Dunia Baru

"Sudah dari tadi Frans?" Tanya Pak Budi sambil mengajaknya bersalaman.

"Sudah Bud. Sekitar satu jam. Kamu dari rumah sudah pakai pakaian begini? Apa istrimu nggak curiga?" Tanya Frans sambil memandangi pakaian yang dikenakan oleh Pak Budi.

"Nggaklah. Aku dari rumah pakai seragam satpam. Di pom bensin Aku ganti pakaian." Jawabnya.

"Oh begitu. Kamu mau minum?" Tanyanya.

"Aku sudah nggak pernah minum alkohol lagi." Balasnya sambil duduk diatas kursi disamping Frans.

"Minum aja Bud. Entar juga terbiasa lagi." Ucapnya.

"Mas! Pinjam gelas satu lagi!" Seru Frans pada seorang barista. Ia pun memberikan gelas bening berukuran kecil dan menaruhnya dihadapan Frans. Frans pun menuangkan minuman keras dalam botol kedalam gelas kosong tadi. Lalu ia memberikannya kepada kawan lamanya itu. Dengan sedikit ragu, Pak Budi menerima gelas itu.

"Minum aja Bud! Biar tubuhmu terasa lebih segar lagi." Pintanya. Pak Budi pun perlahan mendekatkan gelas ditangan kanannya ke bibirnya. Sedikit demi sedikit minuman haram itu masuk kedalam tenggorokannya. Setelah menghabiskan minuman segelas kecil, Pak Budi pun menaruh gelas itu diatas meja dihadapannya.

"Mau nambah lagi Bud?" Tawarnya.

"Sudah cukup. Kamu tiap hari mangkal disini Frans?" Tanyanya.

"Nggak Bud. Kalau dari siang sudah ada yang pesan, ya langsung Aku janjian ketemuan." Balasnya.

"Emangnya biasanya Kamu ketemuan dimana?" Tanyanya.

"Biasanya di hotel. Kalau nggak di rumahnya. Kamu nggak usah takut nggak dapat pelanggan. Wajahmu kan lumayan tampan. Tubuhmu juga cukup berotot. Jadi, pasti banyak cewek-cewek yang tertarik denganmu." Balasnya. Belum sempat Pak Budi kembali bertanya, tiba-tiba handphone milik Frans berbunyi dengan keras.

"Sebentar Bud. Aku angkat telpon dulu!" Ucapnya. Frans pun mengangkat panggilan teleponnya.

"Hallo Yola sayang! Gimana kabarnya?" Sapanya.

"Baik Mas Frans. Sekarang bisa nggak ke rumahku? Aku kangen berat nih sama Kamu." Balas seorang perempuan didalam telepon yang bernama Yola.

"Aku lagi sama kawanku nih! Gimana kalau kawanku yang menemanimu malam ini? Aku jamin deh. Kamu nggak akan kecewa!" Ucapnya.

"Oke deh! Aku percaya sama Kamu! Ya sudah ya, Aku tunggu!" Balas Yola.

"Siap sayang!" Balas Frans. Ia pun memutuskan panggilan teleponnya.

"Budi! Tadi pelangganku telpon. Dia bilang pengin Aku kesana. Tapi Aku tadi bilang, kalau Kamu yang akan kesana. Gimana Bud, mau kan?" Tanyanya.

"Aku datang ke rumahnya?" Pak Budi tanya balik.

"Iya. Tenang aja. Dia tinggal cuma sendirian kok! Namanya Yola. Dia janda. Umurnya 32 tahun. Rumahnya di Pejaten Timur. Aku kirim alamat rumahnya ya." Ucapnya.

"Iya Frans. Terus gimana?" Tanya Pak Budi.

"Nggak usah mikirin Aku, Bud. Entar juga Aku dapat pelanggan. Kamu kan tahu sendiri. Di dunia ini banyak orang diperbudak oleh nafsu." Balasnya.

"Aku berangkat sekarang ya!" Ucap sambil bangkit berdiri.

