Aku tak bisa berhenti tersenyum, sejuta kupu - kupu seperti menggelitik hatiku. Bahagia .., itu yang aku rasakan saat ini. Dion ,nama itu sudah melekat di kepalaku. Sorotan matanya yang teduh tak bisa aku lupakan. Mataku menatap papan tulis tapi pikiranku melayang entah kemana. Aku tak peduli dengan penjelasan guru di depan kelas.
" Kamu kenapa, dari tadi tersenyum terus," Sarah menatapku curiga.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, rasanya terlalu malu untuk menceritakan pada Sarah. Takut dia akan menertawakan ku. Aku sendiri belum yakin dengan perasaan ku saat ini. Apa benar seperti ini yang dinamakan jatuh cinta?
Sarah menyikut lenganku karena aku tak menjawab.
" Hei,,, kenapa diam saja. Ada hal baik yang terjadi padamu??
" Sssttt, nanti kita dimarahi guru," Aku berbisik.
" Ih, kenapa kau membuatku jadi penasaran," Sarah terus saja menyikut lenganku.
" Sudah, lihatlah ke depan" Aku menjauhkan tangan Sarah dariku.
Kelakukan kami ternyata mencuri perhatian guru yang sedang mengajar.
" Kalian berdua, kalau tidak ingin belajar silahkan keluar,!!" Dari tadi mengobrol terus." Suara lantang guru Matematika mengagetkan kami.
Kami berdua tertunduk malu. Semua mata melirik pada kami. Untung saja penghapus papan tulis tak melayang.
" Maaf pak," jawab kami serentak.
Sarah tak lagi bertanya dan kembali fokus belajar . Guru matematika menyelamatkan ku dari interogasi Sarah.
Bel panjang berbunyi, tanda waktunya jam istirahat. Semua murid berhamburan keluar kelas. Seperti ayam yang lepas dari kandangnya. Aku harus mencari alasan untuk menghindari Sarah. Aku ingin mencari Dion.
" Kenapa masih duduk, kau tak ingin ke kantin,?" Sarah bertanya.
" Sepertinya tidak, aku tak lapar.kau saja," jawabku diiringi senyum lebar.
" Kenapa??" Aku akan mentraktirmu,"
Ternyata Alasan ini tak berguna. Mungkin Sarah fikir aku tak punya uang jajan. Biasanya itu salah satu alasan yang aku gunakan kalau aku tak punya uang.
" Aku punya uang kok, aku lagi diet" Aku menyeringai.
" Sejak kapan kau peduli dengan bentuk tubuhmu,?" ucap Sarah.
" Sejak kapan ya,? Pokoknya aku ingin sedikit kurus,"
"Cih...!" Bukan nya kau sangat membanggakan body montok mu itu.?"
" Sekarang tidak lagi. Sudah sana pergi," aku mengibaskan tangan mengusirnya.
" Baiklah,"jawab Sarah. Kemudian ia melangkah ke luar kelas.
Akhirnya aku bisa menghindar dari Sarah. Aku mengintip Sarah dari balik pintu kelas, memastikan ia tak berbalik ke kelas. Ketika Sarah sudah tak terlihat, aku pun keluar kelas.Baiklah ini saatnya aku akan menjalankan misi ku. Mencari Dion, laki - laki yang sudah berani mengusik hatiku.
Tapi dari mana aku harus mencari. Kantin satu - satunya tempat yang paling banyak didatangi siswa saat jam istirahat. Ku putuskan untuk memulai dari sana tentu tanpa sepengetahuan Sarah.
Aku melihat Sarah sedang duduk mengobrol dengan beberapa anak dari kelasku. Posisinya yang membelakangi pintu masuk kantin menguntungkanku. Ku perhatikan semua murid laki - laki yang sedang makan di kantin, tentu saja yang duduk menghadap pintu kantin yang bisa kulihat. Mata teduh itu tak aku temukan.
