"Reva! Kekantin yuk! ", ajak Sisil.
" Iya, udah laper nih gue! ", sahut Niar sambil mengelus perutnya yang sudah keroncongan.
" Kalian duluan aja! ", tolak Reva .
" Kenapa? Lu gak bawa uang saku? Tenang gue traktir kok! ", cicit Sisil.
" Enggak bukan begitu! ", sahut Reva yang tak enak hati.
" Ya udah jangan nolak dong! ", timpal Niar yang langsung menarik tangan Reva, sehingga ikut tertarik.
" Tapi gue gak makan ya? Gue temani kalian saja! ", ucap Reva yang di seret oleh kedua temannya itu.
" Udah lu diam aja! ", ucap Sisil sambil mencubit bibir Reva dengan gemes.
" Tuh kan udah penuh ! ", ucap Niar sambil melihat ada bangku kosong atau tidak.
" Kosong tuh! ", tunjuk Reva pada bangku sebelah pojok.
" Kita duduk di sana saja! ", ajak Reva yang di setujui oleh kedua temannya.
" Niar lu yang pesen ya! Buat kita bertiga samain aja. Gue sama Reva tunggu di sini! ", ucap Sisil.
" Siap nona cantik! ", sahut Niar dan langsung memesan makanan dan minuman.
" Udah lu tenang aja Va! Gue yang bayar nanti. ", ucap Sisil sambil memainkan ponsel canggihnya.
" Makasih ya Sil! Gue jadi gak enak sama lu !", ucap Reva.
Tak berselang lama Niar datang dengan seorang penjaga kantin , yang membawa baki berisi tiga mangkuk soto daging yang panas .
"Hay.. Hay..! ", ucap Niar heboh.
" Nih makanannya sudah datang! ", ucap Niar yang mengambil posisi duduk.
" Wah ... mantap ini! Lu pintar ya milih menu yang cocok. ", ujar Sisil yang wajah laparnya saat melihat semangkok soto di hadapannya.
" Tentu dong!", ucap Niar dengan bangga.
Sedangkan Reva hanya tersenyum melihat interaksi kedua temannya itu .
"Ini di beli untuk di makan! Bukan di anggurin Va! ", ucap Sisil sambil melirik Reva yang tak kunjung menyentuh soto nya.
" Haa... Iya ! ", sahut Reva yang langsung menyantap soto.
Saat mereka bertiga menikmati makannya, Tiba-tiba meja di gebrak oleh seorang yang membuat mereka terlonjak kaget.
Barak... Barak... Barak
Dimas menggebrak meja kantin hingga tiga kali. Sehingga mereka bertiga kompak mendongak .
Cantik! Batin Roky saat matanya menangkap wajah ayu Sisil. Bahkan rasanya seperti ada angin segara yang menghempas wajahnya. Roky sampai tak mengedipkan matanya, karena merasa kagum dengan mahkluk ciptaan Tuhan bak bidadari.
"Siapa yang nyuruh kalian duduk disini? ", bentak Dimas yang mampu menyadarkan Roky dari lamunannya.
"Memangnya kenapa? Ini kan milik umun! ", jawab Niar yang langsung berdiri.
" Wah berani lu ya? Lu belum tau siapa kita? ", ucap Dimas lagi sambil melirik kedua temannya.
" Yoi... Lu sudah berani makai bangku kita! ", ujar Roky yang tetap memandang Sisil.
" Lu pikir ini sekolah punya bapak lu? ", ucap Niar dengan kesal.
" Kita tetap duduk di sini! Cepat habiskan makan kalian! ", tatih Sisil yang menarik lengan Niar agar kembali duduk.
" Kita pergi saja dari sini! ", bisik Reva kepada Sisil.
" No! Kita duluan yang sampai sini. Jika mereka ingin tempat ini! Tuh bisa duduk disitu! ", Sisil menunjuk bangku di depannya.
" Wah... Bener - bener ya kalian! Ngajak kita perang! ", ucap Dimas melirik Rafi dan Roky untuk meminta persetujuan.
Tangan Rafi langsung terukur mengambil mangkok berisi sambal. Kemudian Rafi menuangkan semua sambal itu ke mangkuk Reva tanta tersisa.
" Nih... Makan! Ini akibatnya jika ingin melawan kami! ", ucap Rafi dengan senyum menyamping.
" Kakak apa-apaan sih! ", ucap Sisil yang langsung berdiri dan berkacak pinang.
" Jangan di makan Va! ", Sisil menarik a mangkuk Reva.
" Mau kakak apa sih? "
"Kalau mau duduk disini ya tunggu kita selesai makan kan bisa! Bukan kaya gini caranya! ", makai Niar.
" Karena ini tempat kita! ", ucap Dimas dengan tatapan yang sinis.
