Sampai di rumah aku merebahkan tubuhku di kasur, Aku teringat akan Dion. Apa dia tidak marah karena aku menolak untuk pulang bersama?.
Tapi Ini bukan saat nya aku memikirkan laki - laki itu. Sekarang aku harus pergi menjemput nampan - nampan kue. Mudah - mudahan semuanya habis dan aku bisa segera melunasi kewajibanku.
Tapi semua tak sesuai dengan harapanku. Kue ku hanya laku separoh di warung Bu Ratih, sementara di warung Pak Indra habis sepertiga. Hanya di warung Mbok Siti yang habis seperti biasa. Kenapa masalah datangnya disaat yang penting?
Saat aku membutuhkan uang justru dagangan ku malah tak laku.
Aku meletakkan semua kue - kue sisa itu di atas meja. Mau diapakan semua kue ini,?. Aku sudah bosan memakan nya.
" Apa ini, kenapa banyak sekali tersisa,?"
Aku terkejut dengan suara nenek, beliau tiba - tiba sudah berdiri di belakangku.
" Iya nek, hanya laku sedikit" jawabku lesu.
"Kau itu harus kreatif, kalau yang kau buat itu - itu saja lama - lama orang akan bosan. Kau itu tak seperti ibumu , kau itu bla bla bla...."
Nenek mulai dengan segala ocehannya yang membuat kepala ku tambah mumet mendengarnya.
Dari pada gendang telinga ku pecah lebih baik aku beranjak pergi. Aku pun pergi ke kamar Sifa meninggalkan nenek yang tak berhenti menggerutu. Sifa sedang tiduran sambil memainkan ponselnya saat kutemui.
" Hei Sifa, kau mau kue ku, tu banyak sekali sisa," tanyaku setelah duduk disisi ranjangnya.
" Aku bosan makan kue mu,"jawabnya dingin.
" Baiklah, aku akan buang saja semuanya," Toh besok juga sudah basi."
" Kenapa dibuang, kau bagikan saja pada anak panti,"
" Ide bagus," Aku tertawa senang.
Benar juga kenapa aku tak kepikiran kalau ada panti asuhan tak jauh dari rumahku. Aku beranjak dari kamar Sifa dan kembali ke dapur.
"Mau kau kemana kan semua kue itu," tanya nenek saat melihatku memasukan semua kue itu ke dalam kantong plastik.
" Aku mau berikan pada anak panti,"
" Ck, berlagak jadi orang dermawan padahal hidupmu saja masih susah begitu," ujar nenek.
Aku tak menghiraukan kata - kata nenek dan tetap melanjutkan niatku. Semua perbuatanku akan tetap salah dimatanya meskipun yang aku lakukan itu benar.
Saat sampai di panti asuhan aku melihat anak - anak panti sedang bermain di pekarangan . Aku mendatangi salah satu anak yang sedang main sendiri.
" Adek ,mau kue nggak" kataku tapi dia tak menjawab malah terlihat takut.
" Kakak tinggal dekat sini, ibu panti juga kenal sama kakak," Aku memperlihatkan isi kantong yang aku bawa. Seketika matanya berbinar.
" Teman - teman ada kue," dengan lantang dia berteriak.
Aku pun diserbu kawanan anak - anak panti, mereka semua berebut. Untung saja semua kebagian.
Seorang wanita anggun berjalan ke arahku. Dari jauh dia sudah tersenyum padaku. Siapa dia? Sepertinya bukan orang - orang dari sekitar sini.
" Kamu yang bagi - bagikan kue itu," tanyanya padaku.
" Iya buk,"
" Kamu dermawan sekali, jarang ada anak muda yang mau melakukan hal seperti ini," pujinya sambil tersenyum.
Dermawan?? Apa pantas ini disebut dermawan, aku hanya membagikan kue - kue sisa daganganku yang tidak laku. Kalau tidak, aku juga tidak mungkin membagikan kue - Kue itu secara percuma.
" Kamu tinggal di dekat sini," Tanya nya lagi.
" Iya bu, rumahku arah ke Utara dari panti ini. Sepertinya ibu bukan orang sini," tanyaku sopan.
" Iya saya dari kota A. Saya sudah jadi donatur di panti sejak beberapa bulan yang lalu, oh ya nama kamu siapa,?" wanita itu mengulurkan tangan nya.
" Dea bu," Aku pun menjabat tangan itu.
" Nama saya, Siska. Panggil aja Tante siska" Wanita itu memperkenalkan namanya.
" Kamu masih sekolah,?"
" Masih, saya kelas 2 SMA, tante," ucapku sedikit canggung.
Aku mulai merasa risih, kenapa orang ini banyak tanya padahal kita baru saja bertemu. Aku memang orangnya tak mudah bersosialisasi dengan orang baru.
" Anak saya juga Kelas 2 SMA, dia sekolah di SMA N 1 di kota ini," ucapnya antusias.
Bukan nya itu sekolah ku. Siapakah anak wanita ini? Apakah aku mengenalnya?
