Raina begitu bahagia karena hasil desainnya nanti akan dibuatkan seperti permintaannya.
Tak terasa waktu sudah Maghrib, akhirnya mereka sholat berjamaah bersama setelah itu Raina dan Nurman pamit untuk pulang.
"Syah, kak Fadil aku pulang dulu ya" pamit Raina.
Tidak hanya Raina tetapi suaminya pun ikut berpamitan kepada Fadil dan juga Aisyah.
"Kalian hati-hati ya dijalan" kata Aisyah.
Setelah bersalaman dan saling berpelukan akhirnya Raina dan Nurman pun pulang.
Diperjalanan Nurman dan Raina mampir di warung ayam penyet langganannya.
"Mas, pesan apa.
Biar aku kesana pesankan.
Mas cari tempat duduk aja dulu" kata Raina.
"Aku pecel lele saja sayang, minum nya es jeruk" kata Nurman.
Raina berjalan menuju tempat penjual dan dia mulai memesan makanan sesuai dengan selera masing-masing.
Sedangkan Nurman sedang mencari bangku kosong untuk dia dan juga Raina.
Kebetulan saat itu warung ayam penyet dan pecel lele disini sangat ramai pembeli.
Karena rasanya yang sangat enak menjadikan warung itu sangat ramai dikunjungi oleh pembeli.
Kebetulan sekali Nurman mendapatkan meja kosong yang terletak dipojokan dan menghadap ke jalanan.
Setelah memesan makanannya Raina kini menghampiri suaminya itu.
"Mas" panggil Raina seraya duduk disebelah sang suami.
Nurman menoleh ke arah Raina.
Dipandanginya lekat-lekat wajah istrinya yang sangat cantik dan anggun itu.
"Kenapa mas pandangi aku terus sih" tanya Raina yang sudah merona karena malu dipandangi suaminya.
"Aku jadi teringat saat kita masih baru menikah sayang, sekarang kenangan itu masih sangat jelas diingatan ku" kenang Nurman.
"Ih mas ini, sudah ah jangan pandangi aku terus.
Aku kan jadi malu mas" menundukkan wajahnya malu-malu.
Digenggamnya tangan istrinya erat-erat.
"Sayang, apapun yang terjadi nanti jangan pernah kamu tinggalkan aku ya.
Aku gak bisa bayangkan jika harus terpisah dari kamu" kata Nurman terasa sangat menyayat hatinya.
Nurman jadi teringat tadi siang saat mama nya mendatanginya di kantor bersama seorang wanita muda yang akan dijodohkan dengannya.
Miranda memaksanya menikah dalam minggu-minggu ini dan kalau Nurman tidak menuruti kata-kata mamanya maka mamanya akan menyakiti Raina bagaimanapun caranya dan akan menjauhkannya darinya.
Awalnya Nurman menolak tetapi dia tidak bisa berbuat banyak.
Nurman tidak mau membahayakan istri tercintanya itu.
"Kamu kenapa mas, kok sampai berkata seperti itu" Raina memandangi wajah suaminya yang sangat terlihat jelas raut kesedihan disana.
"Aku gak apa-apa kok sayang.
Aku hanya tidak bisa membayangkan harus terpisah darimu" kata Nurman dan memeluk istrinya itu.
"Mas, malu ini kan ditempat umum" peringat Raina mengurai pelukan Nurman ditubuhnya.
"Biarin aja kan kamu istriku.
Halal kan" kata Nurman cuek.
"Ih mas bukan begitu juga.
Tapi jangan mengumbar kemesraan didepan umum mas tidak baik" nasehat Raina.
"Baiklah, tapi nanti kamu tidak boleh menghindar dariku lho ya" akhirnya Nurman menurut sambil memberikan syarat.
"Iya mas, apa yang nggak buat mas" jawab Raina.
Raina dan Nurman menatap lekat kearah jalanan yang dilewati kendaraan bergilir mudik kesana kemari.
Tidak hanya itu masih ada orang-orang yang berlalu lalang juga.
Pikiran mereka menerawang seakan mereka larut dalam apa yang ada diisi kepalanya masing-masing sampai mereka tersadar saat makanan mereka datang.
"Ini pesanannya" jawab orang yang membantu pemilik warung itu.
"Terima kasih ya kak" jawab Raina yang sudah sadar dari lamunannya.
"Ayo mas dimakan, nanti keburu dingin lho" kata Raina sambil menyerahkan pesanan suaminya itu.
Nurman mengambil pesanannya dari tangan Raina.
Mereka berdua makan sambil menikmati jalanan yang dipenuhi dengan lalu lalang kendaraan dan manusia berjalan.
