"Apa kamu ingin merawat bayi ini jika dia sudah lahir kelak." Tanya om Andi setelah semua nya ku ceritakan ke padanya.
"Entah lah om, saya juga bingung karena Saya masih ingin melanjutkan masa depan saya dan membahagiakan nenek saya." Jelas ku yang memang tidak punya keputusan saat itu.
"Bagaimana kalau saya yang adopsi anak kamu kalau sudah lahir kelak?" Tanya nya lagi.
"Maksud om?"
"Jadi begini Adeli, saya sudah berumah tangga selama 10 tahun tapi sampai sekarang rumah tangga kami belum di karuniai seorang anak. Tapi masalahnya ada di saya saya mandul dan bagaimana jika nanti kalau kamu sudah lahiran anak kamu untuk kami, saya janji kami akan merawat anak kamu seperti anak kandung kami. Dan jika anak kamu bersama kami saya bisa pastikan masa depan dia akan terjamin dan kamu juga bisa menemui nya nanti kapan pun kamu mau." Jelas nya.
"Tapi om..."
"Tenang saja, kamu akan dapat imbalan untuk itu semua kok." Potong nya.
Benar kata om Andi jika aku menggugurkan kandungan ini maka dosa ku akan berkali-kali lipat, namun jika ku lahir Kan dan ku rawat sendiri nasib nya akan hampir sama dengan diriku. Namun jika anak ku di adopsi oleh om Andi dan istrinya seperti nya masa depan nya akan terjamin dan dia akan punya orang tua yang lengkap.
""Apa istri om akan setuju?" Tanya ku lagi setelah memikirkan semua kata-kata om Andi.
"Oh iya istri saya, sebentar ya saya telepon istri saya dulu." Ucap nya yang mungkin baru mengingat soal persetujuan istrinya.
"Iya om." Jawab ku
Om Andi pun keluar dari ruangan itu, sementara aku mulai berkelana di pikiran ku tentang semua masalah hidup ku ini. Entah kemana aku akan melangkah aku benar-benar tidak punya tujuan hidup sekarang.
.
.
.
Sudah setengah jam berlalu om Andi belum juga kembali ke kamar ku. Namun tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terlihat lah seorang perempuan cantik dan ku taksir usianya masih 25 an.
"Halo cantik, bagaimana keadaan mu?" Tanya nya sambil menghampiri ku dengan senyuman manis di wajah nya dan di belakang nya ada om Andi yang ikut masuk juga.
"Baik kak." Jawab ku.
"Ohh iya perkenalkan nama saya Anastasia Leonardo panggil saja mbak Tasya, ohh iya saya istri mas Andi dan mas Andi sudah cerita semua nya tentang kamu." Jelas nya sambil mengulurkan tangannya.
"Adeli mbak." Jawab ku sambil membalas uluran tangan nya.
"Begini Adeli, mungkin kamu sudah tau masalah rumah tangga ku dan mas Andi tadi kan. Yang mau kami tanya kan apa kamu benar-benar mau menyerahkan bayi kamu untuk kami?" Tanya nya dengan tatap penuh tatapan harap.
"Ummm.... Iya mbak." Jawab ku yang memang sudah membulatkan tekad.
"Syukurlah mas." Ucap nya sambil merangkul lengan om Andi.
"Yasudah selama kehamilan kamu tinggal bersama kami ya, biar gizi dan keselamatan kamu dan bayi kamu aman bersama kami." Pinta nya.
"Baik mbak." Jawab ku.
Dan karena memang tidak ada luka yang cukup serius saat itu jadi aku boleh pulang malam itu juga. Entah apa yang ada di pikiran ku akhiri nya aku ikut keluarga ini pulang ke rumah mereka. Dan sesampainya di depan rumah mereka aku benar-benar takjub melihat kemegahan dan kemewahan rumah itu.
Bahkan saat masuk ke dalam rumah mereka aku hanya bisa terpana takjub melihat megah dan mewah rumah mereka.
Aku di perlakukan sangat baik saat itu, di berikan kamar yang super besar bahkan ranjang nya sangat empuk.