"Oke Bud. Sampai ketemu lagi besok malam disini. Selamat bersenang-senang Bud!" Balasnya tersenyum lebar. Budi pun berjalan menuju parkiran. Setelah menaiki motornya, ia pun meninggalkan diskotik menuju rumah pelanggan pertamanya. Rasa takut, grogi, malu, dan sedih, bercampur aduk menyelubungi dirinya. Takut akan dosa menghantui pikirannya. Namun bisikan setan telah membuatnya bertekuk lutut mengikuti hawa nafsunya.

Sekitar 25 menit didalam perjalanan, akhirnya Pak Budi sampai didepan rumah yang menjadi tujuannya. Rumah yang terletak di kompleks perumahan minimalis itu terlihat cukup bagus. Pak Budi memarkirkan motornya didepan rumah tersebut. Lalu ia turun dari motor dan perlahan melangkahkan kakinya menuju pintu depan rumah itu.

Tokkk...tokkk...tokkk...

"Ya! Sebentar!" Seru seorang perempuan dari dalam rumah. Hanya menunggu beberapa saat, pintu didepan Pak Budi pun terbuka dengan perlahan. Terlihat seorang perempuan muda bertubuh seksi, berdiri di balik pintu.

"Selamat malam Mba." Sapa Pak Budi sedikit grogi.

"Malam Mas. Ada yang bisa dibantu?" Tanyanya.

"Mohon maaf, apa benar ini rumahnya Mba Yola?" Tanyanya.

"Benar." Balasnya.

"Saya Budi. Temannya Frans." Ucapnya malu-malu.

"Oh! Temannya Mas Frans yang katanya disuruh kesini buat gantiin Dia!" Serunya sambil tertawa.

"Iya Mba." Balasnya.

"Silahkan masuk Mas!" Ucap perempuan yang bukan lain adalah Yola dengan tersenyum gembira. Ketika melihat ujung rambut sampai ujung kaki lelaki yang berdiri dihadapannya.

Perlahan Pak Budi masuk kedalam rumah. Lalu ia pun duduk diatas sofa yang berada di ruang tamu. Tanpa basa-basi, Yola langsung menutup pintu depan rumahnya dan menguncinya rapat-rapat.

"Sebentar ya Mas! Aku ambilkan minumnya!" Ucap Yola dengan genit.

"Ya Mba." Jawabnya. Yola pun masuk kedalam rumah. Tidak berapa lama, ia kembali muncul di ruang tamu dengan membawa segelas minuman berwarna coklat.

"Diminum dulu Mas." Ucapnya sambil menaruh gelas dihadapan Pak Budi.

"Minuman apa ini Mba?" Tanyanya.

"Itu obat kuat Mas. Biar Mas nanti kuat memuaskanku. Dihabiskan ya!" Ucapnya.

"Iya Mba." Balasnya. Pak Budi menghabiskan segelas minuman yang dipegangnya.

"Mas Frans kok baru ngasih tahu punya teman seganteng dan segagah Kamu ya! Emang Kamu biasanya mangkal dimana?" Tanyanya.

"Aku baru pertama kali ini bekerja seperti ini Mba. Aku kemarin bekerja sebagai satpam di pabrik. Tapi karena pabriknya bangkrut, Aku pun dipecat. Karena istriku mau melahirkan, dengan terpaksa Aku menjalani pekerjaan ini. Karena mencari pekerjaan sekarang sangat susah." Jawabnya.

"Oh jadi begitu ceritanya. Kamu mau kan menemaniku malam ini sampai besok pagi? Nanti Aku kasih uang lebih banyak dari pada biasanya Aku ngasih ke Mas Frans. Gimana Mas Budi?" Tanya Yola dengan manja.

"Ya. Aku mau." Jawabnya dengan menganggukkan kepalanya perlahan.

"Kalau begitu mari ikut Aku ke kamar." Pintanya sambil bangkit berdiri. Pak Budi pun ikut berdiri. Yola yang memarkai kaos ketat dan rok pendek, berjalan menuju kamarnya. Pak Budi mengikuti dibelakangnya dengan perasaan tidak karuan. Sesampainya didalam kamarnya Yola, tanpa membuang waktu lagi, Yola langsung menutup pintu kamar dan menguncinya. Perempuan bertubuh montok itu langsung memeluk tubuh Pak Budi. Awalnya Pak Budi sedikit ragu, namun karena imannya yang lemah disertai bisikan setan. Ia pun menuruti hawa nafsunya. Malam itu, Pak Budi dan Yola pun melakukan hubungan terlarang.

