Kehidupan adalah sebuah misteri ilahi. Kita gak tau apa yang akan terjadi dengan kehidupan kita. Hidup itu pilihan, mau pilih yang baik atau sebaliknya. Namun semua itu kembali ke takdir yang maha kuasa.
Sinar keemasan menghiasi langit di sore hari. Matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya. Lastri gelisah karena sudah sore cucunya belum juga datang. Wajah khawatir nya berubah menjadi senyum yang menghangatkan, saat melihat Reva sudah tiba di rumah.
"Assallamuallaikum nek? ", ucap Reva yang langsung mencium punggung tangan Lastri.
" Waalaikumsalam! ", jawabnya.
" Kenapa pulang nya sore sekali? "
"Apa ada masalah di sekolah? ", tanya Lastri sambil memegang kedua pundak Reva .
" Tidak nek! Tadi Reva antarin temen ke toko buku. Jadi Reva pulangnya kesorean.", bohong Reva.
"Maafin Reva ya nek? Sudah buat nenek khawatir. ", Lanjut Reva sambil memeluk neneknya dengan manja.
" Ia gak papa! "
"Ayok masuk dulu! Kamu juga harus segera mandi biar seger. "
"Nenek akan siapkan makanan untuk kita. ", ucap Lastri dengan senyum yang tak pernah pudar.
" Siap nek! ", tangan Revadi tautkan ke kening nya . Seperti hormat bendera saat dirinya upacara.
Di cafe
" Hahaha... Gue penasaran kira-kira bocah itu bisa gak ya ambil sepedanya? ", ucap dimas.
" Gue rasa sih! Dia bakalan nangis kejer . ", sahut Roky.
" Sudahlah ngapain sih bahas bocah cupu itu. ", ucap Rafi .
" Bray..! Lu setuju gak kalau bocah cupu itu sebagai target kita? ", tanya Roky yang sudah punya banyak ide untuk ngerjain Reva.
" Why not! ", jawab Rafi sambil menyeruput coffee late yang ia pesan.
Mendengar jawaban dari Rafi, Dimas dan Roky bertos riya. Terutama Roky yang kegirangan, ide-ide jahilnya sudah meronta-ronta.
" Gue cabut dulu! ", ucap Rafi yang bangkit dari duduknya.
" Lu mau kemana? Masih juga jam segini. ", protes Roky.
" Nyokap gue baru datang dari LN. Gue cabut sekarang! "
"Nih buat bayar ! ", Rafi menyodorkan beberapa lembar uang kertas ke temannya.
" Thank you bray! ", ucap mereka berdua kompak.
Rafi segera meninggalkan cafe saat membaca pesan masuk dari mamanya. Rafi memacu mobilnya dengan ngebut. Rafi membelah jalanan di kota A itu yang sudah mulai gelap. Hanya terangnya lampu jalan yang bersinar.
" Ma..! ", sapa Rafi saat masuk rumah.
" Baru pulang kamu Fi? ", tanya Maya.
" Ia mah... Papa mana? ", tanya Rafi yang tidak melihat kehadiran papanya.
" Papamu masih ada urusan di sana. "
"Oh... Ya gimana dengan sekolah mu? ", tanya Maya.
" Ya... Seperti biasa ma. ", jawab Rafi.
" apa kamu masih sering bikin ulah? ", tanya Maya yang selalu tau masalah anaknya di sekolah, walaupun pihak sekolah tidak memberitahu nya.
" Hanya buat seneng-seneng doang ma! ", jawab Rafi dengan santai.
" kamu itu! jangan bikin ulah yang macem-macem dong Fi! , jangan buat malu mama! ", ucap Maya dengan lembut, karena Maya tidak akan bisa marah dengan anak semata wayangnya itu.
" Mama tenang saja! ", Rafi mencium pipi Maya secara bergantian .
" Ya udah sana mandi !, bau acem.", Maya berpura-pura menutup hidungnya.
"Terus kita makan malam. ", lanjut Maya.
Rafi langsung menuju kamarnya. Sebelum mandi Rafi melatih otot - ototnya dengan cara pus up dan mengangkat barbel mini yang beratnya sekitar 5kg . Itu selalu Rafi lakukan secara rutin agar badannya tetap terlihat maco.
Di rumah Reva
" Sini sayang kita makan dulu! ", ucap Lastri yang menggiring Reva menuju meja makan.
" Makan yang banyak sayang! ", Lastri mengambilkan nasi dan lauk di piring Reva.
Dengan lahap Reva menyantap makan malam yang sangat sederhana.
Lastri yang melihat Reva makan dengan lahap hanya tersenyum getir.
" Maaf ya sayang! Nenek cuma masak orek tempe. ", lirih Lastri.