Sungguh nyaman berbaring di kasur mahal itu karena memang aku belum pernah tidur di kasur se empuk ini selama aku hidup.
Mbak Tasya pun terlihat begitu baik, dia pun menyuruh pelayan rumah itu untuk menyiapkan makanan untuk ku sementara aku di suruh rebahan di ranjang.
"Ohh iya Adeli maaf ya bukan nya saya sok tau tadi suami saya sudah cerita semua nya jadi apa benar kamu sudah siap dengan semua keputusan kamu?" Tanya mbak Tasya memperjelas semua nya.
"Iya mbak saya siap." Jawab ku.
"Baiklah Adeli, untuk uang saku mu akan kami berikan 10 juta setiap bulan nya selama kamu mengandung. Dan setelah kamu melahirkan kamu akan mendapatkan uang tunai 20 juta rupiah, sebagai ucapan terima kasih kami.
tapi ingat kita harus buat perjanjian kamu akan menyerahkan anak kamu kepada kami tanpa pernah mengungkit siap kamu di kemudian hari." Jelas mbak Tasya.
"Hah sebanyak itu?" Tanya ku dengan bola mata melotot nyaris tidak percaya.
"Iya, atau kamu rasa itu kurang?" Tanya mbak Tasya.
" Tidak mbak itu sudah lebih dari cukup." Jawab ku.
"Baiklah Adeli, besok suami saya akan mengurus cuti kamu ke kampus karena kamu harus fokus ke kehamilan kamu. Tugas kamu hanya menjaga kandungan kamu dan jangan pernah keluar dari kamar ini." Titah mbak Tasya.
"Baik mbak."
"Apa kamu punya permintaan?" Tanya mbak Tasya.
"Hanya satu mbak, saya mau nanti kalau anak saya sudah lahir tolong mbak dan om Andi jaga baik-baik ya." Ucap ku.
"Iya Adeli kamu tenang saja, kami sudah lama menanti kan kehadiran anak kamu ini. Dan kamu tau setelah sekian lama suami saya mau mengadopsi seorang anak karena dari dulu dia tidak pernah mau dan selalu menolak namun untuk pertama kali nya dia yang meminta." Jelas mbak Tasya.
"Ohh iya? Kalau boleh tau Mbak Tasya umur nya sekarang berapa?" Tanya ku yang memang sedikit kepo.
"Usia saya sekarang 30 tahun Adeli, saya menikah di umur 20 tahun bahkan saya melanjutkan kuliah saya saat sudah menikah. Dan suami saya sekarang berusia 40 tahun kami terpaut 10 tahun." Jelas nya.
"Wahh tapi mbak Tasya terlihat sangat muda ya, saya kira tadi masih berumur 24 25 an." Ucap ku.
"Ahh kamu bisa saja, ehh sebentar ya saya siapkan makan malam dulu untuk kita sepertinya mas Andi sudah selesai mandi." Pamit mbak Tasya.
"Ohh iya iya mbak." Jawab ku.
Mbak Tasya pun keluar dari kamar ku sementara aku lagi-lagi tidak percaya dengan semua ini. tapi tiba-tiba aku kepikiran nenek dengan begini nenek tidak perlu ke kebun lagi karena sebentar lagi aku akan gajian 10 juta per bulan sedangkan di sini seperti nya aku tidak butuh apa-apa jadi uang nya bisa ku kirimkan semua nya untuk nenek.
"maafkan Adeli nek, Adeli juga tidak tau ini uang haram atau uang halal tapi Adeli kepingin nenek juga bisa hidup santai di usia sekarang." batin ku yang turun dari ranjang dan mencari ponselku untuk menghubungi nenek ku.
Beberapa kali aku menelepon nenek tapi tak kunjung di angkat. Akhirnya aku ingin ke kamar mandi namun tiba-tiba pintu kamar kembali terbuka.
"Adeli, untuk malam ini kamu pakai ini dulu ya besok pagi kita ke kos an kamu buat ambil barang-barang yang memang kamu butuhkan nanti sisa nya kita beli saja." Ucap mbak Tasya sambil menyerahkan paper bag kepada ku.
"Baik mbak, terimakasih mbak." Ucap ku sambil menerima paper bag itu.
