My December

My December

My December 1

...“Pertemuan singkat ini menjadi saksi awal cerita kita”...

.......

.......

.......

...-Cordelia Auriga-...

...****...

Cuaca pagi ini tampak cerah dengan langit biru laut berlapis awan tipis, layaknya bulu - bulu serat sutra halus. Kicauan burung menjadi pelengkap pagi ini. Cuaca cerah di hari minggu sangatlah menyenangkan. Dimana kaum milenial menghabiskan waktu bersama orang terkasih, sama halnya dengan gadis manis yang tersenyum setelah berpamitan pada sang nenek.

Cordelia Auriga nama panjangnya, gadis manis dengan senyum menawan itu sering di sapa Dea. Wajah cantik dengan pipi chubby dan rambut panjang hitam terurai. Sifatnya yang ramah dan baik membuat ia banyak di sukai oleh teman sekelasnya. Tapi sayang Dea termasuk orang yang sedikit pendiam dan susah membaur.

Introvert kah? Tidak juga. Dea memang susah dalam menyesuaikan diri pada lingkungan baru. Terkadang ia juga bisa bertingkah konyol di waktu tertentu. Ia punya banyak teman di sekolah tapi hanya satu sahabat terdekatnya. Mereka sudah bersama sejak kecil sampai sekarang.

Dan pagi ini ia sudah ada janji dengan sahabat tercintanya. Dea tersenyum menatap wajah kesal sahabatnya yang berdiri di samping mobil sport keluaran terbaru. Oh astaga sudah ganti lagi, batin Dea.

“Lama lo” ketus gadis dengan gaun hitam itu.

“Ya maap Thea sayang” ucap Dea merangkul lengan gadis yang ia panggil Thea itu.

Stephani Matthea sahabat Dea sejak kecil, sifatnya yang dingin dan cuek tidak membuat Dea merasa takut untuk berteman dengannya. Saat kecil semua seakan mengalir begitu saja, sifat dingin, cuek dan terkadang ketus hanya Thea berikan pada orang lain, tapi tidak pada Dea, nenek Dea dan neneknya.

“Udah dong Thea sayang jangan cemberut aja, buruan nanti kamu ketinggalan gak jadi ibadah loh. Udah ah marahnya nanti aja, yuk berangkat” ajak Dea langsung masuk dan duduk manis di kursi penumpang. Thea mendengus kesal lalu masuk ke mobil.

“Kamu jadi ibadah dimana Thea?” tanya Dea mengisi keheningan sambil mematap Thea di balik kemudi.

“Di tempat biasa nya Dea, emang mau kemana lagi si. Kayak gak pernah tau aja” cibir Thea masih kesal.

Dea hanya mengangguk kepala pelan sambil sesekali mengikuti alunan lagu kesukaan mereka.

“Nanti kamu nunggu di mobil apa di cafe biasa De?” tanya Thea masih fokus pada lalu lintas pagi ini yang sedikit ramai.

“Di dalam mobil aja lagian aku udah bawa bekal. Jadi nanti aku makan bekal sambil nunggu kamu” jelas Dea sambil menunjukkan kotak makan.

“Okay”

Tak lama mobil terparkir rapi di halaman bagunan kokoh nan indah. Terlihat parkiran yang sudah hampir penuh. Thea langsung mengambil slingbag hitam yang ia bawa tadi.

“Apa kamu telat Thea? Kog kayaknya udah rame banget lihat parkiran aja udah mau penuh lo” ucap Dea pada sahabatnya.

Thea menatap jam mungil di pergelangan tangannya.

“Enggak kog, ibadahnya dimulai 10 menit lagi. Yaudah aku masuk dulu” pamit Thea.

“Doa nya yang sungguh-sungguh ya Thea” ucap Dea mengingatkan di balas anggukan oleh Thea.

Thea berjalan santai dengan wajah datarnya memasuki bangunan gereja megah tempatnya beribadah. Lalu kenapa Dea tidak ikut keluar dan masuk? Apa Dea seorang muslim? Ya, mereka punya keyakinan yang berbeda. Tapi tidak menjadi penghalang dalam hubungan persahabatan mereka. Sejak masih kecil mereka saling menyayangi layaknya saudara kandung dan saling mengingatkan satu sama lain dalam hal beribadah.

Tak jarang Dea menunggu Thea beribadah dan begitu pun sebaliknya, Thea juga akan menunggu Dea saat sholat di masjid sekolah ataupun saat mereka jalan-jalan.

Seperti hari ini, mereka berencana akan pergi ke perpustakaan kota setelah Thea selesai ibadah. Dan di sinilah Dea menikmati bekal nasi goreng yang ia bawa tadi, atu lebih tepatnya sang nenek yang menyiapkan.

