Tuntutan Mama Lina

Happy reading.

Seperti malam biasanya, Ilham sampai di rumah tepat pukul sebelas malam. Yang membedakan hanya Aira yang tak lagi menunggunya di sofa ruang tamu. Biasanya setiap hari Aira akan menunggu suaminya pulang sampai ketiduran di sofa tersebut. Tapi malam ini, Ilham tak menemukan Aira di sana. Mungkin Aira sudah tidur duluan pikirnya.

Ilham benar-benar bahagia malam ini. Sebentar lagi dirinya akan memiliki dua harta berharga. Bibirnya terus tersenyum sepanjang perjalanan menuju rumah. Kaki jenjangnya melangkah menuju kamar tempat dirinya dan Aira.

Cklek!

Pintu kamar dibuka oleh Ilham dengan sangat pelan. Dan benar saja, Ilham melihat Aira yang sudah terlelap di atas kasur berukuran besar dengan selimut yang membaluti tubuhnya. Ilham melangkahkan kakinya menuju kasur itu dan duduk di tepi ranjang sambil menatap wajah damai Aira.

Tangan kekarnya perlahan menyingkirkan anak-anak rambut yang menutupi sebagian wajah cantik Aira. Ilham sangat beruntung sekali memiliki istri secantik dan sesabar Aira. Tidak pernah sekalipun Aira membantah perintahnya dan marah kepadanya. Aira hanya akan bersikap diam jika dirinya melakukan kesalahan. Ilham tidak akan membiarkan itu terjadi.

Karena terlalu lelah, Ilham tidak sempat membersihkan diri di kamar mandi. Ilham langsung menaiki kasur tersebut masih mengenakan pakaian tadi pagi, dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh Aira. Ilham membawa Aira ke dalam pelukannya dengan sangat hati-hati, takut mengganggu tidur nyenyak istrinya. Ilham pun langsung menuju alam mimpinya.

Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Aira menggeliat kecil dalam tidurnya. Perlahan mata Aira terbuka saat merasakan sebuah tangan memeluk erat pinggangnya. Aira mengerjapkan matanya saat mendapati Ilham yang sudah berada di sampingnya.

Hidung Aira mengendus-endus pakaian Ilham saat hidungnya mencium aroma parfum khas seorang perempuan. Aira baru menyadari jika Ilham belum mengganti pakaiannya. Kening Aira mengerut kecil memikirkan wangi parfum itu. Setaunya Ilham tidak pernah memakai parfum khas perempuan.

Aira menyingkirkan tangan Ilham yang memeluk pinggangnya dengan pelan. Ia menyingkap selimutnya dan langsung melangkah menuju kamar mandi. Setelah Aira selesai dengan kegiatanya, Aira menatap dirinya lewat pantulan cermin yang ada di kamar mandi tersebut.

Aira terkekeh miris melihat dirinya dari cermin. Aira memakai lingerai berwarna hitam kesukaan Ilham. Aira berharap malam ini Ilham akan memberikannya nafkah batin, tapi harapan itu harus pupus karena Ilham yang selalu pulang larut malam.

Bagaimana bisa dirinya mengandung jika Ilham saja selalu tidak ada waktu untuknya. Aira yang selama ini selalu percaya dengan apa yang dikatakan suaminya, menjadi sedikit goyah. Terlebih saat dirinya mencium wangi parfum perempuan lain di pakaian suaminya.

Aira mengganti pakaian lingerainya dengan pakaian tidur yang layak. Tidak mungkinkan dirinya membangunkan Ilham yang sedang tertidur hanya untuk melakukan aktifitas suami-istri?

Jujur saja Aira sangat iri melihat perempuan seumurannya yang sudah dikarunai seorang anak. Aira juga sangat ingin memiliki anak. Namun, Aira harus mengubur keinginannya dalam-dalam.

Aira berjalan memasuki kamarnya dan duduk di sofa kecil yang ada di kamar itu. Mata Aira melihat tas kerja suaminya yang tergeletak di atas meja dengan berbagai berkas berserakan. Aira pun mengambil tas tersebut berniat membereskan berkas-berkas yang berserakan itu.

Saat akan menyimpan tas itu ke atas meja, Aira tak sengaja menjatuhkan satu buah Polaroid. Tangan Aira mengambil Polaroid itu dan melihat foto di dalamnya. Aira membeku sesaat saat melihat foto Polaroid itu. Di dalam Polaroid berukuran kecil itu terdapat sosok anak kecil laki-laki yang sedang tersenyum manis. Sangat mirip dengan suaminya.

“Apakah ini foto Mas Ilham sewaktu kecil?” gumam Aira.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul tujuh pagi, Ilham terbangun dari tidur nyenyaknya. Ilham mengeryitkan dahinya saat matanya tak melihat keberadaan Aira. Ilham menyingkap selimutnya dengan cepat dan bergegas menuju ruang dapur.

Benar saja, Ilham melihat siluet tubuh Aira yang sedang memasak dengan lihai. Ilham mendekati Aira dan berdiri di belakang tubuh mungil Aira. Tangannya memeluk erat pinggang istrinya.

