Bab 3 : Kucing Pengganggu

Sesampainya di depan rumah. Daffa melepaskan sepatu lalu mengetuk pintu.

Tok tok tok....

"Iya sebentar," ucap ibu lalu membuka pintunya.

"Loh... kok pakaiannya basah semua, kamu pasti hujan-hujanan ya Daf?" Tanya Bu Pipit yang kaget karena anaknya pulang dengan pakaian yang basah kuyup.

"Ya begitulah Bu, ceritanya panjang," jawab Daffa dengan wajah pasrah.

"Ya udah mandi sana, ibu mau tidur dulu," ucap ibu.

"Okeh, bu." Ucap Daffa.

Daffa segera menuju ke kamar mandi lalu melepas pakaiannya.

"Byur, byur, byur...." Suara Daffa sedang mandi.

Setelah beberapa menit Daffa membersihkan seluruh badannya.

Saat ini Daffa berada di jendela kamar yang berada di lantai dua rumahnya.

"Setelah hujan turun, enaknya tuh gini." Ucap Daffa dengan santai.

Duduk di jendela dengan kaki lurus, menggunakan jaket hitam yang hangat dan sedang bermain game sambil menikmati kopi panas yang baru dibuat. Semua itu sedang Daffa lakukan.

Meong, meong, meong....

Suara Miko, kucing peliharaan ibunya Daffa seakan ia berkata "lapar, lapar, lapar...."

"Hus, hus, pergi sana jangan ganggu" ucap Daffa yang sedang fokus main game.

Karena mendengar perkataan Daffa, Miko marah dan berlari kencang menuju jendela lalu melompat ke arah Daffa sambil mengeong keras.

Meoongg...!

namun Miko malah terpental menuju gelas kopi lalu menumpahkannya, dan tumpahan kopi yang panas itu mengenai kaki Daffa.

"Panas, panas, panas!" Teriak Daffa kepanasan.

"Eh, eh, eh... Aaa....!" Teriak Daffa terjatuh dari lantai 2 rumahnya.

Karena tumpahan kopi mengenai kakinya, Daffa pun kaget kepanasan, lalu tubuhnya tidak seimbang dan terjatuh ke halaman rumahnya.

Brukk....

Aduuh....

"Hampir saja salah mendarat." Ucap Daffa sambil menghela napas.

Dengan merintih kesakitan, Daffa berdiri dan mengusap celananya yang basah karena tumpahan kopi lalu berjalan menuju pintu rumah lalu menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.

Daffa melepas jaket dan celananya yang basah dan menggantinya dengan celana yang lain, setelah itu ia melakukan olahraga lompat tali di kamarnya.

Kadang-kadang Daffa meluangkan waktunya untuk melakukan olahraga baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

Setelah beberapa menit, Daffa melihat Miko kembali ke kamar Daffa dan duduk menghadap Daffa, lalu menjilati kakinya.

"Eh lu lagi, lu lagi pergi sana hus..." Ucap Daffa sambil menghela napas.

"Meong meong, meong meong meong..."

Miko mengeong seakan berkata

"mampus lu, makanya jangan pelit."

Daffa mendecih kesal terhadap Miko.

"Cih... Kenapa ibu harus memelihara kucing sepertinya, walaupun dia betina dan bulunya putih cantik dia hanya mau dielus-elus oleh ibu tidak dengan pria." Ucap Daffa dengan kesal.

1 tahun yang lalu Miko baru dibeli oleh ibu dari toko hewan. Saat Daffa dan ayahnya ingin mengelus Miko mereka malah langsung dicakar.

"Aku coba mengelusnya lah, siapa tau sekarang udah nggak kayak dulu."

Daffa berhenti bermain tali skippingnya lalu mencoba mendekati si kucing dan duduk disampingnya. Kucing tersebut melihat ke arah Daffa karena instingnya berkata Daffa akan mengelusnya.

Dengan cepat, tangan Daffa menuju ke arah Miko namun sayangnya ditangkis oleh Miko. Miko pun marah lalu mencakarnya.