" Udah-udah jangan ribut! Malu di lihat tuh sama temen-temen. ", ucap Reva yang merasa tak enak . Karena usulan dari nya sehingga temen-temannya mendapat masalah dengan Rafi end the geng.
" Hayuk kita pergi dari sini! ", Reva menarik kedua temannya itu.
" Dengerin tuh! Temen lu ngomong apa? ", Dimas lagi.
Dengan kesal Sisil dan Niar menuruti Reva.
" Nih... Nih pakai nih bangku! ", ucap Niar yang dongkol.
Reva melangkah terlebih dulu dan di susul oleh kedua temannya.
Niar berjalan melewati Dimas, dengan sengaja Niar menabrak bahu Dimas sampai Dimas meringis sakit.
" Cewek kok kaya preman! ", umpat Dimas yang mengelus bahunya.
Sedangkan Sisil sengaja mengibaskan rambutnya panjang itu hingga mengenai muka Roky. Harum!, batin Roky saat mencium bau harum rambut Sisil.
" Lu kenapa senyum-senyum sendiri? ", tanya Rafi heran melihat Roky yang tersenyum sendri.
" Lu gak lupakan minum obat lu? Apa obat lu sudah habis? ", ledek Dimas.
" Gue baru tau jika di sekolahan kita ada bidadari dari kayangan! ", ucap Roky yang sambil tersenyum dalam lamunan.
" Pantas saja dari tadi lu cuma diem bae! ", Dimas menonnyor kepala Roky.
" Apaan sih lu! Ganggu orang lagi berhayal saja! ", Roky mengusap kepalanya.
" Yang mana yang lu bilang seperti bidadari? ", tanya Rafi penasaran.
" Tadi yang rambutnya panjang! ", ucap Roky menyebutkan ciri-ciri dari Sisil.
" Oww... Kirain yang pakai kaca mata tebal itu! ", ucap Dimas sambil menyebikkan bibirnya.
" Enak saja! Ya enggak lah! "
"Si cupu buat lu aja bary! Haha. ", Roky menepuk bahu Rafi.
" Sory ya bukan level gue! ", Rafi menepis kasar tangan Roky.
Hahahaha
Dimas dan Roky tertawa kompak.
Jam menunjukan pukul dua siang, dimana para murid telah selesai belajar. Semua murid meninggalkan kelas masing-masing.
" Gue duluan ya? ", pamit Reva yang sudah melangkah keluar kelas.
" Lu gak bareng kita Va? ", teriak Sisil.
" Gue ada urusan! ", Reva berhenti dan menoleh ke Sisil.
" Udah ayok ! ", Niar merangkul bahu Sisil.
Sedangkan Reva sedang bingung mencari sepeda nya. Semua siswa menertawakan serta berbisik-bisik saat melihat Reva yang bingung .
" Hey cupu! Lu nyari sepeda lu ya? ", tanya salah satu siswa.
" Iya! ", Reva mengangguk.
" Noh ada di lapangan basket! ", tunjuk siswa itu.
Secepat kilat Reva berlari menuju lapangan basket. Dan benar sepedanya ada di sana. Reva segera mendekati sepeda yang di rantai di tiang penyangga ring. Reva tampak bingung bagaimana caranya membuka gembok rantai itu. Reva tak menghiraukan seruan dari Siwa yang lain.
"Hay cupu lu lagi butuh ini ya? ", seru Dimas yang mengangkat tinggi sebuah kunci.
" Kak tolong berikan kunci itu! ", mohon Reva.
" Hahaha! Ini ambil kalau bisa! ", ucap Dimas. Tanpa pikir panjang Reva berjalan ke arah Dimas. Saat Reva sudah dekat lantas Dimas melempar kunci itu ke Roky. Sehingga Reva harus menuju ke Roky, dan saat sudah dekat Roky melempar ke Rafi dan begitu terus. Hingga akhirnya Reva memohon kembali.
" Kak tolong berikan kunci itu! ", ucap Reva yang sudah ngos-ngosan.
" Nih ambil! ", Rafi memasukan kunci itu ke saku celananya.
" Cabut! ", seru Rafi mengajak gengnya pergi dari lapangan basket.
" Kak tunggu! ", Reva berlari mengejar Rafi end the geng. Reva berhasil menarik tas yang ada di punggung Rafi. Dengan cepat Rafi menoleh kebelakang dan mendorong Reva hinga jatuh. Setelah Reva jatuh Rafi langsung melangkah pergi .
Reva hanya memandangi punggung ketiga orang itu dengan kesal. Kesal karena selalu di ganggu oleh mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
afi
bikin emosi si rafi 🤯😤
2022-05-10
0
~🌹eveliniq🌹~
hadir lagi nih support selalu
2022-02-26
0
Naya
aq emosi oiii tingkat dewaaaaaa
2022-01-24
1