"Ahhh kenapa aku cengeng begini sih, ayo Adeli kamu wanita yang kuat kok kamu pasti bisa lebih baik lagi." Kini aku menyemangati diriku sendiri sambil menyeka air mataku.
"Tring... tring.." tiba-tiba ponsel ku berdering.
"Aduh kaget aku." Ucap ku sambil memegangi jantung ku karena tersentak.
"Ohh nenek yang menelepon, baru saja di ingatin udah nelpon." Batin ku setelah ku lihat nama malaikat ku di layar ponsel itu.
"Assalamualaikum nenek cantik ku." Ucap ku setelah ku tekan tombol hijau di layar ponsel.
"Waalaikumsalam sayang, kamu apa kabar sayang, lagi dimana?" Tanya nya di seberang sana.
" Alhamdulillah Adeli baik Nek, Nenek apa kabar? Ohh anu nek Adeli lagi di tempat kerja." Jawab ku.
"Syukurlah nenek juga baik nak, Adeli bagaimana kuliah mu? Apa tidak sebaiknya di selesaikan saja dulu baru bekerja. Sayang nak sudah semester akhir. Nenek juga masih bisa bekerja sayang ngapain kamu tiap bulan ngirim uang se banyak itu" Ucap nenek.
Aku tau nenek pasti berharap aku segera menyelesaikan kuliah ku dan membuat nya bangga.
"Iya iya sayang ku,. Secepatnya Adeli pasti selesai in kuliah Adeli kok nenek tenang saja ya. Yang terpenting sekarang nenek jaga kesehatan ya. Nenek tidak perlu bekerja lagi ke kebun jika uang bulanan yang Adeli kirim kurang nenek bilang ya biar bulan depan Adeli tambahin." Jawab ku sambil tersenyum.
"Nak ini sudah lebih dari cukup bahkan nenek rasa kebanyakan, dan kamu kan tau nenek saja sampai merenovasi rumah kita dan membeli beberapa perabotan rumah karena uang yang kamu kirim kebanyakan nak."jelas nenek dengan tawa renyah nya.
"Syukurlah kalau begitu, Oh Adeli harus bekerja lagi ya nek Adeli tutup telepon nya ya nek assalamualaikum nenek ku sayang." Ucap ku sambil tersenyum.
"Padahal nenek masih rindu lho nak, kamu tidak rindu nenek kah? Tapi yasudah nanti saja kalau kamu ada waktu luang kita telepon an lagi ya nak, kamu jaga kesehatan ya waalaikumsalam." Jawab Nenek.
Panggilan kami pun berakhir, lagi dan lagi aku si cengeng harus menangis setiap mengingat wajah nenek. Aku tidak tau seberapa banyak dosa yang sudah ku lakukan kepada nenek ku itu, nenek yang sudah lebih dari ibu untuk ku.
Namun mau bagaimana lagi, aku juga belum bisa keluar dari belenggu dosa ini.
"Maafin Adeli nek, Adeli janji suatu hari nanti Adeli pasti akan bahagiakan nenek ini janji Adeli, nenek harus jaga kesehatan di sana." Batin ku.
Aku kembali teringat kejadian satu tahun yang lalu,
#flashback on...
Saat itu sudah mulai malam, aku yang sudah merasa kelelahan akhirnya terduduk di trotoar jalan. Aku tidak tau mau kemana lagi kaki ku harus melangkah.
Entah kenapa saat itu aku merasa putus asa saat ku lihat mobil-mobil yang lalu lalang tiba-tiba pikiran pendek di otak ku yang ingin mengakhiri hidup ku.
Dengan spontan aku langsung berlari ke tengah jalan dan akhirnya bruk satu mobil mewah yang melaju dengan kecepatan sedang menabrak tubuh ku.
Aku pun terjatuh ke jalan, Ku tatap langit yang sudah mulai gelap se gelap masa depan Ku dan perlahan kesadaran ku pun menghilang dengan kedua pelupuk mata ku meneteskan air mata kesedihan ku.
