Waktu berlalu, 4 tahun sudah Mawar dan Adit mengarungi hidup berumah tangga.
Pagi yang masih gelap, matahari masih bersembunyi. Mawar menggeliat melihat jam dinding tepat jam 4 pagi. Ia memiringkan wajah menghadap wajah suaminya yang hampir nempel.
Mawar menelisik wajah Adit yang masih terlelap. "Kamu ganteng sekali suamiku... karena itulah aku selalu mencintaimu" gumam Mawar tangannya menelusuri wajah yang semakin bergulirnya waktu, semakin ia cintai.
Adit mengulas senyum tipis, mendegar gumaman istrinya yang masih terdengar olehnya. Bak gayung bersambut Adit merekatkan tubuhnya. Kaki sebelelah ia gunakan untuk menjepit pinggul Mawar kemudian tanganya memeluk pinggang. Bibirnya memagut bibir istrinya yang menantang.
"Emm Mas- u- dah bangun" ucap mawar kesulitan bicara karena bibirnya sedang bertaut.
"Emm... "jawab Adit rasanya sudah sulit untuk bicara, gairah paginya membuat ia menegang. Perang dalam selimut pun terjadi. Mereka merasakan kenikmatan dunia.
Setelahnya. Mawar menuju kamar mandi sempit, membersihkan tubuhnya kemudian shalat. "Mas bangun... mandi dulu" ucapnya, kemudian melenggang ke dapur melakukan tugas paginya membuat sarapan.
Mawar membuat nasi goreng, tanganya tampak sibuk mengaduk- aduk. "Heemm harum... masakannya" rayu Adit memeluk Mawar dari belakang dagunya menempel di pundak Mawar. Aroma wangi sabun bercampur dengan pasta gigi membut Mawar membiarkan suaminya.
"Sudah matang, sarapan yuk" ucap Mawar. Adit melepaskan pelukanya lalu berjalan kedepan duduk di lantai beralas tikar menyalakan telivisi.
Semua isi dalam kontrakan ini Mawar yang beli dengan cara kredit. Televisi, kulkas bekas, dan peralatan dapur.
Mawar kemudian ambil piring menuangkan nasi goreng dua porsi, lalu membawanya kedepan. Meletakkan di tikar kemudian kembali lagi ambil dua gelas air minum.
"Pagi ini ada acara kemana Mas?" tanya sekar sambil menyendok nasi goreng.
"Ada yang ngajak mengangkut pasir Maw" sahutnya.
"Bagaimana kuliahnya Mas?" tanya Mawar, inilah yang selalu ia tanyakan sudah bersusah payah mencari uang untuk biaya kuliah, jika tidak serius akan sia-sia yang ada di benak Mawar.
"Lancar kok, tidak terasa sudah semester akhir" jawab Adit enteng. Padahal Mawar mencari uang selama ini sampai jungkir balik. Tapi, bagi Mawar harus bekerja keras jika ingin menuju sukses.
"Segera nyusun sekripsi Mas... supaya selesai tepat waktu" saran Mawar.
"Iya... tapi aku nggak punya laptop Maw, jadi harus bolak balik warnet biayanya lumayan" keluh Adit.
"Aku masih ada tabungan kok Mas, nanti aku beli ya..." Mawar menenangkan.
"Terimakasih Maw, kamu sudah membiayai kuliah aku sampai detik ini" ujar Adit.
"Jangan di pikirkan Mas... yang penting Mas serius" sahut Mawar. Memang benar dari awal masuk kuliah, Adit tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun.
"Aku berangkat Maw" pamit Adit sudah siap berangkat bekerja.
"Hati Hati Mas..." doa Mawar, lalu mengantarkan ke depan pintu. Mencium punggung tangan suaminya. Kemudian Adit, mencium kening Istrinya.
Mawar memandangi kepergian suaminya melihatnya naik angkot kasihan. Namun, mau bagaimana lagi? saat ini belum bisa beli motor biaya kuliah akhir semester ini semakin banyak.
Mawar beranjak mencuci piring, mencuci pakaian, beres-beres, walau kontrakan Mawar hanya ukuran 3 meter tetapi sangat rapi. Karena Mawar selalu merapikan sebelum jualan. Jika di tanya capek? sudah pasti, tadi malam Mawar menggoreng kripik sampai jam 11 malam.
"Sayur... sayur..." suara tukang sayur di depan rumah. Mawar bergegas keluar hendak membeli sayuran.
Diluar sudah banyak Ibu-Ibu yang memutari sayuran termasuk mertuanya juga ada di situ.
"Bu" sapa Mawar kepada mertuanya kemudian cium tangan.
"Belum berangkat kamu Maw, jadi Istri itu yang rajin! jangan malas!" ketus mertuanya.
"Bentar lagi Bu, beres beres rumah dulu" sahut Mawar, baginya kata-kata mertunya seperti itu sudah sering ia dengar. Maka, Mawar bersikap biasa saja.
Mawar membeli tempe, kangkung dan ayam sebelah ia pikir sekali-kali lah, makan ayam untuk stamina tubuh mereka.
"Jadi Istri itu jangan boros, segala beli ayam, huh! nggak ngerasain suamimu itu loh! mencari uang sampai pontang panting." omel mertuanya.
Mawar menghela nafas panjang rasanya sakit sekali mendengar kata-kata mertuanya, menahan butiran air di kelopak matanya.
"Apa nggak salah Bu? setahu saya, Mawar dech! yang pontang panting, kaki buat kepala. Kepala buat kaki!" sahut salah satu Ibu tetangga satu kontrakan Mawar. Ia lah yang menjadi saksi perjuangan Mawar.
"Iya, kalau aku punya menantu sepert Mawar sudah aku sayang-sayang!" tetangga Mawar yang satu lagi menimpali.
"Kalian jangan ikut campur, saya yang tahu! anak saya kalau siang kerja, kalau malah kuliah, kalian pikir nggak cape apa?! sahut mertua Mawar emosi.
Mawar hanya diam tidak menyahut masih sibuk memilih kangkung yang bagus. Inilah alasan Mawar tidak ingin tinggal satu rumah dengan mertuanya. Walaupun Adit mengajaknya agar menghemat biaya. Mengontrak rumah selain membuatnya mandiri juga merasa lebih tenang.
"We lha kok? malah pada ribut to? lha wong Mbak Mawar saja diam kok" tukang sayur menengahi.
"Huh menyebalkan!" tukas mertua Mawar kemudian pergi meninggalkan tukang sayur.
"Mawar... Mawar. Kalau saya punya mertua seperti itu sudah aku tendang!" sungut tetangga mawar.
"Iya, Mawar itu memang kelewat sabar!" sahut tetangga Mawar yang satunya.
"Sudah Bu, biar saja" ucap Mawar kemudian masuk kedalam kontrakan. Mawar pun menenteng rinjing yang berisi keripik singkong kemudian berangkat. "Bismillah... lancarkan ya Allah..." doa Mawar.
Seperti biasa Mawar berkeliling jalan kaki, kali ini berkeliling komplek.
"Kripik... kripik..."
"Kakak... beli keripik nya..." panggil gadis yang masih mengenakan baju seragam sekolah SMA.
"Oh iya dek" Mawar mendekat. "Ini dek, mau rasa apa saja? ini yang original, ini rasa keju, lalu yang ini rasa balado," tutur Mawar mengeluar kripik satu persatu.
"Beli semua saja dek" seorang pemuda tiba-tiba berdiri di samping adiknya.
Mawar mendongak menatap pria tersebut belum pernah melihat sebelumnya.
"Kenalkan kak, ini kakak saya yang kuliah di Jakarta" ucap anak SMA tersebut.
Mawar hanya mengangguk tersenyum. Sedangkan cowok itu hanya bersikap dingin.
*******
Waktu berlalu Adit bisa menyelesaikan kuliahnya mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi ( SE )
Saat wisuda hanya kedua orangtuanya yang mendapingi. Mertuanya melarang Mawar untuk ikut. Mawar lagi-lagi mengalah, ya Sudahlah, toh suaminya di antar sama mertuanya bukan orang lain.
Seminggu kemudian Adit mendapat panggilan kerja dari Jakarta. Adit mengirimkan lamaran lewat internet.
"Mas, di Jakarta hati-hati ya... awas loh! tergoda wanita lain!" ujar Mawar cemberut.
"Eeh... kok bicaranya begitu sih...? kamu nggak percaya sama aku Maw "sahut Adit.
"Percaya sih, tapi kan? di Jakarta ceweknya Cantik-Cantik" kata Mawar kemudian.
"Sudah... kita rayakan malam ini, besok kan aku berangkat, jangan ragu dong! bukankah kamu yang selalu support aku, nanti kalau aku sudah dapat gaji, aku cari kontrakan lalu menjemputmu" ujar Adit
"Iya Mas..."
Mereka pun menghabiskan malam panjang, hingga Adit merasakan puncak kenikmatan dunia berkali-kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Zenun
bau-bau berpaling nih
2022-09-25
2
Your name
Seseorang memiliki batas kesabaran, contohnya mawar yang setiap hari di omeli terus sama mertuanya, namun ia akhirnya memilih mengalah. Daripada meladeni, soalnya makin pedes kalau omongannya diladeni kayaknya. Salut sama Mawar
2022-03-26
1
Elwi Chloe
Omelan mertua memang luar binasa
2022-02-16
1