"SOK cool, sok jual mahal, sok alim, , ," gerutu Ami kesal melihat Randu yang mulai menjauh.
"Napa lo? Ngedumel itu ga baik, yang baik itu ngemil." tegur Cici.
"Noh, si Randu! Diajakin pulang bareng malah meluncur sendiri aja!"
"Udah lama nunggu?" tanya Leni yang baru bergabung untuk acara pulang bersama.
"Lumayan buat Ami kesel." jawab Cici.
"Kesel nungguin gue? Emang kalian keluar jam berapa?"
"Bukan kesel nungguin lo." sahut Cici.
"Terus?" Leni belum mengerti.
"Pangeran berkuda putih gue pulang duluan!" rengek Ami.
"Pangeran berkuda putih??" seru Leni dan Cici penuh tanya.
"Iya, Randu udah pulang duluan gara-gara gue nungguin lo berdua!!" seru Ami penuh kekesalan.
"Emang lo udah yakin kalo si Randu pangeran berkuda putih?" tanya Leni.
"Pangeran berkuda putih tuh apa ya?" tanya Cici tidak mengerti.
Ami dan Leni menepuk kening masing-masing. "Pangeran berkuda putih itu, cowok ganteng, tinggi, atletis, pinter, plus tajir. Itu pangeran berkuda putih versi Ami." Leni menjelaskan.
"Iya kalo si Randu tajir. Kalo kismin?" tanya Cici lagi.
"Ya berarti dia pangeran berkuda hitam!" jawab Leni santai.
"Woy! Jangan rusak mimpi gue buat dapetin pangeran berkuda putih!" protes Ami kesal.
"Mendingan, lo harus siapin ati lo,Mi. Siapa tau Randu bener-bener pangeran berkuda hitam. Biar lo ga terlalu sakit saat nerima kenyataan." saran Leni.
"Masa sih, cowok secakep Randu, kudanya item? Pantesnya kan putih." kata Ami.
"Kalo Randu kudanya item, lo pilok aja biar jadi putih." celetukan Cici itu mendapat hadiah toyoran dikepalanya dari Ami. "Aduhh!"
***
TIGA minggu sudah para mantan murid seragam putih biru itu menjalani sekolah dengan seragam putih abu-abu. Mereka sudah mendapatkan formulir ekstra kurikuler untuk diisi sesuai organisasi yang mereka inginkan.
Saat jam istirahat, seperti biasa, Trio Kiyut sudah berkumpul di kantin. Mereka tidak memiliki meja khusus untuk mereka duduk, asal ada meja kosong, disitulah mereka akan menghabiskan waktu istirahat mereka dengan acara mengisi perut. Menu kali ini sedikit berbeda. Ami yang biasa bakso, mengganti menunya dengan ketoprak. Leni yang biasanya batagor, kali ini ingin menjajal kelezatan gado-gado kantin SMAnya. Dan Cici, tipe paling setia diantara mereka bertiga. Tetap, mi ayam!
"Ga bosen lo, Ci, makan mi ayam mulu?" tanya Ami.
"Karena gue tipe cewek setia, jadi gue ga akan selingkuhin mi ayam gue sama yang lain." jawaban Cici tetap, , hiperbola!
"Hallaahhh. Ngaku cewek setia, tapi kalo liat cowok agak cling dikit, lo yang paling depan buat nyleding tuh cowok." cibir Ami. Leni mengangguk setuju.
"Iya, kaya Randu. Dia bener-bener kinclong ya, Mi? Pantesan aja lo bilang dia pangeran berkuda putih." sahut Cici.
"Jangan berani-berani nyleding Randu kalo lo ga pengen gue lempar ampe Suramadu!" ancam Ami.
"Sadis bener sih, Mi, ampe Suramadu. Emang lo kuat angkat gue!? Badan lo lebih kecil dari gue, jadi lo ga bakal kuat!"
"Ya emang! Lo kan embot! Hahaha. . " ejek Ami dan Leni lalu terbahak.
"Dasar kuntilanak! Seneng banget kalo ngetawain temen!" maki Cici lalu kembali menyantap mi ayamnya.
"Ketawa yang puas sebelum lo nangis karena liat gue jadian sama Randu!" seperti biasa, si iblis pengganggu menurut Ami, selalu mengusik ketentraman mereka bertiga.
"Yakin bener lo bakal jadian sama Randu. Langkahin dulu gue!" tantang Ami.
"Ga perlu langkahin lo, Randu pasti bakal lebih milih gue!" ucap Sesil percaya diri.
"Dihhh, pede gila! Jangan kepedean entar lama-lama jadi gila! Hahaha. ." balas Ami dan mereka bertiga menertawakan Sesil yang pergi dengan menghentakkan kaki.