Aku pun ke kamar mandi dan segera mandi dan mengganti pakaian ku. Lalu ikut makan malam bersama keluarga nya om Andi. Entah kenapa perasaan baru tadi kami berkenalan namun aku merasa nyaman bersama keluarga ini.
Setelah selesai makan malam aku pun kembali ke kamar ku untuk ber istirahat.
Tanpa ku sadari sedari tadi ternyata nenek sudah menelepon ku berkali-kali.
"Wah Ternyata nenek tadi menelepon." Batin ku setelah melihat panggilan tidak terjawab dari nenek.
"Assalamualaikum nek, maaf tadi Adeli ada kerjaan makanya telepon nenek tidak di jawab sama Adeli." Bohong ku saat panggilan kami sudah terhubung.
"Waalaikumsalam nak, Tidak apa-apa sayang, Adeli sudah makan?" Tanya nenek dengan suara lembut nya.
"Alhamdulillah baru saja selesai makan nek, nenek sudah makan?" Tanya ku balik.
"Sudah nak, bagaimana kuliah kamu?"
"Umm anu nek itu yang ingin Adeli jelaskan kepada nenek." Kini aku jadi bingung bagaimana cara merangkai kata kepada nenek untuk menjelaskan keadaan ku.
"Mau menjelaskan apa nak?" Tanya nenek di seberang sana.
"Jadi kemaren Adeli mendapat tawaran pekerjaan nek dari perusahaan besar, dan gajinya 10 juta satu bulan. Lalu seperti nya Adeli harus mengambil cuti kuliah dulu deh. Sayang nek kalau sampai di lepas." Jelas ku entah dari mana aku dapat ide kebohongan itu tiba-tiba.
"Wahh benarkah 10 juta perbulan nya ndok? Besar sekali ya, tapi apa tidak sebaiknya kamu selesai kan dulu kuliah mu lalu bekerja?" Tanya nenek lagi Dari seberang sana.
"Tenang saja nek, kontrak kerja nya hanya setahun kok tahun depan Adeli lanjut kuliah lagi lumayan nek uang nya jadi nanti Adeli bisa menabung untuk modal usaha." Rasa nya sesak di dada ku karena begitu banyak kebohongan yang ku ucapkan kepada nenek.
"Tapi nak..."
"Nenek tenang saja, Adeli tidak akan tergoda kok sama uang dan Adeli janji Adeli pasti menyelesaikan kuliah Adeli secepatnya. Sekarang yang terpenting nenek jaga kesehatan ya di sana. Tidak usah capek-capek ya." Potong ku agar Nenek tidak memperpanjang masalah nya.
"Yasudah terserah kamu saja ndok, yang penting jaga kesehatan ya nak." Ucap nenek yang akhirnya mengalah.
"Siapa nenek ku sayang, nenek juga baik-baik ya di sana."
"Iya iya nak."
"Yasudah nek, Adeli mau bersih-bersih badan dulu ya nenek juga istirahat gih sudah malam nih." Ucap ku karena takut sampai mbak Tasya masuk ke kamar ku.
"Iya ndok, yasudah nenek tutup telepon nya ya nak assalamualaikum sayang."
"Waalaikumsalam nek." Jawab ku mengakhiri panggilan kami.
"Huh, semoga nenek percaya sama aku, maafin Adeli nek karena sudah berbohong kepada nenek, karena Adeli tidak punya pilihan lain lagi." Batin ku merasa bersalah kepada nenek ku.
Akhirnya aku pun ke kamar mandi membersihkan diri lalu segera tidur karena aku merasa benar-benar lelah hari ini.
.
.
.
Tak terasa waktu pun terus berjalan dan kini sudah pagi, sinar mentari telah membangunkan ku dengan cahaya nya yang menembus celah-celah gorden.
"Tok...tok...tok.." pintu kamar ku di ketok dari luar.
"Masuk." Jawab ku.
"Selamat pagi nyonya Adeli, apa tidur nyonya nyenyak?" Tanya seorang ibu yang ku taksir berusia 40 an sambil membawa nampan berisi roti dan segelas susu.
"Selamat pagi Bu, iya tidur saya nyenyak kok." Jawab ku sambil cengengesan.
