. biaya dari mana aku? aku pengen cari kerja kak, kalau kak Adit ada lowongan, nanti aku pengen melamar." jawab Melati.
"Iya Mel, sebenarnya kakak ingin bantu kamu, tapi kakak belum tahu, bagaimana di Jakarta nanti"
"Aku tahu, kita bobok kak, sudah malam loh" ucap Melati. Kakak beradik itu pun tertidur.
******
Dua bulan berlalu, Mawar di telepon suaminya. Kali ini Adit minta Mawar menyusulnya ke Jakarta. Sebab, bulan yang lalu Adit belum mengizinkan Mawar datang. Dengan alasan, belum mendapat kontrakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Zenun
Gagal fokus sama bunyi ini😁😁
2022-10-08
1
Your name
Di mulai dari sini kah kisah Mawar selanjutnya
2022-06-05
1
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
enak bnget dia di nasehati seorang kk lah aku
2022-02-24
2