Entah kenapa Nurman yang biasanya selalu lahap dengan menu yang selalu dia pesan kini dia seakan enggan untuk menikmati makanan itu.
Didalam kepalanya masih saja terngiang-ngiang oleh ucapan mama nya tadi siang.
"Kamu kenapa mas, kok makanannya masih banyak.
Apa tidak enak" tanya Raina lembut.
"Tidak apa-apa kok sayang, entah kenapa aku tiba-tiba gak enak makan aja" jawab Nurman.
"Kamu lagi ada masalah ya mas, ayo cepat dimakan.
Aku gak mau kamu nanti sakit lho" bujuk Raina agar Nurman mau menuruti perkataannya.
Dan terlihat gurat khawatir yang kentara di wajah Raina.
Nurman mengamati wajah Raina dan dengan terpaksa dia harus menelan makanannya itu walau hatinya enggan.
Nurman tidak ingin Raina terlihat khawatir kepadanya.
"Iya, ini mas makan kok sayang.
Sudah kamu jangan melihatku seperti itu.
Aku tadi hanya ingin menggoda mu saja kok.
Nih mas makan dengan lahap bukan" Nurman kembali makan seolah-olah dia sedang menikmati makanannya dengan sangat lahap.
Raina yang melihat suaminya bertingkah konyol seperti itu hanya tersenyum.
"Kamu itu mas, selalu saja membuat aku cemas saja.
Kalau ada apa-apa mas ceritakan kepadaku jangan dipendam sendiri" kata Raina seakan tahu kekalutan dihati Nurman.
"Siapa yang bilang mas ada masalah, mas ini sengaja ingin lihat Wajak cemas istri mas ini saja.
Mas gemas lihat nya" elak Nurman sambil menowel hidung mancung Raina.
"Ih mas ini suka sekali sih buat gitu" Rajuk Raina sebal.
"sudah-sudah ayo kita kembali makan" ajak Nurman.
Mereka makan dalam diam dan tanpa terasa makanan mereka sudah habis.
"Sayang kamu disini dulu ya,biar aku bayar makanan kita" kata Nurman.
"Aku ikut mas aja sekalian langsung kita kembali pulang" kata Raina menolak.
"Ya sudah ayo" ajak Nurman.
Mereka berdua jalan berdampingan menuju ke penjual makanan dan segera membayar makanan yang telah mereka habiskan tadi.
Selesai membayar mereka mulai menaiki mobilnya dan Nurman sengaja tidak langsung pulang kerumah.
Dia mengajak Raina kesebuah taman yang sangat indah dengan ditebari lampu-lampu malam yang gemerlap.
"Lho mas kenapa kita kesini" tanya Raina sedikit kebingungan.
"mas hanya ingin kita menikmati masa-masa pacaran kita aja sayang.
Sebelum nantinya kita akan diberi amanah anak sama Allah" kata Nurman.
"Ih mas ini bisa saja.
Dirumahkan kan juga bisa mas" kata Raina malu-malu.
Mereka mencari tempat duduk dekat sebuah kolam yang ada air mancurnya yang bersinar warna-warni mengikuti alunan musik yang sangat indah.
"Tempat ini indah sekali ya mas" kata Raina terpesona dengan tempat itu.
Raina dan Nurman duduk sambil berpelukan.
Raina meletakkan kepalanya di pundak sang suami sambil menikmati apa yang tersaji didepannya.
Nurman sendiri memeluk Raina dari samping begitu eratnya seakan dia tidak ingin terpisahkan.
"Malam ini begitu indah ya sayang, aku ingin malam-malam kita nantinya akan selalu indah seperti ini" kata Nurman sendu.
"Kenapa kamu sedikit melow sih mas hari ini. Apa ada yang sedang kamu rahasiakan" tanya Raina yang melihat gelagat aneh dari suaminya itu.
"Ih apaan sih sayang ini, aku hanya terbawa suasana aja.
Itu paling hanya perasaan kamu saja" bohong Nurman.
"Beneran mas tidak apa-apa" Raina seakan tidak yakin dengan apa yang diucapkan oleh Nurman.
"Beneran sayang, mas tidak apa-apa.
Mungkin mas lagi PMS kali ya sayang jadi melow gini" Nurman mulai berkata-kata konyol untuk menutupi apa yang dirasakan sambil tersenyum.
"Ih mana ada mas laki-laki PMS" jawab Raina yang mendengar kekonyolan suaminya itu.
Mereka pun tertawa karena kekonyolan itu.
"Kali aja sayang ada" Nurman tertawa kembali dan diikuti oleh Raina.
Terlihat mereka sungguh sangat bahagia saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments