Malam ini Mawar terlelap dalam dekapan Aditya. Menghabiskan malam bersama. Pasalnya, Adit akan pergi dalam waktu yang cukup lama.
Pagi harinya Mawar masak yang istimewa menurut Mawar. Sebab, Mawar jarang sekali masak menu seperti ini. Yakni, Mawar memasak rendang, orek tempe, dan sayur buncis. Selain untuk memanjakan suaminya pagi ini. Mawar akan membuatkan bekal.
"Mas... bangun, katanya mau kerumah Ibu dulu" Mawar membangunkan suaminya. Seperti yang di bicarakan tadi malam, Adit akan pamit dengan Pak Renggono dan Ibu Reni yang tak lain orang tua Aditya.
"Ya... jam berapa memang sekarang?" tanya Adit masih bermalas-malasan.
"Sudah Jam delapan" sahut Mawar sambil membersihkan wajah dalam pantulan kaca, terasa berminyak setelah memasak.
Adit segera bangun kemudian siap-siap, tidak perlu mandi lagi sebab tadi subuh sudah mandi wajib.
"Waw... masaknya mewah sekali" ucap Adit kegirangan, setelah selesai menyiapkan keperluan yang akan di bawa. Mereka sarapan pagi. Jarang sekali Adit makan daging.
"Nanti kan mau mampir ke Ibu Mas, aku ingin membawa buah tangan, sekalian Mas membawa bekal juga." tutur Mawar.
"Kamu memang Istri terbaik" sahut Adit. Mawar tidak lagi menimpali mereka pun sarapan bersama.
Setelah makan, Adit berangkat. Mawar akan mengantar sampai terminal. Mereka berjalan kaki karena ke rumah orang tua Adit tidak jauh dari kontrakan.
"Assalamualaikum..." mereka sampai di rumah Pak Renggono dan Ibu Reni. "Waalaikumusallam..." Pak Renggo dan Ibu Reni muncul dari dalam.
Mereka pun duduk dan mengobrol sebentar kemudian pamit. Sebab Adit tidak tega kata-kata Ibu Reni selalu menyinggung Mawar.
"Pak, Bu, Adit pamit ya... doakan semoga aku betah di Jakarta, dan titip istriku di rumah ya" kata Adit.
"Ya. Semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang layak di sana" doa Pak Renggo.
"Alah... titip Istri! paling nggak ada kamu, nanti dia selingkuh!" Tukas Ibu Reni.
"Ibu!" Tukas Pak Renggo, menatap Istrinya tajam.
Mawar rasanya ingin menjerit menangis. Namun, karena tidak ingin ribut Mawar menahannya. Adit segera menarik tangan Mawar dan berjalan naik angkutan umum menuju terminal.
"Hiks hiks... hati-hati ya Mas... aku akan selalu berdoa semoga Mas mendapat pekerjaan yang layak" doa Mawar dalam pelukan suaminya.
"Terimakasih Maw, kamu yang sabar ya... aku akan selalu merindukan mu"
"Mudah mudahan sebulan kemudian, aku sudah bisa menjemputmu" ujar Adit.
Mawar melepas kepergian Adit dengan deraian air mata. Mereka melambaikan tangan. Karena saat ini Adit sudah di dalam bus.
*********
Keesokan harinya, Adit sampai di perusahaan masih jam 4 pagi. Sebab ia bingung mau kemana sedangkan di Jakarta tidak ada saudara. Terpaksa langsung ke tempat yang di tuju.
"Selamat pagi Pak" sapa Adit kepada security. Adit berdiri di depan pos.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya security menatap penampilan Adit dari atas sampai bawah.
Security paham bahwa Adit baru datang dari Daerah pasalnya sambil menenteng tas pakaian.
"Pak, saya akan wawancara kerja hari ini, tapi tidak ada tempat tinggal. Apakah boleh, menunggu disini?" tanya Adit.
"Boleh saya melihat Identitas diri Anda?" tanya security.
Adit mengeluarkan KTP bukti panggilan kerja. Security pun percaya. Adit berbincang dengan security menunggu sampai terang.
Adit kemudian numpang ke toilet membersihkan diri, mengganti pakaian. Menggunakan kemeja baru dan celana bahan, sepatu yang di belikan Mawar.
"Istriku, kamu memang tau apa yang aku butuhkan" gumamnya setelah mematut diri di depan cermin toilet.
