Rutinitasku setiap pagi selesai lebih awal jadi aku punya banyak waktu bersiap - siap ke sekolah. Ku rebahkan badan ku sebentar di sofa, tanpa sadar aku terlelap.
" Dea.. Dea,, bangun, apa kau tak sekolah," suara yang terdengar sangat jauh seperti aku sedang bermimpi.
Percikan air membasahi muka ku, seketika aku bangun. Aku masih setengah sadar ,ku lihat Sifa melambai - lambaikan tangan nya di depan mata ku.
Setelah nyawa ku terkumpul semua aku baru teringat tadi aku rebahan di sofa dan aku tertidur.
" Jam berapa sekarang," Tanyaku
" Jam setengah 8,"
" Apa,???? Mata ku membesar. Kulihat jam di dinding dan benar sudah jam setengah 8.
Aku berlari ke kamar mandi, ku cuci muka dan ku gosok gigi. Aku bergegas ke kamar memakai seragamku. Saat hendak keluar aku lihat Sifa masih santai duduk di sofa.
" Apa kau nggak sekolah, "
" Iya, " jawabnya singkat
" Kenapa masih duduk,?" Aku kebingungan dengan sikap Sifa.
" Karena masih jam setengah 7," dia menunjuk ke jam dinding.
Aku pun ikut melirik, benar masih jam setengah 7. Tapi tadi aku melihat jam setengah 8. Kenapa sekarang berubah.
" Hahahahahahahaha," tawa Sifa pecah.
Setelah mencerna semua yang terjadi baru aku mengerti. Kalau aku dikerjai habis - habisan.
" Kamu, !!!! kurang ajar, aku bahkan tidak mandi saking takut nya terlambat,"
Sifa mencibirku dan dia lari ke kamarnya. Aku duduk sebentar menenangkan jantungku yang berdetak 2 kali lebih cepat. Sial...bisa - bisanya aku tertipu oleh Sifa.
Ku buka kembali seragamku dan ku sempat diri untuk mandi. Setelah semua selesai aku menyusul Sifa ke depan rumah untuk menunggu angkot.
Tiba - tiba, laki - laki misterius itu terlintas di benakku. Apa aku naik angkot nya di jalan besar aja. Siapa tau bertemu lagi kan,?
" Hei mau kemana kau," tanya Sifa saat melihat ku melangkah pergi.
" Aku mau naik di jalan depan aja"
" Dasar bodoh, ngapain kau capek - capek jalan kesana kalau ada yang lewat sini,"
" Aku hanya ingin jalan - jalan sebentar, lihat lah langit yang biru dan udara yang segar bagus kan dinikmati sambil jalan kaki?"
" Terserah, kau memang aneh,"
Dengan riang gembira aku berjalan ke jalan besar. Saat sampai di tepi jalan besar aku berdiri persis dimana aku berdiri kemarin. Aku terus memperhatikan kendaraan yang datang dari arah utara.
Sudah dua angkot yang menuju ke sekolah aku lewatkan. Kenapa dia tidak terlihat juga dari tadi?? Sudah hampir 10 menit aku menunggu tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Apa yang sedang aku lakukan sekarang? Apa aku sudah gila,?
Benar kata Sifa kalau aku ini aneh. Kenapa aku berharap akan bertemu dia lagi disini. Dia itu siapa? Bukan teman apalagi pacar. Tapi aku dengan sukarela berdiri di tepi jalan ini menunggunya.
Aku melihat sebuah angkot jurusan sekolah ku. Sudah aku putuskan aku tak akan menunggu lagi. Ku lambaikan tangan, dan angkot itu pun berhenti.
Saat kaki kiri ku sudah menaiki angkot, seseorang menyerukan namaku. Reflek aku menoleh dan ternyata dia. Orang yang aku tunggu.
" Hei neng, jadi naik nggak, " hardik sopir angkot itu karena aku masih bengong di pintu.
" Ngaak bang, aku dijemput teman" jawabku.
" Dasar, kenapa kau se stop tadi, menyusahkan saja," sopir itu memaki - maki ku.
" Maaf bang,"
Sopir itu tak berhenti mengomel, dan kemudian dia kembali menjalankan angkotnya, lalu pergi.
Dengan langkah ragu - ragu aku mendekati laki - laki itu.
" Hai, " sapaku saat sudah di dekatnya.
Kali ini dia membuka kaca helm nya. Sayang nya dia memakai masker . Jadi aku hanya bisa melihat sorot matanya yang teduh. Ada perasaan aneh yang kurasakan saat mata kami beradu.
