" Ceritakan semua yang kalian ingat tadi malam, jika kalian merasa ada yang di luar kendali kalian misalnya ada ketidakberesan baru kita akan Panggil pihak hotel atau perlu kita melihat rekaman CCTV", bapak Abdul Muis yang merupakan bapak dari Arjuna juga memberikan usulan tentang acara rundingan saat ini.
Sementara itu Bu Hera dengan cekatan memesan menu makanan untuk sarapan pagi serta minuman meminta untuk diantar ke kamar 402 yang seharusnya kamar itu menjadi kamar Arjuna dan Luna tadi malam.
" Yang aku ingat semalam saat dansa aku minum minuman yang tersedia di sana mungkin wine atau apa Saya kurang tahu karena kami tidak pernah meminum minuman seperti itu, dan parahnya lagi mempelai perempuan pun ikut meminum karena kami pikir itu hanya minuman sejenis sirup biasa saja dan tidak akan membuat kami pusing mungkin itu yang namanya mabuk, teler Ada apa lah kami berdua memang tidak tahu sama sekali karena tidak pernah mencicipi minuman seperti itu", ujar Arjuna, dia masih duduk di pinggir ranjang tempat tidur dengan memeluk bahu Luna yang masih terisak.
" Ya kurang lebih seperti itu yang kami rasakan seperti yang diceritakan Arjuna", Aldiano membenarkan cerita yang sudah disampaikan oleh Arjuna.
" Lalu kenapa kalian bisa sampai di kamar ini?, karena yang bapak lihat semalam begitu acaranya selesai kalian tidak mabuk parah masih bisa nyambung jika kita ajak bicara dan kemudian kalian pamit menuju kamar kalian masih menggandeng pasangan kalian masing-masing dengan benar", Pak Bahar pun ikut mengingat-ingat kejadian tadi malam saat Aldiano dan ini pamit untuk menuju ke kamarnya.
" Iya betul seperti itu ketika Arjuna dan Luna pamit pun mereka saling menautkan tangan kenapa bisa Aldiano dan Arjuna terpisah dan malah menggandeng pasangan yang salah?", bapak Abdul Muis Bun ikut mengingat kejadian tadi malam.
" Iya betul seperti itu papa, saat di dalam lift ketika mulai lift itu berjalan tiba-tiba kepala kami berempat terasa sangat pusing sehingga melepaskan genggaman tangan kami masing-masing karena memegangi kepala mungkin saat keluar kamar kami salah menautkan tangan kami di pasangan yang berbeda", jawab Aldiano mengingat kejadian tadi malam saat mereka memasuki lift dan begitu pintu lift itu tertutup kepalanya langsung terasa berdenyut hebat.
" Oke nanti kita akan melihat rekaman CCTV mulai kalian dansa sampai kalian menuju kamar ini apakah ada campur tangan orang lain atau ini murni dari kesalahan kalian sendiri", ujar Pak Bahar yang disetujui oleh Pak Abdul Muis dan juga Arjuna dan Aldi.
Tok tok tok
" sepertinya itu pesanan sarapan kita sudah datang", Bu Hera dan Bu Arryanti bersikap berdiri untuk membukakan pintu dan ternyata memang benar itu layanan hotel untuk mengantar sarapan mereka.
Setelah semua makanan terhidang di atas meja serta kopi panas dan teh panas yang dipesan semuanya sudah berada di atas meja dan pelayan pun meninggalkan ruangan itu berilah mereka meneruskan pembicaraan kembali.
" Oke deh sambil sarapan dulu berunding juga butuh perut kenyang agar tidak salah mengambil keputusan", Ujar Bu Aryanti saat menghidangkan sarapan di atas meja.
" Nah betul mbak!", Timpal Bu Hera.
Dan semuanya pun akhirnya menikmati sarapannya dulu, tak terkecuali 2 pasang pengantin yang tadi malam salah duet.
" Makanlah kita akan pikirkan nanti setelah kenyang", Bu Aryanti memberikan satu piring bakmi goreng pada Arjuna seraya berbisik.
Sementara itu di sudut ruangan Aini hanya diam, dia merasa sendirian di tempat itu ada siapapun jangankan orang tua saudaranya pun tak ada.