Pagi itu, matahari sudah sejak tadi memancarkan sinarnya menerangi seluruh alam semesta. Cahayanya terlihat menembus ventilasi sebuah kamar. Membuat seorang pria yang sedang terlelap tidur tanpa pakaian, matanya menjadi silau oleh sinar matahari. Kedua matanya yang terpejam, membuka dengan perlahan. Begitu kedua matanya terbuka, ia masih sedikit bingung ketika melihat keadaan kamar dimana ia tidur. Saat ia melihat kearah dadanya, lelaki itu kaget bukan main. Sampai-sampai ia dengan reflek langsung bangkit duduk. Perempuan yang tadi tidur dengan dada laki-laki itu sebagai bantalnya, kepalanya langsung terbanting keatas kasur. Perempuan itu yang semula sedang tidur, langsung terbangun dan bersuara.

"Ada apa Mas Budi?" Tanya perempuan yang bukan lain adalah Yola. Ia menutupi bagian dadanya sampai kaki dengan selimut.

"Maaf Aku Yola. Aku tadi kaget sekali ketika melihat bukan wajah istriku yang tidur bersamaku." Balas lelaki yang bukan lain adalah Pak Budi.

"Oh begitu. Aku maklum Mas. Karena ini kali pertamanya Kamu tidur dengan perempuan lain kan?" Tanyanya.

"Iya Yola." Sontak saja ia teringat akan sesuatu. Ia pun langsung memandang kearah jam dinding. Ketika kedua matanya menatap jam dinding, ia melihat jarum jam menunjukkan pukul 07.51 WIB. Pak Budi pun langsung menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhnya bagian bawah. Ia turun dari atas tempat tidur dan berlari tanpa sehelai benangpun, menuju tas selempang berukuran besar yang dibawanya.

"Kamu buru-buru mau kemana Mas?" Tanya Yola heran.

"Aku harus pulang! Soalnya, biasanya Aku pulang kerja jam tujuh. Sampai rumah sekitar setengah delapan." Balasnya sambil memakai baju seragam satpam. Mendengar jawaban Pak Budi, Yola langsung mengambil dompet yang berada diatas meja kecil disamping tempat tidur. Dia pun mengeluarkan uang sebanyak satu juta rupiah.

"Ini bayaranmu malam ini Mas." Ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya yang memegang uang seratus ribuan berjumlah sepuluh. Selesai memakai celana dan gespernya, Pak Budi berjalan menghampiri Yola yang masih duduk diatas kasur.

"Ini banyak sekali, Yola!" Ucapnya sambil menerima uang itu.

"Itu karena Kamu telah memuaskanku malam ini. Permainanmu jauh lebih ganas, dibandingkan dengan Frans, temanmu. Frans cuma menang tampangnya. Tapi Aku jauh lebih suka dengan pelayananmu. Lain kali akan Aku akan memanggilmu datang kesini lagi. Aku minta nomormu Mas Budi." Balasnya.

"Aku nggak enak sama Frans. Nanti dikira Aku mengambil pelanggannya. Kalau mau memanggilku, lebih baik hubungi Aku lewat Frans." Ucapnya.

"Kamu orang yang setia kawan, Mas. Kamu juga sangat menyayangi dan bertanggung jawab terhadap keluargamu. Aku sangat salut dengan dirimu Mas." Puji Yola dengan tersenyum manis.

"Terima kasih atas pujiannya. Aku harus pergi sekarang!" Serunya. Pak Budi pun berlari menuju pintu kamar. Setelah membuka pintunya, ia kembali berlari menuju pintu depan rumah itu. Setelah membuka pintunya, ia langsung menuju motornya masih berada didepan rumah sejak semalam. Dengan kunci ditangannya, ia membuka jok motornya. Lalu Pak Budi mengambil sepatu kulit berwarna hitam yang biasa untuk bekerja. Dan memasukkan sandalnya kedalam jok motor.

Selesai memakai sepatunya, Pak Budi langsung menyalakan mesin motornya. Dan langsung menarik gasnya dengan kuat. Pak Budi pun dengan cepat meninggalkan rumah Yola dengan perasaan sangat terburu-buru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!