Saat aku tersadar kini aku menatap langit-langit kamar seperti sebuah tempat yang asing. Apa aku sudah di surga? Apa seperti ini kah surga adem sih, tapi kan aku wanita penuh dosa kok bisa masuk surga ya, atau karena malaikat kasihan ya kepada ku makanya dia akhirnya mengizinkan ku masuk ke surga." Batin ku.
"Dok pasien sudah sadar." Suara seseorang tiba-tiba menyadarkan ku.
Sang dokter Langsung memeriksa kondisi ku.
"Hah dok? Apa ini aku masih di bumi huh sayang sekali." Batin ku sedikit kecewa.
"Bagaimana keadaan nya dok?" Tiba-tiba suara berat itu berdendang di telinga ku.
"Apa bapak suami atau ayah pasien?" Tanya sang dokter kepada pria itu.
"Bukan dok, saya yang menabrak pasien tadi." Jawab nya jujur.
Aku pun sedikit mengangkat kepalaku untuk melihat siapa yang sedang berbicara. Ternyata seorang pria yang menurut ku sih Tampan dengan badan kekar terlihat dari kemeja yang dia pakai pas di tubuhnya sehingga membentuk dada bidang nya. Tak hanya itu kemeja yang di gulung sampai ke siku membuat ketampanan nya bertambah.
Saat itu aku tidak fokus mendengar pembicaraan mereka, aku lebih fokus ke perawakan pria yang ada di depan ku ini, walaupun ku taksir usia nya sudah memasuki angka 35 an tapi dia masih terlihat tampan dengan wajah putih mulus hidung mancung, rambut lebat nan rapi serta bulu-bulu tipis yang menghiasi wajah nya.
"Mbak apa ada kerabat nya yang bisa di hubungi?" Tanya nya menyadarkan ku dari lamunan ku.
"Hah kenapa pak?"
"Apa ada kerabat atau keluarga nya yang bisa di hubungi? Suami nya mungkin?" Ucap nya mengulangi pertanyaan nya.
Dek, tiba-tiba air mata ku menetes, aku kembali teringat dengan semua masalah hidup ku.
"Aku tidak seharusnya ada di sini seharusnya aku sudah mati, kenapa aku masih hidup kenapa kamu menolong ku hah?" Tangis ku tiba-tiba pecah saat mengingat apa yang sudah terjadi tadi.
"Mbak-mbak sabar,semua masalah ada solusi nya kok." Kini dia mencoba menenangkan ku.
"Kata siapa hah? Kata siapa buktinya masalah ku tidak ada solusi nya. Solusi untuk masalah ku hanya satu yaitu aku mati dengan begitu semua nya akan selesai." Ucap ku sambil melepaskan infus yang melekat di tangan ku.
Karena kehebohan ku sehingga dokter menyuntikkan obat penenang dan perlahan kesadaran ku pun mulai menghilang. Entah berapa lama aku tertidur sampai aku kembali sadar sang pria masih setia menunggu ku bahkan dia seperti nya kelelahan dan tertidur di sebelah ku.
Aku yang merasa risih ingin menjauh kan diri dari nya namun pergerakan ku membuat nya terbangun.
"Kamu sudah sadar?" Tanya nya setelah mengusap mata nya seperti sedang menahan kantuk.
"kenapa bapak menolong saya?" Tanya ku.
"Ya karena saya yang menabrak kamu saya harus tanggung jawab dong." Jawab nya.
"Tidak perlu pak, sekarang bapak boleh pulang kok. Lagian itu bukan salah bapak saya yang mendatangi mobil bapak dan menabrak kan diri ke mobil bapak, jadi saya rasa bapak tidak perlu bertanggungjawab dan buang-buang waktu menolong saya." Ujar ku.