Sesil yang melihat Randu makan disudut kantin bersama Toto dan teman-temannya, menghampiri Randu dengan membawa semangkok bakso dan segelas jus jeruk. Dibelakangnya Dewi, teman Sesil, mengekori.
"Gue ikut duduk disini ya?" pintanya pada Randu yang tidak mendapat tanggapan dari cowok itu. Sesil duduk didepan Randu.
Tanpa menoleh dan pedulikan Sesil, Randu tetap menyantap ketopraknya denga khidmat dan setelah habis langsung pergi meninggalkan kantin. Ami yang melihat kesempatan berlian di depan mata untuk membalas Sesil, tidak ingin kehilangan momentum. Dia langsung menghabiskan es jeruknya lalu berjalan cepat kearah Sesil.
"Emang enak dicuekiiin. ." sindir Ami pada Sesil lalu meninggalkan kantin sambil tertawa kuntilanak, dengan background tatapan membunuh dari Sesil.
Leni dan Cici menyusul Ami meninggalkan kantin.
SEPULANG sekolah, sambil berjalan menuju halte, Trio Kiyut mengobrol seru seperti biasa.
"Lo mau masuk ekskul apa, Mi?" tanya Leni.
"Mmm. . kayanya PMR deh." jawab Ami setelah berpikir sejenak.
"Emang lo pantes masuk PMR, lo kan kaya dukun pijet tuh, jadi bisa nolongin yang sakit." sahut Cici.
"Ga ada apa bahasa yang lebih keren dari dukun pijet?" protes Ami.
"Apa ya??" Cici mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir keras guys. "Maparanji? Tukang urut? Tukang pijet? Tu--"
"Udah deh! Sama aja ga keren!" potong Ami cepat.
"Gue sih pengen masuk paskibra." ucap Leni.
"Moga-moga lo bisa masuk istana negara, Len." doa Ami
"Aamiin. ."
"Emang lo mau ngapain di istana negara, Len?" tanya Cici yang belum nyambung.
Ami dan Leni hanya memutar bola matanya. "Gini nih, kalo pakenya masih 3G. Lemot!" Cici hanya memanyunkan bibirnya mendengar ejekan Ami.
"Ami ikut PMR, Leni ikut paskibra, terus gue ikut apaan dong?" tanya Cici pada dua sahabatnya.
"Ikut makan!" jawab Ami dan Leni kompak.
"Emang ada ekskul makan? Boleh tuh, gue mau!!"
Tepuk jidat lagi deh Ami dan Leni dengan sifat Cici yang terkadang tulalit seperti jaringan triji.
***
"Suwiiwitt!" Ami bersuit memanggil Randu. "Hoy, Randu, lo ikut ekskul apa?" tanya Ami setengah berbisik karena saat ini mereka di kelas dan pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung.
"Bukan urusan lo." hanya kalimat itu yang keluar dari bibir sexy Randu dan dengan intonasi yang datar sedatar lantai keramik hotel bintang lima.
Ami memberenggut sebal. Apa kalo cowok cakep itu harus cool ya? Cool sama judes kan beda tipis. Huwaaaa gue ga rela kalo Randu terbukti judess.
Kegiatan ektra kurikuler dimulai hari senin ini. Sepulang sekolah, Ami harus rela ditinggal sendirian oleh kedua sahabatnya yang jadwal ekskulnya berbeda. Ami menuju ke ruangan UKS, untuk mengikuti materi ekskul PMR.
Ruang UKS berada diseberang lapangan basket. Saat melintasi lapangan basket, Ami melihat makhluk Tuhan paling sexy di sekolahnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Sang Pangeran Berkuda Putih versi Ami. Bukannya melanjutkan perjalanan ke ruang UKS, Ami malah berdiam diri terpana melihat pemandangan indah didepannya. Tapi saat dipikirannya melintas sikap cool yang berbeda tipis dengan judes, buyar sudah keindahan didepannya. Ami dengan segera melanjutkan perjalanannya ke ruang UKS.
"Selamat siang, Kak. Maaf terlambat." Ami tersenyum canggung.
"Kenapa kamu telat?" Kakak kelas bernama Ilham bertanya.
"Maaf, Kak. Tadi nyasar, belum tau ruang UKS." jawaban Ami membuat sebagian yang ada di ruangan itu tertawa.
Ekstra kurikuler selesai hingga jam 5 sore. Ami langsung mengambil tas ranselnya, dia ingin segera pulang. Lambungnya sudah mulai dangdutan, ususnya meronta-ronta meminta diisi. Menyesal Ami tidak mau menerima bekal dari Ibunya pagi tadi.