Aku memutuskan mencari ke perpustakaan. Berlanjut ke lapangan basket, ruang musik bahkan aku sampai melewati toilet pria. Aku malah mendapatkan tatapan aneh murid laki - laki. Aku lelah, sekolah ini sangat luas tak akan mudah bagiku menemukan nya. Apalagi aku tak tau bagaimana wajahnya secara keseluruhan. Untuk bertanya pun rasanya malu.
Tenggorokanku sangat kering, aku haus sekali. Tapi sudah terlambat untuk ke kantin karena sebentar lagi bel berbunyi. Saat akan kembali ke kelas, seseorang mencegatku.
" Ini untukmu," Seorang siswa laki - laki menyerahkan sebotol air mineral untukku.
" Hah,, untukku??
" Iya, cepatlah ambil,"
" Kenapa kau memberi ku minum"tanyaku heran. Aku tak mengenalnya kenapa dia memberi ku minum.
" Cepatlah ambil, kenapa harus ada alasannya,??" jawabnya sedikit ketus.
Aku diam saja tanpa ada niat mengambil botol itu darinya ,lalu dia meraih tanganku dan meletakkan botol itu di telapak tanganku.
" Diminum ya,kelihatannya kamu haus,"
" Hah?"
Setelah itu dia pergi begitu saja, aku hanya bengong menatap punggungnya sampai menghilang dibelokan koridor. Melihat air dalam botol itu rasa haus ku meningkat dua kali lipat. Aku ragu untuk menimunya,bisa saja air ini beracun atau bukan air mineral. Setelah memastikan kalau itu air biasa aku pun mulai meminumnya.
Lega...tenggorokan ku sudah basah. Ku buang botol itu setelah lebih dari separoh isi nya berpindah ke perutku.
Bel telah berbunyi pertanda jam istirahat sudah usai. Aku bergegas menuju kelas. Tanpa aku sadari sepasang mata sedang memperhatikanku dari kejauhan.
" Kau dari mana saja," tanya Sarah saat aku sampai di kelas.
" Aku.. aku dari toilet," jawabku berbohong.
" Kenapa kau tampak begitu mencurigakan,?" Sarah bertanya penuh selidik.
" Apa yang kau pikirkan,? Sudahlah, fokus belajar aku tak mau dimarahi guru lagi."ujarku mengalihkan pembicaraan
" Kau pintar sekali mencari alasan."sungutnya.
Aku menghela nafas panjang kemudian mengeluarkan buku pelajaran dan mulai membacanya.Maafkan aku Sarah. Aku akan menceritakan semua nya jika semua sudah terlihat jelas. Saat ini semuanya hanya semu. Kulirik Sarah sekilas, dia juga mulai membuka bukunya.
" Dea, kau di suruh wali kelas menemuinya di kantor," Kata ketua kelas saat aku membereskan buku dan alat tulis ku ke dalam tas saat jam pulang sekolah.
" Sekarang,?"
" Iya, jangan lupa ya,!!"
" Kenapa wali kelas mencarimu? Tanya Sarah.
" Entahlah, kau pulang saja duluan,aku mau ke ruang guru dulu."
Aku menyandang tas dan pergi meninggalkan Sarah yang masih mengemasi tasnya. Saat sampai di ruang guru ku lihat Pak Reza wali kelas kami sedang memeriksa kertas ulangan.
" Selamat siang pak,"sapaku ramah.
" Duduklah Dea, Ini tinggal sedikit lagi,"
" Baik pak,"
Pak Reza melanjutkan pekerjaan nya. Setelah menunggu sekitar 10 menit pak Reza pun selesai. Pak Reza membereskan kertas - kertas itu lalu melepas kacamatanya. Dia menatapku. Dari tatapan nya seperti ada yang sangat penting untuk dikatakan. Apa aku membuat kesalahan?.
" Dea,"panggilnya pelan.
" Ya pak,"sahutku. Perasaanku mendadak tak enak.
" Sebentar lagi kita akan ujian tengah semester.Kamu tau kan syarat untuk mendapatkan nomor ujian,?" tanyanya penuh penegasan.
Sekarang aku baru paham apa alasan aku dipanggil ke sini. Aku melupakan hal penting itu.
