PAGI-PAGI Trio Kiyut sudah berghibah-ria sebelum bel masuk berbunyi. Sudah seperti emak-emak komplek yang selalu sarapan ghibah di abang sayur atau warung sembako setiap pagi. Leni dan Cici dengan khusyuk mendengarkan ocehan Ami tentang pengalamannya diantar oleh cowok paling tampan sejagat sekolah.
"Kesel banget tau gue kemaren." oceh Ami.
"Kesel kenapa? Lo kecapean abis ekskul, Mi?" tanya Cici.
"Bukaaaannn. ." seru Ami kesal.
"Apa yang buat lo kesel?" gantian Leni yang bertanya.
"Coba kalian bayangin, kemaren tuh abis ekskul gue nunggu angkot buat pulang. Tapi sampe mau magrib, sampe pantat semok gue bentar lagi tepos,tuh angkot ga ada yang lewat-lewat."
"Terus lo pulang naik apa, Mi?" sela Cici.
"Makanya lo dengerin dulu Miss Trijii!" sanggah Ami pada Cici.
"O, iya ya. Oke, lanjut."
"Terus tiba-tiba Randu datang nawarin buat pulang bareng naik sepeda dia."
"Hah! Sepeda!?" kembali Cici menyela.
"Gue belom selesai, Maymunaaahhh!!" Ami semakin kesal pada Cici.
Teeettt!! Teeettt!!!
Bel masuk sekolah berkumandang diseantero jagat putih abu-abu.
"Gara-gara lo nih, Ci. Nge-cut terus ceritanya Ami, kaya sutradara aja. Jadinya cerita belom selesai udah masuk duluan." protes Leni yang diangguki Ami.
"Kok gue??"
"Ya iyalah! Kan yang nyela-nyela cerita gue, lo!" Ami setengah berteriak saking kesalnya. "Udah deh, tar jam istirahat aja gue lanjutin. Eh, ingetin gue ya. Gue sekarang lagi kesel banget sama Randu! Kalo gue natap dia sampe ileran, elapin!"
"Iiihhh, jijay gue ngelap iler lo. Lap aja sendiri!" tolak Leni.
"Iya nih. Lagian gue ga bawa tisu tau, Mi." Cici pro dengan Leni.
"Dasar temen-temen durhaka!" maki Ami tak sepenuh hati.
"Biarin! Lagian temen durhaka sih ga dosa, yang dosa tuh anak durhaka!" balas Cici.
Trio Kiyut pun membubarkan diri dan masuk ke kelas masing-masing. Ami langsung membuang muka dan setting muka kesal wal marah saat melihat Randu. Meski pun tempat duduk mereka bersebelahan, Ami selalu membuang muka tidak mau melihat Randu. Tapi, kadang saat guru tengah menjelaskan, Ami terkadang curi-curi pandang pada cowok yang duduk di sebelahnya.
Susahnya menolak pesona Randu! jerit hati Ami.
"Bawa tip-ek ga?" tanya cowok di samping Ami itu.
Jangankan menjawab, Ami malah membuang muka. Randu mengerutkan kening melihat sikap Ami. Kenapa nih cewek? Salah minum obat kali ya. Biasanya juga kalau liat gue sampe ileran.
"Gue pinjem tip-ek, bawa ga? Kok lo diam aja."
"Gue tuh lagi kesel sama lo! Lagi marah sama lo! Jadi jangan ngajak ngomong gue! Bisa-bisa gue khilaf." Ami menumpahkan kekesalannya.
Randu sempat bengong mendengar curhatan Ami. "Kesel dan marah sama gue? Apa salah gue?"
"Huh!" lagi-lagi Ami membuang muka.
DI kantin saat jam istirahat. Ami menusuk somaynya dengan keras, untung saja piringnya tidak sampai pecah. Leni hanya diam melihat tingkah Ami, sementara Cici yang baru datang dengan semangkok mi ayamnya langsung menagih janji Ami.
"Katanya lo mau lanjutin cerita lo yang gue cut?" tanya Cici lalu mulai memakan mi ayamnya.
"Eh iya, gue sampe lupa! Ayo lanjutin ceritanya, Mi! Asal muasal lo jadi benci sama Randu." Leni menyambungi.
"Gue ga benci, gue cuma kesel!" ralat Ami
"Iya, iya, pokoknya gitu deh."
"Kemarin sore itu, gue pulang sama Randu, ,"
"Cie cieee udah diajakin pulang bareng." sela Cici.
"Tuh kan, lo potong lagi. Gue ga jadi nih ceritanya!".ancam Ami.
"Tau nih. Udah, lo makan mi ayam aja, keburu tuh mi ayam gue embat!" Leni ikut mengancam.
Cici mencebikkan bibirnya lalu melanjutkan makan.