Ami kembali melintasi lapangan basket. Ekstra kurikuler paling ngetop itu belum selesai. Ami mencoba peruntungan dengan melemparkan senyum manis pada Randu, tapi pangeran berkuda putih itu malah mengacuhkannya. Ami kesal! Dengan menghentakan kaki dan gerendengan yang keluar dari bibir sexynya, Ami meninggalkan lapangan basket. Dia keluar gerbang sekolah dan duduk di halte depan sekolah.
Matahari semakin turun, tetapi sudah hampir tepos pantat Ami, tidak ada satu pun angkot yang melintas didepannya. Hari sudah hampir gelap, Ami tidak tahu mau minta tolong pada siapa. Teman-teman PMRnya sudah pulang, ada yang membawa kendaraan sendiri, ada yang dijemput oleh keluarganya, dan ada pula yang ikut numpang dikendaraan temannya.
Saat Ami sudah mulai merasa takut, ada sebuah sepeda berhenti didepannya. Pangeran berkuda putih!
"Jam segini angkot ga bakal lewat. Mau pulang sekalian?" tawar Randu.
Ami terdiam. Dia terlalu kaget mendapat tawaran pulang bersama dari pangeran berkuda putihnya. Tapi kok, kenapa pangeran berkuda putih naik sepeda? Seharuanya kan kalau tidak naik mobil keren, setidaknya naik motor sport lah. Eh, kali aja si Randu lagi nyamar. Ya, Randu lagi nyamar jadi cowok kismin kayanya.
"Kalo lo ga mau ya udah, gue duluan." Randu sudah bersiap mengayuh sepedanya.
"E, e, e, eh. . Randu, Randu! Tunggu!" seruan Ami menghentikan pergerakan Randu. "Lo tega ninggalin gue disini? Kalo gue diculik gimana?"
"Siapa juga yang mau nyulik cewek bawel kaya lo."
"Gue ga bawel!" Ami tidak terima. "Emang rumah kita searah?"
"Iya."
"Kok lo tau? Lo kepoin gue yaaaa. . " Ami menunjuk Randu dengan senyum kepedeannya.
"Kurang kerjaan banget kepoin lo!"
"Buktinya, lo tau arah rumah gue. Gue aja ga tau rumah lo!"
Randu merasa tidak ada gunanya dia bicara lama-lama dengan Ami, dia kembali hendak mengayuh sepedanya.
"Tunggu!Gue ikut!" seru Ami. "Gue bonceng dimana?"
"Belakang! Tuh ada pijakan kakinya!"
"Kenapa ga didepan aja?"
"Lo bukan cewek gue, jadi ga usah sok manis pengen bonceng didepan."
"Emang gue manis." ucap Ami pede.
"Cepetan! Mau naik ga!? Udah mau malem nih!" Randu mulai tak sabar.
"Iya, iya, iya gue naik." Ami pun naik dipijakan kaki yang ada diban belakang sepeda Randu. Kedua tangannya berpegangan erat dibahu Randu.
Randu mulai mengayuh sepedanya. Ditengah perjalanan, Ami perlahan melingkarkan tangannya dileher Randu. Wanginya maskulin bangeeeet. . .
"Ga usah ngayal macem-macem, pindahin tangan lo!" ucapan Randu berhasil membuyarkan kehaluan Ami.
"Iya, ganggu aja kesenangan orang!" tangan Ami kembali keposisi semula, dibahu Randu.
Sampai dipertigaan jalan, Randu menghentikan sepedanya. "Rumah lo lurus apa belok?"
"Lurus."
"Ya udah, lo turun disini. Rumah gue belok." ucap Randu cuek.
"What!!? Lo seriusan nyurih gue turun!?" Ami tidak percaya ada cowok yang tega menurunkan cewek cantik sepertinya dipertigaan jalan.
"Jalan kita udah ga searah lagi. Gue belok dan lo lurus, karena ini sepeda gue ya lo harus turun." ucap Randu dengan teganya.
"Terus gue lanjutin sampe rumah naik apa?" Ami memelas.
"Ya jalan kaki!"
"Entar yang ada kaki gue bisa pecah-pecah!"
"Itu sih derita lo!" Randu pun mengayuh sepedanya.
"Randu! Hey! Mana ada orang nganterin pulang cuma setengah jalan!?" protes Ami. Tapi Randu sudah berlalu.
____________________________________________________
Si cewek labil dan halu balik lagiiiii
Mas ilham lagi ngapelin aku buat Ami
Jadi cepet up-nya ☺☺
Makasih buat kalian yang sudah baca
Jangan lewatkan perjalanan Ami mencari
Pangeran berkuda putih
Bye byeeee 👋👋
Cirebon, 19 Desember 2021
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Cerita Aveeii
bacanya jadi nagiiihh
2022-05-14
0
Baby_Miracles
ami akhirnya punya kesempatan ya?
2022-04-29
1
gulla li
🤣🤣🤣
2022-04-21
1