Keikhlasan Hati RAINA
Sudah lima tahun Raina menikah dengan Nurman Hadiwinata.
Pernikahannya begitu bahagia walaupun mereka berdua belum dikaruniai seorang anakpun.
Tiba-tiba semenjak kedatangan Mertuanya hidupnya yang damai mulai terkoyak.
"Nurman kamu sebagai laki-laki harus tegas, sampai kapan kamu tidak memberikan keturunan kepada kami" ketus ibunya.
"Bu, kami sudah berikhtiar dan berusaha.
Bersabarlah kalaupun Allah akan memberikan kami keturunan pasti akan datang juga" Nurman berusaha menenangkan ibu nya.
"Terus sampai kapan, sampai menungguku sudah tidak ada lagi" Miranda ibunya Norman membuang mukanya.
Riana yang tadi membuatkan minuman di dapur kini sudah berada ditengah-tengah Nurman dan Miranda.
"Silahkan diminum Bu mumpung masih hangat" kata Raina santun.
"Kamu tidak usah sok baik, semua ini karena perbuatan mu sehingga Nurman belum juga diberi keturunan" sinis Miranda sambil menatap tajam istri Nurman.
"Istighfar Bu, ini bukan salah Raina.
Ini memang sudah takdir kita dan kita harus ikhlas" Nurman berusaha membela Raina.
"Sudah kamu tidak usah membelanya didepan mataku.
Sudah pasti ini karena dia mandul.
Keturunan kita tidak ada yang tidak punya anak Nurman ingat itu" Miranda semakin menggebu-gebu untuk mencaci maki menantunya.
Raina hanya bisa menundukkan kepalanya dengan perasaan bercampur aduk.
"Bu sudah ya, ibu harus tenang dan jangan salahkan Raina terus.
Ini semua bukan salah Raina dan kami juga sudah mendatangi banyak dokter kalau Raina sehat dan tidak ada masalah dengan kandungannya" Nurman berusaha menjelaskan kepada ibu nya.
"Alah mungkin itu hanya alasannya saja untuk menutupi semua kekurangan dia" Miranda masih saja tidak mau kalah.
"Saya sudah memastikan Bu dibeberapa dokter juga sudah memastikan kalau Riana baik-baik saja" Nurman masih berusaha menjelaskan kepada ibu nya.
"Sudahlah pokoknya ibu tidak mau tahu kalau dalam waktu 2 bulan kamu masih belum ada tanda-tanda hamil, maka jangan salahkan aku jika akan menikahkan Nurman dengan wanita lain yang lebih baik dan bersiap-siaplah kamu akan diceraikan oleh Nurman" tegas Miranda dan langsung meninggalkan rumah Nurman dengan penuh amarah dihatinya karena rasa kecewanya terhadap anaknya yang selalu membela istrinya.
Sepeninggal Miranda baik Raina maupun Nurman tampak terdiam beberapa saat.
Raina menghela nafasnya dalam-dalam dan beristighfar setelah itu dia masuk kedalam kamarnya dan segera membersihkan tubuhnya dan juga bersuci.
Perkataan mertuanya itu sangat membekas di hati Raina walau dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata tetapi percuma saja karena ucapan mertuanya itu benar-benar menusuk relung hatinya seakan-akan tercabik-cabik.
Raina mulai mulai melakukan sholatnya dan dia ungkapkan semua perasaannya pada sang Khaliq.
Air mata berderai dan bercucuran membasahi pipinya yang mulus dan lembut itu.
Nurman yang sejak tadi hanya termenung dan melamun baru menyadari kalau istrinya sudah tidak ada ditempat itu.
Nurman mulai mencari istrinya dan saat memasuki kamar dia mendengar isak tangis Raina yang terasa begitu menyayat hatinya.
Nurman terdiam tanpa kata, dia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sang istri.
Tak terasa air mata pun merembes di pelupuk mata Nurman.
Nurman kembali keluar dari kamar karena dia tidak tahan melihat air mata sang istri.
Dia menuju kamar sebelah dan juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu.
Dikamar Riana yang selesai mencurahkan semua isi hatinya pada Allah SWT kini mulai keluar dari kamarnya dan kebetulan saat ini hari sudah gelap dan tak terasa sudah pukul setengah delapan malam namun Raina belum juga membuat makan malam untuk suaminya.
