Malaikat Tak Bersayap
Namaku Dea Ananda, sejak umur 8 tahun aku sudah ditinggal untuk selama - lamanya oleh ibuku. Setahun sepeninggal Ibu, Ayah menikah lagi. Aku tinggal bersama nenek, sebelum Ibu meninggal pun kami sudah tinggal dengan nenek.
Saat kecil aku cukup nakal sehingga sering jadi bulan - bulanan nenek. Hingga suatu ketika Pamanku yang diluar kota datang membawa kedua anaknya pulang. Istri Paman meninggal secara mendadak karena serangan jantung. Ia menitipkan kedua anaknya pada nenek, setelah itu Paman menghilang tanpa kabar. Sifa dan Mas Rangga kedua sepupuku yang bernasib sama denganku. Kini kami bertiga di asuh oleh nenek yang sudah tak muda lagi.
Bagi sebagian orang transformasi dari anak - anak menjadi remaja itu terasa sangat singkat. Tapi tidak bagiku, aku merasakan waktu berjalan 2 kali lipat lebih lambat. Karena perjuangan ku yang banyak berurai air mata untuk tumbuh menjadi gadis remaja.
Kini umurku 17 tahun. Sekarang adalah tahun kedua ku di sekolah menengah atas. Saat menyelesaikan pendidikan ku di sekolah menengah pertama aku sempat berpikir untuk tidak melanjutkan pendidikan lagi. Tapi aku selalu disemangati Mas Rangga dan Sifa.
Aku memutuskan kembali membuka usaha ibuku. Saat awal liburan setelah aku ujian akhir SMP aku memulai kembali usaha ibu membuat kue. Dulu saat masih hidup Ibu mempunyai usaha rumahan membuat berbagai macam kue basah. Aku diam - diam menjual cincin peninggalan ibu untuk modal usaha, walaupun akhirnya nenek marah padaku.
Aku membuat aneka jajanan kue basah dan kemudian di antar ke warung - warung. Sejak memulai bisnis aku terpaksa bangun dini hari untuk membuat semua jajanan itu. Awal nya terasa amat sulit karena kebiasaan bangun tidurku yang sering kesiangan. Karena dorongan biaya pendidikan aku mulai terbiasa. Aku tak bisa mengharapkan uang dari ayah apalagi nenek. Makin ke belakang ayah makin jarang memberiku uang jajan. Bahkan kami juga jarang bertemu.
Seperti pagi ini aku baru terbangun jam 5, aku terburu - buru menyiapkan semuanya. Karena aku menyiapkannya sendiri, tak ada yang membantu. Bunyi berisik dari dapur membangunkan seisi rumah. Tanganku acap kali terpeleset ketika memegang peralatan dapur dan itu membuat kegaduhan.
" Kenapa kau berisik sekali pagi - pagi buta ini," nenek menghardik ku.
Aku tak menggubris perkataan nenek. Aku terus melanjutkan pekerjaanku.
Jam setengah 7 semuanya selesai. Dan aku belum mandi. Secepat kilat ku selesaikan urusan mandiku. Ku lihat Sifa sudah siap - siap mau berangkat sekolah. Sial..Kalau begini aku bisa ketinggalan angkot.
Lima belas menit waktu yang sangat mepet untuk persiapan ke sekolah. Aku juga harus mengantar kue - kue ini dulu. Ku kayuh sepeda butut ku dengan sekuat tenaga. Setidaknya butuh waktu 20 menit untuk menghantar kue - kue ini.
Selesai menghantar kue - kue itu aku kembali ke rumah mengambil tas sekolah ku. Dan benar saja aku ketinggalan angkot yang biasa lewat di depan rumah. Itu hanya satu - satu nya angkot yang mau menjemput penumpang ke jalan sempit sekitar tempat tinggalku.
Aku harus berjalan ke jalan utama untuk mendapatkan angkot. Aku tak bisa berjalan santai, karena itu memakan waktu sekitar kurang lebih 20 menit. Jadi kuputuskan untuk berlari.
Nafasku tersengal. Karena tenaga yang telah diforsir dari subuh aku tak kuat berlari walaupun hanya 10 menit.
Aku berdiri di tepi jalan menunggu angkot. Aku terus mengecek jam tangan ku memastikan aku bisa tepat waktu sampai di sekolah.
Tiba - tiba sebuah sepeda motor berhenti di hadapanku.
Aku heran kenapa dia berhenti di depan ku. Ku lihat dari celana yang dia pakai seperti nya dia juga seorang siswa SMA. Karena dia memakai jaket aku tak bisa lihat logo sekolah nya. Dia juga memakai helm yang menutupi seluruh wajahnya.
" Ayo naik,! Nanti kita bisa telat,"
" Naik,?Aku,?" Aku menunjuk diriku sendiri memastikan dia benar sedang bicara dengan ku.
" Iya, siapa lagi. Hanya kau yang berdiri disitu,"
Memang hanya aku seorang yang sedang berdiri di pinggir jalan. Aku hanya bengong.