Meoong...! Meong...! Meong...!

"Aduuh, aduuh, Sakitt anjir."

Daffa berlari ke tempat tidur dan menggunakan selimutnya agar Miko tidak mencakarnya lagi.

Miko pun pergi berlari meninggalkan Daffa yang terbaring di kasur.

"Hadeh... Capek sekali hari ini." Ucap Daffa dengan mendengus.

Karena banyak hal yang terjadi di pagi sampai sore hari itu membuat dirinya kelelahan dan mengantuk, lalu ia tertidur lelap di kasur.

5 jam kemudian....

Kini jam 8 malam, hari sudah gelap, ibu sudah tertidur lelap dan ayah masih belum pulang juga dari kantornya.

Daffa merasa lapar karena dari sore ia belum makan karena bertengkar dengan Miko lalu ia tertidur lelap.

Daffa turun ke bawah mencari makanan namun tidak menemukan apa-apa. Ia pun berinisiatif mencari makanan di luar.

Daffa kembali ke kamar lalu memakai jaket dan menuju keluar rumah dengan berjalan.

Berselang beberapa menit kemudian, Daffa berjalan kesana kemari tapi belum menemukan tempat makan yang ia inginkan.

"Yaelah, mana nih tempat makan yang cocok dengan seleraku." Ucap Daffa dengan mendengus kesal karena kebingungan.

Daffa terus berjalan entah kemana, lalu ia melihat ayahnya sedang berjalan pulang bersama rekan kerjanya. Dia menghampiri ayahnya yang sedang mengobrol sambil berjalan bersama rekannya.

"Yahh..." Teriak Daffa lalu menghampiri ayah.

"Daffa? Kamu ngapain ke sini?" Tanya ayah.

"Lagi cari tempat makan Yah, dari sore Daffa belum makan karena sibuk di kamar, terus... Pas Daffa turun ke bawah gak ada makanan." ucap Daffa terus terang kepada ayahnya.

"Gak bilang ke ibu Daf?" Tanya ayah

"Ibu udah tidur duluan," jawab Daffa.

"Oh, yaudah nih ayah kasih uang, tapi inget jangan sampai pulang lebih dari pukul 10, kalau nggak nanti ayah hukum kamu." ucap ayah sambil menngambil uang Rp.20.000 di sakunya.

"Okeh, makasih Yah." Jawab Daffa.

Daffa menerima uang pemberian ayah lalu berterimakasih kepada ayah.

"Kalau mau cari tempat makan yang enak, kamu tinggal lurus... lalu belok kiri terus belok kanan, nah di situ ada restoran yang namanya Chicken Good," Ucap ayah sambil menunjukkan arah jalan dengan tangannya.

"Oh... Okeh Yah, aku pergi dulu." ucap Daffa

Daffa segera berjalan ke arah yang tadi ditunjukkan oleh ayahnya.

Di sisi lain.

Rekan kerja ayahnya Daffa yaitu Jojo yang berada disamping ayah Daffa bertanya kepadanya sambil berjalan pulang.

"Adi, jadi itu anak kamu ya?" Tanya Pak Jojo.

"Iya Jo, dia anak semata wayangku." Jawab ayah.

"Pantas saja mukanya mirip denganmu Adi. Mungkin saja Daffa juga Pintar, bisa olahraga, jago bela diri sepertimu dulu ya, Di?" Tanya Pak Jojo.

"Gak mungkin Jo, karena dari dulu Daffa itu orangnya selalu menyendiri, dan gak mau cari masalah. Dia juga gak pernah ikut Ekstrakulikuler di sekolahnya, padahal sudah aku nasihati tapi dia jawabnya malah gini

'gak mau yah itu terlalu merepotkan, lebih baik olahraga sendiri bebas mau kapan saja'

begitu." Jawab ayah panjang lebar sambil geleng-geleng kepala.

"Ternyata sifat yang diturunkan oleh mu cuma sifat pendiammu saja yah haha...." Ucap Pak Jojo sambil tertawa terbahak-bahak.