" Kenapa tak jadi naik," katanya.
" Haah, apa?" Aku pikir...." Aku tak melanjutkan kata - kataku, terlalu aneh rasanya kalau aku bilang dia kan menjemputku.
" Kamu pikir apa,?" Kenapa tak diteruskan,"
Dia tersenyum, terlihat dari sudut matanya yang berkerut. Hampir saja jantungku meledak. Apa ini, apa aku jatuh cinta padanya???
" Hahahaha, kenapa diam saja,?
Tawanya sangat renyah terdengar di telingaku. Aku benar - benar mabuk karena nya. Bagaimana aku bisa menyukai seseorang yang baru sekali kutemui. Tidak..dua kali dengan hari ini.
" Aku pikir kamu memanggilku karena ingin pergi bersama" jawabku malu - malu. Dia hanya tertawa melihat aku yang salah tingkah.
" Tapi kau tau dari mana namaku," tanya ku saat menyadari tadi dia memanggil namaku. Bukan nya kita belum berkenalan.
" Itu, dari situ," Dia menunjuk ke name tag di seragam ku.
" Owh, " Aku kehabisan kata - kata.
" Jadi gimana, mau bareng,?" Kelamaan ngobrol nanti kita telat. Aku nggak mau dibilang kurang ajar lagi sama satpam"
Aku mengangguk pelan. Dengan jantung yang masih saja berdebar aku naik ke motor nya. Dia melajukan motornya dengan santai tidak seperti kemarin.
Benar, aku lupa menanyakan nama nya. Sudahlah nanti saja di sekolah. Aku takut dia tak konsentrasi mengemudi kalau aku ajak bicara. Hari ini aku tak memeluknya seperti kemarin.
Tapi kenapa dia pakai masker. Apa hanya untuk anti debu atau ada yang disembunyikan nya di balik masker itu. Misalnya kumis yang lebat atau gigi yang tonggos.
Astaga aku jadi teringat bapak - bapak kemarin yang aku kira dia.
Kami sampai di sekolah 10 menit sebelum bel. Dia memarkir motornya, dan aku masih berdiri menunggu nya. Menunggu dia melepaskan helm itu. Tapi dia tak kunjung membuka nya. Apa dia akan masuk kelas dengan helm itu. Oh iya aku harus tanyakan nama nya.
" kenapa masih berdiri, sebentar lagi bel loh," Dia lebih dulu bertanya.
" Hah, iya sebentar lagi,"
" Hah," Kamu nunggu apa,? Dia menatap intens ke bola mataku. Aku jadi salah tingkah lagi. Tangan ku sampai berkeringat dibuat olehnya.
" Nunggu teman," Aku beralasan.
" Disini, " katanya
" Iya, eh mungkin tidak,"
" Hahahahahaha," Kenapa kikuk begitu,"
Astaga kenapa dia banyak tertawa, apa dia tau aku sedang berperang dengan detak jantungku sendiri.
Apa dia tau tawanya itu membuat ku deg - degan.
Aku melihat jaket nya tidak dikancingkan. Aku berusaha mengintip nama di seragam nya. Tidak kelihatan , hanya dua huruf terakhir O dan N.
" Kamu lihat apa," dia heran melihatku terus menatap ke arah dadanya.
Aku ketahuan, jangan - jangan dia berpikir aku ini perempuan mesum. Usaha yang sia - sia. Apa susah nya menanyakan nama. Tinggal bilang siapa namamu?
" Siapa namamu, kemarin aku tak mendengar dengan jelas." Aku bertanya secepat kilat.
" Jadi itu yang tadi kau intip,"
Muka ku memerah, aku bisa merasakan hawa panas di wajahku. Aku mengangguk, tak mungkin mengelak lagi.
"Namaku Dion," D - I - O - N , Dion"
" Sudah jelas terdengar? Atau perlu aku ulangi?
" Tidak , Dion, namamu Dion."
Satu misteri terpecahkan. Sekarang aku tau namanya.
Kami berpisah di situ. Dia pergi dengan helm masih di kepalanya. Masih banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan. Mungkin lain waktu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
seruu kk😍
2022-03-07
0
Lavinka
kakak nitip like dulu yah. Jujur suka banget sama cara penulisan kakak. Keren dan halus banget. Jadi suka banget baca cerita kakak.
2022-01-26
1
MAY.s
Hai tor, ceritanya benar² seruuuu😍
Sudah aq favorit yaa...
2022-01-13
1