“Pagi sayang,” gumam Ilham tepat di samping telinga Aira.

“Pagi Mas,” balas Aira yang masih sibuk dengan kegiatannya.

“Lagi apa sih sibuk banget?” tanya Ilham sambil menaruh kepalanya di atas bahu Aira.

“Mas nggak lihat aku lagi ngapain? Lagi mandi Mas!” Aira sangat sebal dengan tingkah suaminya yang seolah-olah tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya.

“Mas kan cuman nanya ra,” renggut Ilham.

Aira tidak menjawab pertanyaan Ilham. Dengan lihai tangannya mengiris berbagai macam sayuran yang akan dibuatnya. Aira sedikit risih dengan keberadaan Ilham yang menempel di belakang tubuhnya. Membuat jantungnya benar-benar tidak aman sekarang.

Ilham yang diabaikan oleh Aira pun merenggut kesal. Bibirnya menyeringai kecil saat sebuah ide tercetuskan di dalam otaknya. Ilham meniup telinga Aira berulang kali. Aira yang sedikit terganggu dalam kegiatan mengirisnya langsung membalikkan tubuhnya menatap tajam sang pelaku.

“Apasih Mas, ganggu aja!” ucap Aira dengan wajah kesal.

Ilham tertawa kecil melihat wajah kesal istrinya yang sangat menggemaskan. Tangan Ilham menarik tubuh Aira agar mendekat kepadanya. Ilham tersenyum manis menatap wajah Aira dari dekat. Ilham memiringkan kepalanya menghapus jarak diantara mereka.

Hembusan nafas Ilham menusuki indra penciuman Aira. Aira memejamkan matanya saat benda kenyal menempel diatas bibirnya. Ilham me*umat bibir Aira dengan lembut. Perlakuan Ilham membuat Aira terbuai. Suara decapan-decapan itu terdengar nyaring dari arah dapur.

Ilham menekan tengkuk Aira berusaha memperdalam ci*man mereka. Ilham yang mendengar suara erangan kecil dari mulut Aira pun tersenyum samar dalam ci*mannya. Ilham dengan lihai menguasai bibir merah muda Aira.

Cukup lama mereka ber*iuman hingga Aira memukul pelan dada Ilham pertanda ia kehabisan pasokan oksigen. Ilham pun dengan tidak rela melepas bibirnya dari bibir Aira. Nafas Ilham dan Aira terengah-engah. Mereka saling bertatapan kemudian sama-sama tersenyum geli.

“Oh iya Mas, Mama sama Papa katanya mau kesini.” Ucap Aira setelah mengatur kembali nafasnya.

“Jam berapa?” tanya Ilham sambil memainkan rambut Aira.

“Jam sepuluh siang katanya, hari ini kan weekend. Jadi Mama sama Papa mau main kangen juga katanya udah lama nggak ketemu.” Aira berucap sambil memasak. Ilham merespon dengan menganggukkan kepalanya.

“Mas mandi dulu gih,” titah Aira tanpa menatap suaminya.

“Mandi bareng yukk?” celetuk Ilham dengan tampang nakal.

Plak!

Sebuah sendok kecil menghantam kepala Ilham. Ilham meringis sambil menatap horror istrinya.

“Tega kamu yang,” rajuk Ilham dengan bibir mengerucut.

“Sana-sana bau acem.” Aira menutup hidungnya dengan jari-jarinya.

Sontak Ilham berjalan menuju kamar mandi dengan mulut mencebik kesal. Bau asem katannya? Cih wangi begini! Ucap Ilham dalam hati sambil mengendus-endus ketiaknya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah selesai sarapan Aira menata sisa sajian yang tadi di masaknya. Netranya melihat Ilham yang sedang duduk di sofa ruang tengah sambil bermain game online. Aira menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah suaminya yang seperti anak kecil.

Kaki Aira melangkah menuju kamar mandi. Sebenarnya ia telah mandi waktu pagi tadi, akan tetapi tubuhnya kembali menyengat mengeluarkan wangi tak sedap akibat memasak. Setelah menghabiskan waktu dua puluh menit, Aira keluar dari kamar mandi dengan pakaian sopannya. Selama ini Aira tidak berani berpakian kurang bahan karena Ilham melarangnya. Kecuali jika sedang berdua dengan Ilham tentu saja Ilham sangat mengizinkannya.

Aira mendudukkan tubuhnya di samping tubuh Ilham. Kepalanya ia sandarkan di bahu kokoh milik Ilham. Ilham tak berkutik sedikitpun masih fokus dengan kegiatan bermain gamenya. Aira mendengus kecil melihat suaminya yang sangat fokus itu.

Entah keberanian dari mana Aira berdiri dari duduknya dan mendudukkan tubuhnya diatas pangkuan Ilham. Aira memeluk erat tubuh Ilham yang terlihat tidak terganggu oleh kelakuannya.

“Yahhhh payahh! Kok kalah sihh!” seru Ilham seraya melempar ponselnya ke arah karper berbulu.

“Kasian banget sih!” ejek Aira yang sudah menyembunyikan wajahnya di leher Ilham.