"Ini non sarapan nya, oh iya pesan nyonya besar tadi setelah selesai sarapan non Adeli mandi ya lalu bersiap-siap karena non besar dan non Adeli harus ke kos non Adeli untuk mengambil barang-barang nya non Adeli." Jelas sang ibu.
"Baik bu."
"Panggil saja saya mbok Inem non, untuk kedepannya saya yang akan melayani non Adeli selama non Adeli ada di rumah ini." Jelas mbok inem.
"Baik mbok."
"Yasudah non Adeli sarapan dulu ya, nanti saya antarkan pakaian yang akan nyonya Adeli gunakan." Jelas mbok inem.
"Baik mbok." Jawab ku lagi.
Akhirnya mbok inem pun pamit keluar kamar ku, dan aku pun segera turun dari ranjang lalu membersihkan diri dan segera sarapan karena perut ku memang sudah keroncong.
Setelah selesai sarapan aku pun mandi pagi, rasanya sangat enak sarapan di siapkan mandi pun di bathtub bahkan ada banyak jenis sabun yang begitu wangi dan membuat aku benar-benar rileks.
Beberapa jam berlalu dan kini aku sudah selesai mandi. Ku lilitkan handuk di rambut dan di tubuhku dan benar saja pakaian ber merek telah tersedia di atas ranjang tidur ku.
"Hmm ternyata jadi orang kaya itu menyenangkan ya." Batin ku merasa bahagia.
Setelah selesai berpakaian dan berdandan aku pun keluar dari kamar ku dan terlihat om Andi dan mbak Tasya yang sudah duduk si sofa ruang tamu dan sepertinya sedang berbincang kecil.
"Selamat pagi mbak, om." Sapaku saat aku sudah mendekati ke sofa.
"Pagi Adeli." Jawab mbak Tasya sedangkan om Andi hanya tersenyum manis namun dia menatap ku dari ujung kaki sampai ujung rambut yang menbuat diriku menjadi salah tingkah.
"Apa kamu sudah siap?" Tanya mbak Tasya.
"Sudah mbak." Jawab ku.
"Yasudah yuk mas," ajak Tante Tasya.
Om Andi pun berdiri dari duduk nya dan segera berjalan menuju pintu keluar sedangkan Tante Tasya dan aku mengikuti om Andi dari belakang.
Kami pun masuk ke dalam mobil dan segera menuju kampus ku untuk mengurus cuti kuliah ku. Di dalam mobil om Andi dan mbak Tasya mengobrol tentang banyak hal dan aku kebanyakan diam karena memang bukan kapasitas ku ikut nimbrung di obrolan mereka.
Beberapa menit berlalu kami pun sampai di kampus ku yang memang nama dan alamat yang sudah di ketahui oleh mbak Tasya dan om Andi. Kami pun keluar dari mobil dan segera menuju ke ruang dekan untuk menjelaskan soal pengambilan cuti kuliah ku.
Berkat uang dan publik speaking nya om Andi yang bagus akhirnya tidak di butuhkan waktu lama proses cuti ku dapat di setujui oleh universitas dan setelah semua nya beres kami pun pamit pulang lalu segera ke kos an ku untuk mengemasi barang-barang ku. Om Andi dan mbak Tasya pun ikut membantu ku untuk mengemasi barang-barang yang sekiranya ku perlukan sisa nya di tinggal di kos itu karena kos itu sudah ku bayar penuh setahun jadi walaupun aku tidak tinggal di sini kos itu masih tetap milik ku.
Setelah mengambil barang-barang milik ku kami pun berpamit kepada ibu kos ku lalu segera menuju mall terdekat untuk membeli beberapa barang lagi untuk ku atas kemauan mbak Tasya sekaligus makan siang. Karena kini sudah waktunya jam makan siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
MamiihLita
istrinya baik tp koq adeli malah.. hemm lanjut dlu deh
2022-01-16
0
alvalest
wah kl ni bnr bnr antagonis si...yg istri ud baik banget eh suami sm adeli ni slgkuh
2022-01-13
0
alvalest
wah menbagongkan...
2022-01-13
0