Di sisi Daffa.

Daffa terus berjalan di keramaian, karena saat ini ia berada di pinggir jalan utama, motor dan mobil melaju sangat kencang.

"Dimana yah, perasaan udah Deket," ucap Daffa sambil kebingungan.

Saat Daffa sedang mencari restoran Chicken Good, tiba-tiba ada seorang yang menepuk bahunya dari belakang.

"Copeeet, copeeet..." Ucap Daffa karena kaget bahunya ditepuk.

"Eh copet? Copeeet, Copeeet..." Ucap orang yang menepuk bahu Daffa sambil tengak-tengok ke kanan-kiri.

"Eh ini aku lah, Ridho," ucap Ridho sambil menepuk bahunya Daffa lagi, tapi kali ini lebih keras.

"Ehh... Ternyata Ridho yah terus sama... Viraaa...?! Malam-malam begini..?!" Daffa kaget karena bertemu dengan Ridho yang sedang jalan-jalan bersama Vira.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

eN_Altheir

eN_Altheir

mantaplah

2022-01-13

1

Maheera Indra

Maheera Indra

jeujak dulu ya.... kalau sempat Singh ke novel aku juga...

2022-01-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prolog (Fix)
2 Bab 2 : Hujan Yang Dingin
3 Bab 3 : Kucing Pengganggu
4 Bab 4 : Ridho & Vira
5 Bab 5 : Nomor Handphone
6 Bab 6 : Pura-Pura Sakit Perut
7 Bab 7 : Pakaian Olahraga
8 Bab 8 : Mendapat Hukuman
9 Bab 9 : Menunjukkan Kemampuan
10 Bab 10 : Mimpi Buruk?
11 Bab 11 : Telat Pulang
12 Bab 12 : Diculik
13 Bab 13 : Pergi Ke Rumah Vira
14 Bab 14 : Mamah Muda
15 Bab 15 : Dinner Bareng
16 Bab 16 : Terjebak Di Kamar
17 Bab 17 : Perjanjian
18 Bab 18 : Pergi Bersama
19 Bab 19 : Saling Sindir
20 Bab 20 : Mendadak Sakit
21 Bab 21 : Masa Lalu Yang Kelam
22 Bab 22 : Kamar Menjadi Berantakan
23 Bab 23 : Kelakuan Tiga Gadis
24 Bab 24 : Terbangun
25 Bab 25 : Menemukan Komik
26 Bab 26 : Terjatuh Dengannya
27 Bab 27 : Telat Masuk Sekolah
28 Bab 28 : Gadis Berkacamata
29 Bab 29 : Polisi Muda
30 Bab 30 : Kekesalan
31 Bab 31 : Nomor Tak Dikenal
32 Bab 32 : Calon Pacarnya
33 Bab 33 : Anak Kecil Yang Pintar
34 Bab 34 : Kain Pertemanan
35 Bab 35 : Pagi Yang Amat Ramai
36 Bab 36 : Perasaan Yang Sebenarnya
37 Bab 37 : Tertolak
38 Bab 38 : Andai Waktu Bisa Terulang
39 Bab 39 : Penghapus Terbang
40 Bab 40 : Permintaan Maaf
41 Bab 41 : Suasana Kantin Sekolah
42 Bab 42 : Ekstrakurikuler
43 Bab 43 : Ekstrakurikuler 2
44 Bab 44 : Kapten
45 Bab 45 : Keseharian Daffa
46 Bab 46 : Hari Yang Mendung
47 Bab 47 : Kelupaan
48 Bab 48 : Perempuan Aneh
49 Bab 49 : Perasaan Yang Mendalam
50 Bab 50 : Kebohongan Belaka
51 Bab 51 : Nasihat Dari Sang Ibu