"Dari pertigaan jalan sono rumah gue lurus kan," Ami menunjuk arah pertigaan jalan yang berada lumayan jauh dari arah sebelah kiri sekolahannya. Leni dan Cici kompak mengangguk. "Ternyata rumah dia tuh dipertigaan jalan belok kiri,eh! Dia nurunin gue di pertigaan. Dia bilang udah ga sejalan, jadi harus pisah! Kek orang pacaran disinetron aja." tambah Ami dengan penuh kekesalan.
"Terus lo lanjutin pulang naik apa?" tanya Cici.
"Ya jalan kaki, Maymunaaahh! Si Ferguso ninggalin gue!"
"Lah, lo pulang sama Randu apa sama Ferguso?" tanya Cici yang membuat Ami dan Leni tepuk jidat berjama'ah.
"Ciciiiii!!!" seru Ami dan Leni geram.
"Lama-lama gue cuci otak lo pake deterjen!" geram Ami saking kesalnya.
"Gue ga budek, Milen!" gerutu Cici.
"Makanya lo sering-sering nonton tipi biar tau kalo si Maymunah sama Ferguso itu lagi ngehits banget." kata Ami.
"Maksudnya, lo diturunin di pertigaan dan suruh jalan kaki sampe rumah?" tanya Leni.
"Iya! Kesel banget kan!?"
"Ih, jadi cowok ga jentel banget." cibir Leni.
"Jadi lo marah ke gue gara-gara kemaren?" tiba-tiba Randu sudah berdiri di belakang Ami
"Iya! Emang napa!?" suara Ami meninggi lalu kembali menusuk somay dengan garpunya dan langsung memasukkannya kemulut dengan kasar.
"Randu, udah ga usah dipeduliin. Ga mutu juga ngobrol sama mereka." Sesil menarik tangan Randu menjauhi Ami cs.
"Dasar centil! Keganjenan! Sok cantik!" gerutuan Ami mengiringi langkah Sesil dan Randu yang pergi menjauhi mereka. "Iiihhh kenapa harus sama si kuntilanak sih!!?"
"Berati Randu itu genderuwo, Mi." ucap Cici.
"Emang ada genderuwo yang cakep?" tanya Ami yang ketularan tulalitnya Cici.
"Tuh si Randu."
"Lama-lama lo jadi ketularan Cici, Mi." kata Leni.
"Masa, Len?"
***
DUA bulan sudah Ami berseragam putih abu-abu. Seringnya dia bertemu dangan Randu, baik saat di kelas atau pun saat ekskul, membuat Ami tidak bisa memungkiri pesona seorang Randu.
Saat ini sedang diadakan tanding uji coba bola basket antara kelas X kontra kelas Xl, dan dipastikan Randu akan bermain. Dengan semangat 45, begitu bel pulang sekolah berbunyi, Ami langsung menuju lapangan basket. Leni dan Cici menyusul.
Sebelum pertandingan dimulai, anggota cheerleaders sekolah mereka tampil. Ami sangat muak melihat gerakan Sesil yang menurutnya sengaja dibuat-buat untuk menarik perhatian cowok, terutama Randu.
"Uuwwww, Randu seksi banget yaa pake seragam basket terus keringetan gituu. ." elu Cici dengan mata memuja.
"Itu gebetan gue! Awas aja lo nyleding gebetan gue, Ci. Gue sleding lo sampe gelinding." tukas Ami.
"Iya gue ga bakal nyleding gebetan temen gue sendiri."
"Adopsi Toto aja noh!" kata Leni.
"Ih, ogah! Toto item. Gue kan pengen memperbaiki keturunan, secara kulit gue agak eksotis jadi ya mo adopsi cowok yang kinclong kaya lantai marmer." tolak Cici.
"Tapi jangan Randu! Dia mau gue adopsi." cegah Ami
"Iya gue mau cari kakak kelas aja ah. Siapa ya yang kinclong dari kelas Xl?" mata Cici berkelana ke lapangan basket, mencari mangsa siswa kelas Xl.
Pertandingan berlangsung seru. Sesil selalu menyerukan nama Randu dari pinggir lapangan. Saat Randu terjatuh dan cedera, seruan tertahan keluar hampir dari semua penonton termasuk Ami dan Sesil. Sesil yang berada di pinggir lapanagan langsung mendekati Randu.
"Kamu cedera Randu?" tanya Sesil khawatir.
"Kaki gue terkilir." jawab Randu sambil meringis menahan sakit.
"Aku ga tau cara nyembuhin orang cedera, apalagi terkilir." Sesil ikut meringis melihat kesakitan Randu.
"Dasar kuntilanak ganjen." rutuk Ami dari tempat duduknya.
"Si genderuwo mau lagi dipegang-pegang sama si kuntilanak." Cici ikutan merutuk.