Pak Reza menghela nafas dalam - dalam, seolah ia merasa terbebani untuk mengatakannya padaku.
" Uang komite kamu masih belum di bayar, di tambah uang SPP sudah 2 bulan menunggak."lanjutnya.
" Ya , saya tau pak.Saya akan melunasi segera," jawabku dengan kepala menunduk meremas jariku di bawah meja.
" Bapak tau keadaanmu, tapi kalau bapak memberi kamu keringanan nanti murid - murid lain juga mengikut karena di sekolah ini banyak murid dari kalangan ekonomi menengah ke bawah," suara Pak Reza begitu lembut, sepertinya dia berusaha untuk tak membuatku tertekan.
Aku meremas jari jemariku. Kata - kata pak Reza cukup membuat pikiranku tersiksa.
" Saya akan usahakan pak," ucapku meyakinkan.
" Ya sudah, bapak hanya ingin mengatakan itu," Pak Reza melemparkan senyum padaku.
" Baik pak, saya permisi"
" Hati - hati di jalan, langsung pulang ya" ujar pak Reza ramah, seolah beban di pundaknya sudah hilang.
" Iya pak," jawabku datar dengan senyum dipaksakan.
Langkahku gontai, uangku belum cukup. Bagaimana aku akan melunasi dalam waktu dekat ini. Aku juga tak mungkin menaikan harga kue - kue daganganku . Haruskah aku hubungi ayah,?.Tapi aku terlalu takut untuk kecewa. Sudah lama kami tak berkomunikasi. Kadang aku merasa marah pada Ayah, aku seperti ditelantarkan olehnya.
Andai aku jadi Sifa, mungkin aku tak perlu pusing seperti ini. Sifa lebih beruntung dari pada aku. Dia mendapatkan beasiswa, karena kami sepupu dan tinggal serumah hanya salah satu dari kami yang mendapatkan beasiswa ditambah lagi dia anak yang pintar. Guru lebih memprioritaskan dia ketimbang aku.
Pikiran ku yang sebelumnya hanya dipenuhi oleh laki - laki yang bernama Dion itu seketika digantikan oleh permasalahan hidup yang tak kunjung usai. Aku yang tadinya berniat ingin menunggu nya di parkiran sekolah terlupakan sudah.
Tin...tiinnn….
Aku kaget, sebuah sepeda motor tiba - tiba berhenti di sampingku.
Laki - laki yang aku cari selama jam istirahat sekarang memperlihatkan batang hidungnya. Tentu masih dengan helm dan masker yang seperti tidak bisa dipisahkan dengan kepalanya.
" Astaga, mengagetkan saja,"ucapku kesal.
" Kenapa melamun, aku memanggil mu dari tadi," ucapnya dengan suaranya yang khas.
" Siapa yang melamun," Aku menyangkal.
" Mau pulang bareng,?"
" Aku pulang sendiri saja," jawabku.
Aku meneruskan langkah ku. Dion mengikutiku, dia menjalankan motor nya sangat pelan menyeimbangi langkah kaki ku.
" Kenapa tak mau,?" tanya Dion.
Aku diam saja dan meneruskan langkahku keluar pekarangan sekolah.
" Kalau tidak ada alasan cepat buruan naik," Perintahnya.
Sebenarnya aku sangat ingin diboncengi oleh nya. Tapi perasaan ku sedang tak karuan. Aku tak ingin menunjukan sisi lemahku kepadanya. Sebelum dia merayuku lagi aku mempercepat langkah kaki . Sampai di tepi jalan di depan sekolah aku melambaikan tangan pada sebuah angkot.
" Aku duluan," kataku.
Aku tak berani menatap matanya. Maaf kan aku, saat ini pikiranku sangat kacau.
...----------------...
Mohon dukungnnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
zahra
niat banget ya nyarinya sampai mutar sekolah
2022-01-12
0
AlongPee
hadir lagi kak
2021-12-24
2
Jans🍒
masa2 genting prekenomian d skolah
2021-12-24
1