52 Bab 52 : Seseorang Tak Diundang
53 Bab 53 : Dia Menghilang?
54 Bab 54 : Seorang Pecundang
55 Bab 55 : Jalan Yang Dipilih
56 Bab 56 : Merasa Kehilangan
57 Bab 57 : Momen Berdua
58 Bab 58 : Bercerita Dengan Si Kembar
59 Bab 59 : Siapa Yang Merencanakannya?
60 [PENGUMUMAN]
61 Bab 60 : Akhir Yang Melelahkan
62 Bab 61 : Gadis Yang Tertidur
63 Bab 62 : Suasana Yang Tak Biasa
64 Bab 63 : Saling Menguntungkan
65 Bab 64 : Aturan Yang Merepotkan
66 Bab 65 : Pedesaan
67 Bab 66 : Dua Jagoan Kampung
68 Bab 67 : Membalas Dendam
69 Bab 68 : Teman Lama
70 Bab 69 : Bertemu Dengan Sang Nenek
71 Bab 70 : Pura-pura Berpacaran
72 Bab 71 : Joging Di Sore Hari
73 Bab 72 : Di Kala Senja
74 Bab 73 : Masalah Yang Dihadapi Syifa
75 Bab 74 : Kehadiran Yang Tak Terduga
76 Bab 75 : Perdebatan Yang Cukup Alot
77 Bab 76 : Penyesalan Tante Intan
78 Bab 77 : Merasakan Rasa Pedih
79 Bab 78 : Sangat Gelisah
80 Bab 79 : Dipenuhi Tatapan Yang Aneh
81 Bab 80 : Kedatangan Murid Baru
82 Bab 81 : Tak Lagi Dipandang Rendah
83 Bab 82 : Daffa Sangatlah Serius
84 Bab 83 : Di Ruangan Kelas Yang Nyaman
85 Bab 84 : Menjadi Pusat Perhatian
86 Bab 85 : Perasaan Yang Terpendam
87 Bab 86 : Berdiskusi Mengenai Akhir Pekan
88 Bab 87 : Ungkapan Sang Putri
89 Bab 88 : Teman Tapi Mesra!
90 Bab 89 : Hanya Sekadar Gurauan
91 Bab 90 : Mendapat Undangan Berpesta
92 Bab 91 : Sahabat Atau Pengkhianat?
93 Bab 92 : Tebak-menebak
94 Bab 93 : Mengutarakan Berbagai Pendapat
95 Bab 94 : Cahaya Di Antara Kegelapan
96 Bab 95 : Mata Yang Bergerak Sendiri
97 Bab 96 : Sebuah Sepeda Keranjang
98 Bab 97 : Anda Salah Orang
99 Bab 98 : Tak Ada Batasan
100 Bab 99 : Teman
101 Bab 100 : Pengakuan Syifa
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1 : Prolog (Fix)
2
Bab 2 : Hujan Yang Dingin
3
Bab 3 : Kucing Pengganggu
4
Bab 4 : Ridho & Vira
5
Bab 5 : Nomor Handphone
6
Bab 6 : Pura-Pura Sakit Perut
7
Bab 7 : Pakaian Olahraga
8
Bab 8 : Mendapat Hukuman
9
Bab 9 : Menunjukkan Kemampuan
10
Bab 10 : Mimpi Buruk?
11
Bab 11 : Telat Pulang
12
Bab 12 : Diculik
13
Bab 13 : Pergi Ke Rumah Vira
14
Bab 14 : Mamah Muda
15
Bab 15 : Dinner Bareng
16
Bab 16 : Terjebak Di Kamar
17
Bab 17 : Perjanjian
18
Bab 18 : Pergi Bersama
19
Bab 19 : Saling Sindir
20
Bab 20 : Mendadak Sakit
21
Bab 21 : Masa Lalu Yang Kelam
22
Bab 22 : Kamar Menjadi Berantakan
23
Bab 23 : Kelakuan Tiga Gadis
24
Bab 24 : Terbangun
25
Bab 25 : Menemukan Komik
26
Bab 26 : Terjatuh Dengannya
27