" Kebetulan saya juga sekolah disana, Siapa nama anak ibuk mana tau saya mengenalnya,?" ucapku sekedar basa basi, padahal aku mulai jengah. Tapi aku tak bisa pergi begitu saja.
" Namanya Dion," Kamu kenal,?"
DEG..!!!!
Dion,? Apa Dion yang dia maksud sama dengan Dion yang aku kenal? Ah.. disekolah ku tak cuma satu yang bernama Dion, nggak mungkin kebetulan begini kan.
" Kenapa kamu diam,?Sepertinya kamu nggak kenal ya," ujarnya terlihat kecewa.
" Yang bernama Dion tidak cuma satu di sekolah,, jadi saya nggak tau Dion mana yang tante maksud,"
" Owh, kebetulan dia juga ikut kesini. Nah, itu dia disana," Wanita itu menunjuk ke arah taman bermain tak jauh dari tempat kami berdiri.
Aku mengikuti arah telunjuk wanita itu. Ada dua remaja sedang asik bermain dengan beberapa anak panti. Aku mengenali salah satu dari mereka dia adalah laki - laki yang memberi ku minum tadi di sekolah. Dan yang satu nya aku hanya bisa melihat punggungnya.
" Ya sudah saya mau masuk ke dalam dulu," ucap wanita itu.
" Oh Iya tante, saya juga mau pulang," jawabku dengan sedikit membungkukan badan.
" Tidak mau bertemu dengan ibu panti dulu,"
" Lain kali saja tante,"
Wanita itu pun masuk ke dalam panti asuhan. Aku masih berdiri di tempatku memperhatikan 2 laki - laki itu. Apa aku temui saja mereka,? Dari pada aku merasa penasaran aku pun melangkah ke arah mereka. Ketika langkahku hampir mencapai mereka, laki - laki yang memberiku minum itu melihat ke arahku. Dan dia tampak terkejut dengan kehadiranku.
Aku lihat dia mengedipkan matanya dengan mulut komat kamit pada laki - laki berjaket hitam yang berdiri membelakangi ku.
Dan yang terjadi kemudian diluar dugaan ku. Mereka berdua kemudian tiba - tiba kabur dan berlari menjauhiku.
Aku terperanjat ,kenapa mereka kabur,? Reflek aku berlari mengejar mereka.
" Hai, kenapa kalian berlari," teriakku.
Tapi mereka berdua tetap memacu langkah mereka. Mereka berlari ke arah belakang panti.
Aku pun mengikuti dan menambah kecepatan lari.
" Kemana mereka, kenapa cepat sekali menghilang," Nafasku tersengal aku kehilangan jejak mereka.
Aku yakin mereka bersembunyi, karena di belakang panti ada tembok besar. Mustahil mereka memanjat tembok tinggi yang diberi kawat itu.
Aku mendengar ada bunyi krasak krusuk di balik kandang ayam di belakang panti. Aku berjalan - jalan mengendap - endap untuk melihat apa yang ada di balik kandang ayam itu. Aku terkejut dengan 2 sosok yang tiba - tiba keluar dari balik kandang ayam. Ya itu mereka. Mereka pun kembali berlari menghindari ku , aku pun mengejar mereka. Dan kini mereka berlari berpencar.
Aku memutuskan untuk mengejar laki - laki yang berjaket hitam, dia berlari ke luar panti.
Sedikit lagi ,,, sedikit lagi aku menggapainya.
Dan.....
"Aku mendapatkan mu,"
Aku menarik topi jaketnya. Entah tenaga ku yang terlalu kuat dia terjungkal dan terduduk di tanah.
" Kenapa kau berlari,?" Tanyaku.
" Kenapa kau mengejar," Dia balik menanyakan.
" Karena kau berlari makanya aku mengejar," jawabku sambil berkacak pinggang.
Aku mengintip wajahnya yang tertunduk.Ternyata dia adalah laki - laki yang memberiku minum di sekolah tadi.
" Kau yang memberiku air mineral di sekolah kan," tanyaku lagi.
" Sepertinya kau salah orang," jawabnya tak mau menatapku.
" Jangan berpura - pura lagi, tidak mungkin aku lupa kejadian yang baru tadi siang."
" Kalau kau tidak mau jujur, aku akan berteriak,Orang - orang akan datang kesini " ancamku.
" Jangan...jangan, baiklah itu memang aku," Dia tampak panik.
" Tunggu dulu, aku tadi melihat bukan kau yang memakai jaket kan," tanyaku merasa curiga.
Dia tak menjawab. Aku melihat ada kecemasan dari raut wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Elwi Chloe
nenek nya nyebelin
2022-02-11
0
MAY.s
Neneknya si Dea kok sentimen ke Dea ya tor🤔
2022-01-19
0
zahra
hai kak aku mampir nihh. semangat buat nulisnya ya kak
mohon dukungannya juga untuk karya saya kak.
2022-01-12
0