Ilham yang mendengar ejekan itu moodnya semakin jelek. Wajahnya menampilkan raut cemberut yang membuatnya terlihat menggemaskan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Suara bel berbunyi nyaring dari arah luar. Aira berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju pintu depan. Setelah knop pintu diputar pelan oleh Aira, terlihat wajah kedua mertuanya.

“Mama, Papa.” Sapa Aira dengan tersenyum manis.

“Ayo Ma, Pa masuk dulu.” Ajak Aira menggiring kedua mertuanya menuju ruang tengah yang sudah ada Ilham.

Setelah mereka duduk di sofa ruang tengah, Mama Lina pun memulai pembicaraannya.

“Bagaimana kabar kalian?” tanya Mama Lina.

“Baik Ma, Mama sama Papa gimana kabarnya?” tanya Aira balik.

“Kita baik kok.” Sahut Papa Satria.

“Em__ Aira udah isi belum?” sontak pertanyaan Mama Lina membuat Aira dan Ilham terdiam.

“Kok nggak ada yang jawab pertanyaan Mama?” heran Mama Lina dengan alis terangkat satu.

“Be-belum Ma,” jawab Aira dengan menundukkan kepalanya.

“Udah tiga tahun loh kalian menikah, masa belum isi juga sampai sekarang?” Ilham mencoba menahan gejolak amarahnya kepada sang Ibu. Pasalnya setiap Ibunya berkunjung pasti yang dibahas tidak jauh dari soal itu.

“Ma, plis deh jangan bahas itu terus.” geram Ilham dengan nada penuh penekanan.

“Wajar dong Mama bahas itu? Mama juga pengen punya cucu dari kalian, ya nggak Pa?” Papa Satria hanya bisa mengangguk patuh membenarkan ucapan istrinya.

“Mungkin belum saatnya Ma,” celetuk Aira berusaha menguatkan dirinya.

“Terus Mama harus nungguin berapa lama lagi Aira? Mama iri liat temen-temen Mama suka ceritain tentang cucunya. Mama cuman bisa diam sambil berharap lebih sama kamu.” lirih Mama Lina dengan raut sedihnya.

“A-aira juga nggak tau Ma.” Sahut Aira sambil mencengkram erat tangannya.

“Kalo kalian masih belum juga punya anak, gimana kalo Ilham nikah lagi aja?” cetus Mama Lina tanpa menyadari perasaan Aira akibat dari ucapannya.

“Ma!”

“Mama,”

Bentakan serta teguran dari kedua lelaki disana saling bersahutan. Sementara itu Aira hanya bisa menahan bulir-bulir yang sebentar lagi turun membasahi pipi mulusnya.

“Mama udah keterlaluan!” ujar Ilham dengan suara keras.

“Mama benerkan? Kalo Aira belum h*mil juga mending kamu cari istri baru aja. Siapa tahu setelah kamu menikah lagi kamu akan segera punya anak?”

“Ma udah, ayo kita pulang.” ajak Papa Satria yang menyadari perkataan istrinya telah melukai hati Aira.

“Apasih Pa, kita disini belum satu jam pun. Masa udah mau pulang sih?” protes Mama Lina.

“Udah ayo ikut Papa pulang sekarang.” Mendengar suara tegas suaminya, Mama Lina pun langsung berdiri dengan wajah jengkelnya.

“Ilham, Aira Papa sama Mama pulang dulu ya, kamu nggak usah pikirkan omongan Mama tadi.” Papa Satria mengelus pelan bahu Aira berusaha memberinya kekuatan.

“Hati-hati Pa.” Aira menganggukkan kepalanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah kepergian kedua orang tua Ilham, Aira sedari tadi hanya diam. Jika diajak bicara oleh Ilham, Aira hanya merespon dengan mengangguk atau menggelengkan kepalanya saja.

“Sayang.” panggil Ilham sambil memeluk tubuh Aira dari belakang.

“Hm,” sahut Aira sambil melipat pakaian miliknya dan juga suaminya.

Ilham memasang wajah cemberut sambil berucap. “Kamu kok diam aja dari tadi.”

“Terus aku harus ngapain hm?” tanya Aira tanpa menatap wajah Ilham.

Ilham terdiam beberapa saat memikirkan kalimat apa yang akan diucapkannya. Matanya berbinar tatkala sebuah ide melintas di kepalanya. Ilham mengeratkan pelukannya pada punggung Aira.

“Kenapa sih Mas? Aku lagi ngelipat baju, jangan ganggu deh.” Sarkas Aira yang merasa terganggu.

Ilham mendekatkan kepalanya pada telinga Aira lalu berbisik, “Buat baby yuk.” Bisiknya dengan suara serak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa komen + like dan tambahkan novel ini ke favorit kalian ya😘

Terpopuler

Comments

Susan Sweet

Susan Sweet

kasihan Aira

2022-01-24

0

Wirda Lubis

Wirda Lubis

mertua ngak punya perasaan

2022-01-22

0

Wina Yuliani Nurfatonah

Wina Yuliani Nurfatonah

mertua gk ada akhlak untung aira baik jd tuh mertua gk d kasih kopi sianida☕☕😈😈

2022-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!