Sedikit cerita tentang Dea, sedari kecil ia hanya tinggal berdua dengan sang nenek, nenek Salma namanya. Sedangkan sang kakek sudah meninggal saat ia masih kelas tiga SD. Lalu dimana orang tua nya? Jika ditanya seperti ini, Dea akan malas untuk menjawab. Bukan apa? Karena nyatanya sedari Dea kecil orang tuanya sangat sibuk dalam mengejar dunia karir masing-masing. Ayah Dea adalah seorang pengusaha sukses dan Bunda Dea seorang desainer terkenal.

Bisa dipastikan kebutuhan Dea sangatlah terpenuhi, tapi bagi Dea bukan fasilitas mewah yang ia inginkan, tapi kasih sayang dan perhatian dari ayah bundanya.

Dea hanya bisa berdoa meminta pada Tuhan agar ada dimana mereka semua berkumpul bersama. Kalo di tanya rindukah Dea pada orang tuanya? Tentu saja. Bahkan sudah hampir lima tahun terakhir ini ia tidak berjumpa dengan orang tuanya. Ingin marah tapi pada siapa? Dea juga tidak mau membuat nenek Salma sedih.

“Heh nglamun terus” gertak Thea yang baru saja masuk ke dalam mobil.

Dea terjingkat, ternyata sudah lama ia melamun. Sampai ia tidak sadar Thea sudah kembali.

“Nglamun apaan? Cowok? Tenang aja kalik, jodoh mu itu masih belajar baca google maps Dea” canda Thea menyalakan mesin mobil.

“Ck nyebelin” dengus Dea.

“Jadi ke perpustakaan kota gak nih? Cemberut bae buk” canda Thea tertawa.

“Jadilah emang kamu mau di hukum cuma karna gak ngerjain tugas matematika?” sungut Dea sambil mengunyak bekal yang belum habis tadi.

“Aku mah tenang aja selagi masih ada Cordelia Auriga” ucap Thea dengan cengiran khasnya.

“Wajah dingin bisa nyengir juga ya” cibir Dea menatap wajah sahabatnya yang tertawa itu.

“Kamu tuh jangan suka jagain aku Thea, nanti kalo pas ujian kamu gak bisa jawab gimana? Jadi mulai sekarang rajin belajar matematikanya” sambung Dea menasehati Thea.

“Iya Dea sayang iya” jawab Thea gemas sendiri.

Dan disinilah mereka, di dalam perpustakaan kota yang terlihat sedikit ramai pengunjung. Dea dan Thea memutuskan untuk berpencar mencari buku yang mereka butuhkan.

Dea berjalan menatap deretan buku yang tertata rapi. Sesekali Dea membaca judul buku-buku itu. Sampai mata nya tertuju pada buku yang ia butuhkan. Tapi sepertinya Dea akan sangat kesusahan saat mengambilnya. Buku itu berada di barisan rak lebih tinggi dari tingginya yang hanya 158 cm.

Dea mengambil ponsel lalu meminta bantuan lewat pesan pada Thea untuk menyusulnya, karena Dea yakin Thea bisa mengambil buku itu. Secara tinggi Thea kan 168 cm atau mungkin sudah bertambah jadi 170 cm an.

20 menit berlalu...

“Ih Thea nih pasti dah mangkir di bagian novel horor deh” gumam Dea yang sudah menunggu Thea.

“Udah lah ambil sendiri aja pasti bisa kog, secarakam gue gak pendek-pendek amat” gumam Dea lagi sambil berusaha meraih buku yang ia cari.

“Susah banget sih” kesal Dea sambil berjenjit terus mencoba meraih bukunya.

“Yes” pekik Dea senang saat tangannya dapat meraih buku itu.

Tapi apa yang terjadi beberapa detik tubuhnya seakan limbung kebelakang. Dea memejamkan mata bersiap merasakan kerasnya lantai. Belum sampai terbentur lantai ia merasa ada tangan yang menahan pinggangnya.

Eh... Dea membuka mata dan betapa terkejutnya ia saat wajah tampan yang menjadi objek pertamanya.

Deg...

Tiba-tiba Dea merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat saat menatap mata coklat bening milik pria di depannya ini. Sangat nyaman.

...****...

Selamat malam semua...

Selamat datang bulan desember...

Kali ini aku bikin sedikit cerita yang akan menemani kalian selama 31 hari kedepan atau lebih tepatnya satu bulan penuh...

Semoga kalian suka ya🤗

Dan aku mau ucapin makasih banget buat @tintabiru__

Yuk follo ig author @senjaku1200

Jangan lupa like, komen dan vote🔥🔥🔥

Makasih❣️

.

.

Salam hangat author🥰

Terpopuler

Comments

Yukity

Yukity

Hai Thor...
Salken ya..

Saling dukung yuk..
Mampir di novelku
JADIKAN AKU YANG KEDUA

2021-12-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!