"Siapa yang genderuwo?" tanya Ami.
"Ya Randu lah! Kata lo dia genderuwo tamvan." tunjuk Cici.
"Gue ga rela pangeran kuda putih gue dikatain genderuwo!" seru Ami.
"Terserah lo deh mau manggilnya apa!" Cici cemberut.
"Berisik aja! Lo dipanggil tuh, Mi." beritahu Leni.
"Gue? Dipanggil sama siapa?" Ami menunjuk hidungnya sendiri.
"Anggota PMR kelas X mana!? Teman kalian ada yang cedera nih!" seru kakak kelas Ami.
"Maju sono, Mi! Kesempatan lo buat deketin genderu- eh pangeran lo!" suruh Cici.
Ami pun bangkit dari duuknya. "Seenggaknya, gue harus berjuang buat dapetin pangeran kuda putih gue. Iya, kan!?"
"Semangat!!" seru Leni dan Cici.
Ami berjalan kearah Randu. Saat sudah dekat dengan Randu dan Sesil, tatapan Sesil menyorot tidak suka padanya.
"Ngapain lo kesini!?" tanya Sesil dengan bentakan.
"Gue tadi dipanggil sama kakak kelas buat nolongin yang cedera, kan gue anggota PMR." jawab Ami sok cuek.
"Yang anggota PMR kelas X tuh bukan lo doang! Kenapa yang kesini lo!" sentak Sesil. Kemudian Sesil memanggil teman sekelasnya yang juga ikut PMR.
Setelah mengetahui Randu terkilir, teman sekelas Sesil angkat tangan. "Gue ga bisa ngurut. Kalau terkilir biasanya diurut biar cepet sembuh." ucap teman Sesil. Anggota PMR yang lain pun mengangguk.
"Makanya, biar Ami yang ngurutin Randu. Dia kan maparanji." usul Cici yang ikut mendekat bersama Leni.
"Yang keren dong, Ci! Ish!" protes Ami.
"Oh iya, terapis, terapis. Gitu kan bahasa kerennya?" Cici tersenyum lebar menatap Ami yang disambut acungan jempol dari Ami.
"Ya udah cepetan urut gue!" pinta Randu.
"Tapi Randu. . ." sela Sesil.
"Lo kenapa sih!?" tanya Randu heran dengan sikap Sesil.
"Awas lo! Urut yang bener, jangan caper!" tukas Sesil.
Ami mencebikkan bibirnya. Dia lalu jongkok di samping Randu yang selonjoran di pinggir lapangan. "Ada yang bawa losion ga?"
"Beli sendiri sono!" kembali Sesil berkata ketus pada Ami.
"Losion itu buat ngurut kaki Randu! Dasar kuntilanak!" balas Ami tidak kalah ketusnya.
"Kenapa sih kalian malah berantem!? Kalau lo mau ngasih losion lo, gue ucapin makasih!" geram Randu yang kesal dengan perdebatan mereka berdua.
Sesil menyerahkan losion miliknya pada Ami dengan kasar. Ami mulai mengoleskan losion kepergelangan kaki Randu yang terkilir lalu mulai mengurutnya. Setelah diurut beberapa lama, Ami menyentak kaki Randu hingga berbunyi, "krekk!!"
"Hkk!! Ssttt. ." jerit Randu tertahan. Randu sampai meremas pergelangan tangan Ami hingga memerah.
Ami meringis, kemudian Ami mengurut lagi sebentar lalu berucap, "udah. Kaki lo udah ga terkilir lagi. Coba aja buat jalan."
Ami membantu Randu berdiri, dan meminta Randu untuk berjalan. Randu pun menuruti permintaan Ami, pelan-pelan dia mulai berjalan. Dia merasa senang karena sakitnya sudah banyak berkurang. Ami hendak pergi, tidak suka dengan kedekatan Randu dan Sesil. Sakit hatinya melihat kedekatan mereka.
Randu menahan tangan Ami. "Makasih ya." ucap Randu. Dia lalu menatap pergelangan tangan Ami yang memerah akibat ulahnya. "Maaf untuk yang ini. Gue reflek."
"Ga masalah." Ami lalu pergi, mencoba jual mahal pada Randu dan berharap Randu mengejarnya.
Setelah jauh, Ami merasa kecewa karena Randu tidak mengejarnya. Tapi setelah sadar, Ami menepuk keningnya sendiri. "Dia kan kakinya masih sakit, mana bisa dia ngejar gue. Kebanyakan ngarep!"
____________________________________________________
**Haaayyy ketemu lagi sama Amiii
Minta jempol kalian yaaa buat Ami 👍
Cirebon**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
It's me
😂😂😂
2022-05-30
0
Ana Johana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-05-02
1
Baby_Miracles
he he he satu point buat ami
2022-05-02
2