" Tapi saya merasa saya menabrak kamu dan suka-suka saya dong mau tanggung jawab atau tidak." Jawab nya tak mau kalah.
"Tapi semuanya akan sia-sia karena sebentar lagi saya juga akan mati. Jadi ngapain bapak buang-buang waktu mending sekarang bapak pulang deh ini sudah malam dan saya yakin istri dan anak bapak sudah menunggu di rumah." Usir ku.
"Siapa kamu bisa menentukan takdir kamu sendiri? Kalau kata Tuhan kamu belum waktunya meninggal maka seribu satu cara yang kamu coba untuk bunuh diri semua nya akan gagal begitu juga sebaliknya." Jelas nya dengan tatapan tenang.
"Jika benar seperti itu maka saya akan pastikan saya akan melawan takdir itu." Kekeh ku tidak mau kalah.
"Kamu agak keras kepala juga ya, hmm baiklah siapa nama mu tidak ada tanda pengenal soalnya, oh iya kenalkan Nama saya Sandi Pratama Nugroho, panggil saja om Andi." Ucap nya sambil mengulurkan tangannya.
"Emang iya, namaku Adeli." Jawab ku tanpa membalas uluran tangan nya.
"Mahal sekali berjabat tangan dengan mu ya mbak Adeli." Ucap nya lagi sambil menarik tangan nya.
"Sudah lah om Andi yang baik hati, saya rasa sebaiknya om pulang saja jujur saja saya tidak membutuhkan bapak atau siapapun sekarang." Usir ku yang memang sedang tidak bisa bersimpati dengan siapapun saat itu.
"Hmmm Adeli, nama yang bagus paras yang cantik bahkan masih muda. Ingin bunuh diri karena suatu masalah, kamu pikir dengan bunuh diri semua masalah akan selesai. Kamu tidak pernah memikirkan perasaan orang-orang yang kamu sayangi saat kehilangan kamu. Ingat Adeli jangan karena kesalahan kamu di dunia ini kamu ambil jalan pintas hukuman di akhir lebih berat lho. oh iya satu hal lagi kata dokter kandungan kamu baik-baik saja, apa kamu tidak kasihan sama bayi yang ada di perut kamu?" Jelas nya panjang lebar tapi berhasil membuka sedikit pikiran ku.
"Nenek, maafkan Adel, Adeli anak yang durhaka bukan nya membuat nenek bahagia malah membuat nenek malu." Tangis ku saat mengingat wajah nenek ku.
"Sudah-sudah, saya memang tidak tau pasti masalah apa yang sedang terjadi pada kamu. Tapi satu yang ingin saya katakan kepada kamu jika orang lain menyakiti dan mencampakkan kamu kamu jangan menyerah tapi kamu harus bangkit dan balas dendam buat dia hancur se hancur-hancur nya." Ucap nya seakan memberi semangat kepada ku.
"Benar, om Andi benar aku harus balas dendam bukan malah bunuh diri dan lari dari masalah. Enak saja dia sudah menghancurkan masa depan ku malah bisa bahagia dengan wanita lain." Jawab ku yang merasa memiliki kekuatan dan saat mengingat wajah kak kevin ingin membunuhnya.
"Nah gitu dong, tenang saja om akan bantu kamu membalaskan dendam kamu. Tapi sebelum itu boleh om tau masalah kamu yang sebenarnya? Tenang saja om bukan orang jahat om hanya pernah di posisi kamu jadi om tau persis apa yang kamu rasakan." Ucap nya.
Entah kenapa saat itu aku merasa begitu percaya dengan om Andi dan akhirnya menceritakan semuanya sejujurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
alvalest
thor jgn bilang mntn ny adeli anakny andi...kan jd aneh gt...pnsrn anakny gmn y
2022-01-13
0
Eka ELissa
anak mu gimna....del....
nex..pnsrn...jgn"....di gugurin....😱😱
2022-01-13
1