Raina menuju ke dapur untuk membuatkan suaminya makanan karena sejak kedatangan Mertuanya tadi seakan semua rutinitasnya terlupakan.
Raina membuat masakan yang sederhana yaitu membuat cah kangkung dan ayam goreng tidak lupa sambal.
Setengah jam kemudian makanan sudah selesai dan Raina segera menyiapkan semuanya dimeja makan.
Raina mulai mencari keberadaan suaminya yang kebetulan suaminya keluar dari kamar yang tadi suaminya berada.
"Mas makanannya sudah siap, maaf aku tadi melupakan membuat makanan untuk kamu jadi makan malam Mas terlambat" kata Raina tulus dan lembut dan tampak benar-benar ada penyesalan karena dia sudah melupakan tugas dan kewajiban nya itu.
"Tidak apa-apa sayang, ayo kita makan sekarang" ajak Nurman.
Mereka kini berjalan bersama dan ada sedikit kecanggungan disana semenjak kedatangan orangtua Nurman.
Seperti biasa Raina mengambilkan makanan suaminya setelah itu mengambil sendiri makanannya.
Tanpa banyak suara Riana menikmati makanan itu walau sebenarnya dia tidak ingin makan sesuatu namun dia harus tetap makan karena dia tidak mau nantinya sakit karena dia tidak makan.
Disela-sela menikmati makanan buatan Riana, Nurman mulai membuka suara untuk memecahkan suasana agar tidak canggung dan sepi.
"Sayang maafkan ibu ya, kamu jangan ambil hati perkataan ibu ya" pinta Nurman yang ingin menghibur istrinya itu.
"Sudahlah mas, aku sudah melupakan" jawab Raina lirih dan lembut.
"Terima kasih ya sayang, kamu memang istri yang sangat baik dan pengertian.
Mas sangat bahagia dan bersyukur mendapat istri yang lembut dan sabar seperti kamu sayang" ucap Nurman.
"Iya mas, sama-sama.
Aku juga bahagia dan bersyukur bisa menikah dengan mas.
Mas sudah sabar menghadapi aku dan tetap ada di sisiku meskipun aku banyak kekurangannya dan meskipun aku masih belum bisa memberikan keturunan untuk mas" Raina kembali meneteskan air matanya lagi karena kesedihan itu kembali lagi.
"Sayang, aku mohon kamu jangan menangis.
Aku bahagia meskipun kita belum di Eri keturunan.
Yang penting kita sudah berusaha dan berdoa" hibur Nurman.
"Makasih ya mas, mas sudah mau mengerti" Nurman yang telah menghabiskan makanannya menghampiri Raina dan memeluknya.
Ada kehangatan dihati Raina yang sedikit bisa menghapus sakit dihatinya.
Meskipun sebenarnya tidak bisa dengan mudah rasa sakit itu terobati tetapi sebisa mungkin Riana mengikhlaskan dan memaafkan sehingga bisa membuat hatinya lega dan tidak ada ganjalan.
Kini Raina dan Nurman beranjak dari ruang makan menuju ke ruang tengah untuk menikmati siaran televisi.
Suasana kembali mencair dan menghangat tampak kini Nurman memeluk Raina yang tengah menonton televisi disampingnya.
Mereka menikmati tontonan televisi disertai dengan canda dan tawa seakan tidak pernah terjadi kejadian tadi sore dirumahnya karena Miranda.
Dua sejoli itu tampak terlihat sangat bahagia sampai mereka tidak menyadari waktu sudah sangat larut dan terlihat Raina sudah mulai menguap lebar.
"Ayo kita pergi tidur sayang, ini sudah malam dan sepertinya kamu sudah mengantuk sekali" ajak Nurman.
Nurman menggandeng istrinya menuju ke kamar dan kini mereka berdua sudah merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Tak menunggu waktu lama Raina sudah terlelap dalam dekapan Nurman suaminya.
Nurman membelai rambut Raina dengan lembut.
Tak beberapa lama Nurman pun akhirnya ikut tertidur dengan pulas sambil mendekap istrinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Faa
Semangat Update kak
2022-08-10
0
Helen Apriyanti
lngsung msukin fav..
2021-12-11
0
Helen Apriyanti
smngtttt up nya yh kak
2021-12-11
0