" Gak papa nek! Tempe orek ini kan makanan kesukaan ku. ", jawab Reva dengan tersenyum.
Lastri hanya manggut - manggut dengan mata yang mulai berembun.
Semoga kalian di atas sana bisa melihat kegigihan Reva dalam menjalani hidupnya. (Batin Lastri ).
" Reva! "
"Ia nek. "
"Ada yang ingin nenek sampaikan kepada mu!"
"Apa nek? Katakan? Reva akan akan mendengarkan. "
Lastri menarik nafas dalam-dalam sebelum mengatakan hal penting.
"Sebelum ibu mu meninggal. Ibu mu menitipkan ini untuk mu. ", Lastri menyerahkan kotak kecil berwarna merah.
" Ini sudah saatnya kamu tau! "
"Ambil lah ini pemberian dari ibu mu! "
Tangan Reva terukur mengambil kotak itu dari tangan Lastri.
"Apa ini nek? "
"Nenek juga tidak tau apa isinya. Buka lah agar kamu bisa tau apa isi di dalam kotak itu! "
Dengan ragu dan tangan yang tiba-tiba gemetar, Reva membuka kotak itu secara perlahan.
"Liontin? ", ucap Reva yang memandang neneknya . Lastri yang di pandang cucunya itu hanya mengangkat kedua bahunya. Lastri memang tak pernah membuka kotak itu sebelumnya.
Tangan Reva membuka surat yang ada di dalam kotak itu.
Untuk anak ku Karmila.
Saat kamu membaca surat ini, ibu sudah berada di surga bersama ayah mu. Karmila anak ku sayang maafkan ibu yang tak bisa menemani hidup mu. Anak ku jika liontin itu sudah ada di tangan mu, maka pakai lah liontin itu. Dengan memakai liontin itu ibu berharap sahabat ibu Maya bisa menemukan mu.
Anak ku sampaikan salam ibu ke sahabat ibu, jika suatu saat nanti kalian bertemu. Sayang satu hal yang harus kamu tau ibu dan ayah sangat menyayangi mu melebihi apapun . Semoga kamu hidup bahagia bersama nenek Lastri.
Salam sayang dari ibu mu Elis
💋
Reva tak berhenti menitihkan air matanya. Ia dekap erat surat dari mendiang ibunya. Berulang kali Reva menciumi kertas bagian bawah surat itu yang ada bekas kecupan bibir dari sang ibu.
"Ibu... Reva kangen! ", ucap Reva sambil terisak. Lastri yang melihat Reva menangis mencoba untuk menangkan.
" Kamu yang sabar ya sayang! "
"Semua kehidupan pasti akan kembali ke sang Pencipta. ", Lastri mengelus punggung Reva yang bergetar.
" Doakan semoga ayah dan ibu mu tenang di alamnya. "
"Pasti mereka senang dan bangga melihatmu dari atas sana, karena mimpi mereka menyekolahkan mu di SMA NUSA BANGSA terwujud. ", ucap Lastri dengan berderai air mata.
" Reva janji... Reva akan belajar dengan giat agar ibu dan ayah bangga nek. ", ucap Reva dalam pelukan Lastri. Lastri mengangguk dan mencium pucuk kepala Reva. Setelah di rasa Reva sudah tenang Lastri melepas pelukan Reva.
" Ini titipan dari ibu! ", Lastri menyodorkan amplop warna putih.
" Apa ini nek? ", Reva menyeka matanya yang masih basah.
" Kamu antar surat ini ke alamat itu!"
"Surat ini di tujukan untuk sahabat ibu mu Maya. " Jelas Lastri.
"Baik nek! Reva akan mencari alamat ini. ", sahut Reva menurut karena itu suma adalah amanah dari ibunya.
Setelah makan selesai Reva langsung ke kamarnya untuk belajar. Selesai belajar Reva kembali membuka kotak pemberian dari ibunya itu. Ia ambil kalung liontin itu. Reva mencoba membuka liontin itu.
" Foto? ", lirih Reva.
Reva mengamati dua foto secara bergantian.
" Siapa wanita ini? "
"Apa ini sahabat ibu, yang namanya tane Maya itu? "
"Aku akan menginat-ingat wajah tante Maya ini. Supaya aku bisa menyampaikan salam ibu kepadanya. Dan semoga saja wajah tante Maya tidak berubah. ", gunam Reva yang langsung menyimpan liontin itu kedalam kotak . Reva menyimpan kotak itu di antara tumpukan baju di dalam lemarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Aku mampir lagi kak.
2022-05-11
0
afi
lanjut baca
2022-05-10
0
Follow ig : tinatina3627
like and fwvorite
2022-02-25
0