Bab 27 : Telat Masuk Sekolah
28
Bab 28 : Gadis Berkacamata
29
Bab 29 : Polisi Muda
30
Bab 30 : Kekesalan
31
Bab 31 : Nomor Tak Dikenal
32
Bab 32 : Calon Pacarnya
33
Bab 33 : Anak Kecil Yang Pintar
34
Bab 34 : Kain Pertemanan
35
Bab 35 : Pagi Yang Amat Ramai
36
Bab 36 : Perasaan Yang Sebenarnya
37
Bab 37 : Tertolak
38
Bab 38 : Andai Waktu Bisa Terulang
39
Bab 39 : Penghapus Terbang
40
Bab 40 : Permintaan Maaf
41
Bab 41 : Suasana Kantin Sekolah
42
Bab 42 : Ekstrakurikuler
43
Bab 43 : Ekstrakurikuler 2
44
Bab 44 : Kapten
45
Bab 45 : Keseharian Daffa
46
Bab 46 : Hari Yang Mendung
47
Bab 47 : Kelupaan
48
Bab 48 : Perempuan Aneh
49
Bab 49 : Perasaan Yang Mendalam
50
Bab 50 : Kebohongan Belaka
51
Bab 51 : Nasihat Dari Sang Ibu
52
Bab 52 : Seseorang Tak Diundang
53
Bab 53 : Dia Menghilang?
54
Bab 54 : Seorang Pecundang
55
Bab 55 : Jalan Yang Dipilih
56
Bab 56 : Merasa Kehilangan
57
Bab 57 : Momen Berdua
58
Bab 58 : Bercerita Dengan Si Kembar
59
Bab 59 : Siapa Yang Merencanakannya?
60
[PENGUMUMAN]
61
Bab 60 : Akhir Yang Melelahkan
62
Bab 61 : Gadis Yang Tertidur
63
Bab 62 : Suasana Yang Tak Biasa
64
Bab 63 : Saling Menguntungkan
65
Bab 64 : Aturan Yang Merepotkan
66
Bab 65 : Pedesaan
67
Bab 66 : Dua Jagoan Kampung
68
Bab 67 : Membalas Dendam
69
Bab 68 : Teman Lama
70
Bab 69 : Bertemu Dengan Sang Nenek
71
Bab 70 : Pura-pura Berpacaran
72
Bab 71 : Joging Di Sore Hari
73
Bab 72 : Di Kala Senja
74
Bab 73 : Masalah Yang Dihadapi Syifa
75
Bab 74 : Kehadiran Yang Tak Terduga
76
Bab 75 : Perdebatan Yang Cukup Alot
77
Bab 76 : Penyesalan Tante Intan
78
Bab 77 : Merasakan Rasa Pedih
79
Bab 78 : Sangat Gelisah
80
Bab 79 : Dipenuhi Tatapan Yang Aneh
81
Bab 80 : Kedatangan Murid Baru
82
Bab 81 : Tak Lagi Dipandang Rendah
83
Bab 82 : Daffa Sangatlah Serius
84
Bab 83 : Di Ruangan Kelas Yang Nyaman
85
Bab 84 : Menjadi Pusat Perhatian
86
Bab 85 : Perasaan Yang Terpendam
87
Bab 86 : Berdiskusi Mengenai Akhir Pekan
88
Bab 87 : Ungkapan Sang Putri
89
Bab 88 : Teman Tapi Mesra!
90
Bab 89 : Hanya Sekadar Gurauan
91
Bab 90 : Mendapat Undangan Berpesta
92
Bab 91 : Sahabat Atau Pengkhianat?
93
Bab 92 : Tebak-menebak
94
Bab 93 : Mengutarakan Berbagai Pendapat
95
Bab 94 : Cahaya Di Antara Kegelapan
96
Bab 95 : Mata Yang Bergerak Sendiri
97
Bab 96 : Sebuah Sepeda Keranjang
98
Bab 97 : Anda Salah Orang
99
Bab 98 : Tak Ada Batasan
100
Bab 99 : Teman
101
Bab 100 : Pengakuan Syifa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!