Mungkin nasib baik berpihak kepada Adit seolah semua di permudah. Tas pakaiannya ia titipkan di pos satpam. Nanti sore baru akan mencari tempat kos yang satu kamar paling tidak bisa untuk tidur.
Jam 8 pagi Adit menemui resepsionis menanyakan ruangan Human Resources Development (HRD)
Setelah melalui serentetan wawancara Adit di terima sebagai Menejer SDM Sumber daya manusia. Dan bisa langsung kerja hari ini.
Sore harinya Adit di ajak tinggal satu kost dengan security. Adit pun senang sekali.
********
Sebulan kemudian, Adit sedang bergijabu dengan tugasnya. Ia senang, nanti setelah terima gaji pertama, akan mengabari istrinya agar menyusul.
"Pak Adit, Ceo perusaan memanggil anda" ucap Asisten Ceo perusaan mengejutkan lamunanya.
"Saya? ada apa ya?" tanya Adit dengan perasaan campur aduk.
"Saya tidak tahu, lebih baik Anda segera temui boss" sahut asisten Ceo. Dengan rasa gemuruh di dalam dada Adit mengikuti langkah asisten.
Ada apa ini? apakah pekerjaanku kurang memuaskan? atau aku akan di peringatkan? atau aku akan dioecat? banyak prtanyaan yang memenuhi hati dan pikiran Adit. Asisten pun sampai depan ruang ceo.
Tok tok tok
"Masuk" sahut Ceo perusaan.
Asisten membuka handle pintu kemudian masuk bersama Adit.
"Ini Wahyu Aditya yang Tuan cari" ujar asisten.
"Tinggalkan kami berdua Ric" perintah Ceo.
"Baik Tuan" asisten yang bernama Riko itupun meninggalkan ruangan.
"Silahkan duduk" ucap Ceo menunjuk kursi di depannya.
"Baik Tuan" sahut Adit, menarik kursi kemudian duduk.
"Kamu nyaman bekerja di sini?" tanya Ceo.
"Sungguh sangat nyaman Tuan, saya mohon jangan pecat saya" sahut Adit masih deg degan.
"Apakah kamu puas dengan jabatanmu sekarang?" tanya Ceo kemudian, sambil berdiri berjalan memutari Adit.
"Puas Tuan"
"Saya akan memberimu jabatan yang lebih tinggi, bahkan kursi saya ini jika kamu menuruti perintah saya" ucap Ceo dengan tegas.
"Maksud Tuan?" tanya Adit menatap Ceo lagi-lagi di buat bingung.
"Menikahlah dengan putri saya, maka, saya akan memberi apapun yang kamu mau, termasuk perusahaan ini" ucap Ceo menekan meja menatap Adit seksama.
"Tapi, saya sudah punya istri Tuan" jawab Adit mencoba tenang padahal hatinya gemuruh.
"Saya tahu, jika kamu mau, kamu tidak harus meninggal kan Istrimu, atau menceraikanya. Beri dia pengertian. Jika kamu menolak, kamu akan kehilangan kesempatan ini. Ingat, kursi saya ini, kelak akan kamu duduki" tutur Ceo.
"Adit menatap Ceo, kemudian menatap kursi. Tentu Ia tidak ingin menyakiti Istrinya. Tetapi, ia kembali memperhatikan kursi sungguh sangat menggiurkan.
"Lebih baik, kamu pikirkan dulu, jika kamu ingin istrimu tidak lagi berjualan kripik berjalan kaki keliling, ikuti saran saya" pungkas Ceo.
"Tuan tahu darimana? jika istri saya jualan kripik?" tanya Adit bingung. Padahal istrinya di kampung kok bisa tahu semuanya. Padahal Adit tahu, yang membawa dirinya sampai ke tempat ini dan bisa menjadi menejer, berkat istrinya jualan kripik.
"Tidak perlu tahu darimana saya bisa mengetahui latar belakang keluargamu." pungkas Ceo.
"Saya boleh pikirkan dulu, Tuan?" tanya Adit.
"Silahkan! tapi ingat! kesempatan tidak datang dua kali" ucap Ceo penuh penekanan.
Adit melenggang keluar, kembali ke ruang kerjanya. Hatinya bimbang antara kursi Ceo dan Istrinya keduanya masa depanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Zenun
Tuh kan
2022-09-25
1
Your name
Adit seperti jarang ya membela istrinya, apa pikiranku doang ya.
Moga aja pilihannya kuat, dan tidak tertarik dengan sebuah jabatan tinggi seorang CEO
2022-03-27
1
R.F
3 like hadir. like balik iya
2022-02-21
1