" Cepat lah, apa lagi yang kau pikirkan,"
" Hah, " Aku masih bengong.
" Hei, kenapa bengong, ayo," Dia menarik tanganku.
" Hei apa kita sekolah di sekolah yang sama?" tanyaku
Dia hanya diam. Seperti terhipnotis aku menurut naik ke motornya. Dia memacu motornya dengan kecepatan penuh. Meliuk - liuk di jalanan yang ramai. Perutku jadi ngilu , tanpa ku sadari aku memeluk pinggang orang yang tak aku kenal ini.
Seperti kilatan cahaya kami sampai di sekolah di detik - detik satpam akan menutup pintu gerbang. Secepat kilat dia menerobos gerbang yang hampir tertutup itu.
Aku menjerit histeris. Hampir saja aku akan celaka jika dia sedikit saja meleset melalui gerbang itu
" Hai, kalian itu benar - benar kurang ajar," Satpam itu berteriak pada kami karena dia syok melihat ulah laki - laki yang membonceng ku ini.
Dia tak menghiraukan satpam itu mengomel. Dia terus memacu motornya sampai ke tempat parkir.
Aku lega. Aku sampai di sekolah dengan selamat. Hampir saja nyawa ku melayang gara - gara laki - laki ini.
" Terima kasih," Ku ucapkan setelah aku turun dari motor nya.
" Ya sama - sama"
Sebenarnya aku ingin langsung pergi tapi aku penasaran dengan wajah di balik helm itu.
" Kenapa masih berdiri disitu," Tanya nya
" Owh , Aku.. aku" Aku gelagapan.
" Hahahaha, apa lagi, kamu mau bayar ongkos ojek nya," candanya.
" Tidak, siapa namamu,"
" Namaku..."
Tak jelas kudengar apa yang dia katakan karena itu berbarengan dengan bel pelajaran pertama dimulai.
Aku tak sempat melihat wajahnya atau pun aku tak jelas mendengar siapa namanya. Aku harus buru - buru masuk kelas.
" Sampai nanti " kataku.
Selama jam pelajaran aku tak bisa konsentrasi. Pikiranku selalu tertuju pada laki - laki tadi pagi. Bagaimana dia tau aku juga murid di sekolah ini. Apa jangan - jangan dia mengenalku. Tapi aku tak terlalu akrab dengan siswa laki - laki. Siapakah dia?
" Kamu kenapa, "? tanya Sarah teman sebangku ku sejak kami kelas 1 saat kami duduk di kantin. Dia melihatku terus melamun.
" Entahlah aku juga bingung,"
" Bingung kenapa,?"
" Tadi pagi aku diantar cowok misterius, dan dia sepertinya juga murid disini tapi aku tak tau namanya,"
" Kenapa kau bisa diantar orang yang tak kau kenali,"
"Itu terjadi begitu saja,"
" Bagaimana dengan wajahnya," Gimana ciri - cirinya?"
" Aku juga tak tau wajahnya,"
" Apa...??? Mata Sarah terbelalak.
" Kenapa kau begitu terkejut,?"
" Kau tak tau wajah nya ,apa dia hantu atau semacamnya,"
Hahahahahaha. Aku tertawa cekikikan. Ekspresi sarah benar - benar mengocok perutku.
" Malah ketawa," Jadi benar dia hantu,"
" Bukan , aku tak bisa melihat wajahnya karena dia pakai helm" Aku menjelaskan kesalahpahaman ini.
" Astaga" Aku kira tadi kau bertemu hantu"
" Makanya jangan keseringan nonton Film horor, jadinya halusinasi mu itu tingkat tinggi."
" Apa kau tak menanyakan namanya?"
" Sudah"
" Terus"
" Aku tak mendengar nya dengan jelas"
Hahahahaha.. Kini giliran Sarah yang tertawa.
" Sudahlah, anggap saja dia pahlawan bertopeng, eh bukan pahlawan berhelm."
Kami tertawa dengan lelucon yang kami buat sampai perut kami sakit. Beberapa siswa juga menoleh karena tawa Sarah yang keras.
Saking penasaran dengan laki - laki tadi pagi, saat pulang sekolah aku pergi ke parkiran sekolah berharap bertemu dengan nya. Tapi sampai disana aku tak melihat motornya lagi. Seketika bulu kudukku merinding, bagaimana kalau Sarah benar, itu hantu bukan manusia.
Cepat ku tinggalkan tempat itu. Aku melihat Sarah berjalan keluar gerbang sekolah. Aku lari menyusulnya.
...----------------...
Hai,, ini karya ke tigaku,, semoga suka ya..
jangan Lupa dukungannya,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
halo Author di sini el akan membawakan kan 20 like buat kk author jgan lupa like blik di novel el
2022-02-25
1
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
masuk keranda juga kak 💖
skuntum mawar utkmu🌹
2022-02-17
2
Elwi Chloe
hai ka
mampir ya
like dan masuk favorit
2022-02-11
1