Sementara itu kedua orangtua Luna akan menyusul ke tempat itu sebentar lagi karena mereka sedang mandi saat dihampiri ke kamarnya oleh orang tua Arjuna.
Aldiano yang melihat Aini hanya terdiam duduk di lantai akhirnya mendekati dengan membawa satu piring nasi goreng dan juga teh panas di tangannya.
" Makanlah dulu, biarlah orang tua yang akan menyelesaikan masalah kita, kamu tenang saja", Aldiano duduk bersila di depan Aini seraya menaruh piring nasi goreng dengan 2 gelas minuman.
" Sarapannya sepiring berdua yuk", Aldi tersenyum sambil menatap Aini yang terlihat dari wajahnya jika dirinya sangat bersedih.
" Terima kasih", ujar Aini Dengan hormat kepada Aldi dia pun meraih cangkir yang berisi teh panas dan menyeruputnya dengan pelan.
" ini sendoknya, Thomas suapin saja ya", ucap Aldi berusaha menggoda Aini agar sedikit bisa mengurangi rasa sedihnya.
" Saya makan sendiri saja", jawab Aini seraya meraih sendok dan mengambil nasi goreng mencoba menyuapi mulutnya meskipun selera makannya tidak ada sama sekali.
Dengan pelan Aini mengunyah nasi yang telah masuk ke mulutnya itu, rasanya nasi goreng yang tersaji dengan begitu indah dengan warna serta campuran berupa bakso, seafood serta sayuran dan juga telur itu di mulut ini seperti duri, mulutnya seperti tercucuk duri duri tajam saat mengunyah nasi tersebut.
Aini memejamkan matanya begitu rapat seakan menahan sakitnya tusukan duri yang berada di mulutnya padahal yang lebih terasa sakit adalah hatinya.
" Kenapa?", Aldi bertanya karena melihat ini seperti menahan sesuatu saat mengunyah nasi tersebut.
" Tidak apa-apa teruskanlah makannya, Saya hanya belum terlalu lapar saja", jawab Aini dengan bahasa yang terdengar masih sangat kaku pada Aldiano.
Sementara itu dari tempat duduknya Arjuna memperhatikan interaksi dua insan yakni Aldiano dan Aini yang kebetulan sekali Aini tempat duduknya menghadap ke arah Arjuna, sehingga Arjuna bisa menatap langsung wajah Aini meskipun banyak tertunduk nya.
" Aini maafkan saya, maaf semuanya jadi seperti ini karena saya salah masuk kamar pasangan lain, seharusnya tadi malam itu milik kita maafkan saya Aini!", setelah merampungkan sarapannya dan sebelum beranjak Aldiano meraih tangan Aini dan mengucapkan kata maaf untuk wanita yang kemarin telah ia nikahi.
Aini langsung Terisak, tangisnya pecah kembali, datanya langsung kembali sesak, seharusnya dirinya yang meminta maaf karena telah menyerahkan kesuciannya pada laki-laki yang bukan suaminya.
" Seharusnya aku yang minta maaf, Saya semalam sudah melakukan dosa yang sangat besar saya takut jika Allah tak memaafkan tolong maafkan saya, maafkan saya hiks hiks", tangis Aini Terdengar sangat memilukan membuat seisi kamar tersebut kemudian ikut terisak tak terkecuali Pak Bahar dan Pak Abdul Muis Mereka pun merasakan hal yang sama hingga menyesakkan dada.
Bu Hera langsung mendekati Aini dan merangkulnya serta mengusap punggungnya.
" Maafkan saya Ibu, maaf.... saya wanita yang kotor, sebaiknya Mas Aldi menceraikan saya", ujar Aini dalam tangisan dekapan Bu Hera.
Bu Hera pun hanya terkuku hatinya pun sakit dan hancur namun beliau tidak bisa berkata-kata semua keputusan mutlak berada di tangan Aldi sehingga fuhairah tidak mau mempengaruhi keputusan anaknya sedikitpun karena ini bukan kesalahan Aldi juga bukan kesalahan Aini.
BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Aira💕
sepertinya Aq tdk respect dgn Juna berbeda dengan Aldi.
2022-05-18
1
Make Up Irda
lanjuttt
2022-02-05
1
Dama Yanti
semua berawal dari minuman haram...
2021-12-29
2