...“Aku tidak tau apa yang aku rasakan saat ini. Bolehkah aku bertanya padamu?”...
.......
.......
.......
...-Cordelia Auriga-...
...****...
Sampai di kelas Dea tampak melamun memikirkan ucapan Aeden yang seakan tau tentang dirinya. Dari mana Aeden tau kalau dirinya tidak bisa menaiki angkutan umum? Dari mana? Dan dari mana? Pikir Dea.
Dor
Teriak Thea mengagetkan Dea yang asik melamun. Dea terjingkat mengusap dadanya menatap Thea kesal.
“Cieee yang tadi di anterin sama Aeden sekarang kog ngelamun aja” goda Thea.
Tadi saat Dea keluar dari mobil Aeden kebetulan Thea baru saja sampai, jadi Thea tau kalau Dea diantar Aeden.
“Apaan sih Thea, kan aku idah bilang tadi tuh mobil aku mogok makanya aku bareng Aeden” sungut Dea.
“Iya deh iya, toh nanti pulang nya juga dianter sama Aeden kan. Cie cie kayaknya ada yang mau jadian nih”
goda Thea sekali lagi.
“Ih Thea nyebelin” Dea pura-pura kesal padahal dia salah tingkah.
Sampai suara bel masuk membuat Thea berhenti untuk menggoda sahabatnya itu. Dea pun bersyukur mendengar bel masuk, setidaknya ia akan terhindar dari godaan Thea tentang dirinya yang berangkat bersama Aeden tadi pagi.
.
.
.
.
Sedangkan di sekolah lain tepatnya SMA Rajawali Hitam, Aeden dan teman-temannya sedang berlatih basket untuk persiapan melawan SMA Elang Putih lusa. Aeden yang merupakan kapten basket pun sudah beberapa kali menjuarai basket bersama timnya.
Prriiiittttt...
Suara peluit berbunyi, pelatih pun menyuruh Aeden dan tim untuk istirahat sejenak.
“Latihan hari ini cukup sampai di sini, bapak yakin lusa kalian menang. Walau pun kalah tidak masalah karena menang atau kalah bukan masalah. Ingat pertandingan ini bersifat persahabatan, jadi santai saja” jelas pak Benno pelatih basket.
Pak Benno adalah guru olahraga sekaligus pelatih basket yang ramah dan baik hati, beliau tidak pernah menuntut anak didiknya untuk menjadi juara dalam setiap turnamen. Pak Benno selalu memberikan semangat dan motivasi pada anak didiknya. Pak Benno juga termasuk guru favorite siswa SMA Rajawali Hitam, selain usianya yang masih 30 tahun.
“Kami akan memberikan yang terbaik untuk bapak” ucap Aeden disetujui temannya.
“Bapak percaya pada kalian, kalau begitu silakan kalian ganti lalu istirahat” ucap pak Benno sebelum pergi.
“Siap pak” balas Jo sambil merangkul bahu Aeden.
Aeden pun beranjak menuju kantin dengan pria yang merangkul bahunya, sepanjang melewati koridor kelas para siswi berteriak histeris saat menatap kedua pria tampan yang berjalan santai. Aeden dan Jo.
Walau sifat dingin dan cuek pada semua siswi, Aeden dan Jo memiliki banyak fans mulai dari adik kelas, seangkatan sampai sekolah lain. Orang tampan mah bebas.
“Bro nanti gue nebeng ya” ucap Jo.
“Enggak ada nebeng-nebengan pulang sendiri” tolak Aeden datar sambil menyingkirkan lengan Jo di bahunya.
“Yaelah gitu amat si lo sama sahabat sendiri” melas Jo.
“Bukannya gue kagak mau Jo, gue ada janji jadi lo pulang sendiri taksi juga ada gak usah ribet” ucap Aeden menepuk bahu sahabatnya.
“Sana pesen” suruh Aeden membuat Jo kesal sendiri.
Tak lama Jo datang dengan nampan beri dua mangkok baso dan dua es teh. Dalam hening mereka menyantap baso dengan santai. Aeden yang lebih dahulu selesai dengan makannya segera mengambil ponsel dan mengirim pesan untuk Dea.
Me
Nanti aku jemput, kamu pulang jam berapa?
09.12
^^^*Deamanis**🌝*^^^
^^^Kamu duluan aja nanti aku pulang sendiri aja. Soalnya pulang sekolah aku ada rapat OSIS.^^^
^^^09.15^^^
Me
Kamu bareng Thea?
09.15
^^^*Deamanis**🌝*^^^
^^^Enggak, Thea nanti ada latihan cheerleader buat acara lusa.^^^
^^^09.16^^^
Me
Kalo gitu nanti aku jemput gak ada penolakan. Aku maksa😄
09.16
Aeden tersenyum tipis sebelum menyeruput es teh nya, hal itu tidak luput dari pandangan Jo. Jo merasa heran, sangat jarang bagi Aeden untuk tersenyum sekalipun itu senyum tipis.
Berbeda dengan Aeden yang tersenyum tipis, Dea menghela nafas membaca balasan dari Aeden yang kekeh untuk menjemputnya. Bukan apa, Dea tidak mau merepotkan Aeden apa lagi sampai harus menunggunya selesai rapat OSIS untuk persiapan acara lusa.
Istirahat kali ini saja Dea makan sendiri karena Thea sedang latihan cheerleader, terlebih Thea adalah kapten cheerleader sudah pasti ia disibukkan dengan segala persiapan.
“Hah sepi banget kalo gak ada Thea” gumam Dea sambil menyantap bekalnya.
“Kak Dea” panggil seseorang membuat Dea menoleh dan ternyata adik tingkatnya yang sama anggota OSIS.
“Iya ada apa?” tanya Dea pada gadis berkuncir kuda di depannya.
“Kata kak Ibra rapatnya dimajuin sekarang kak, kalo kak Dea masih makan selesaiin aja dulu baru nyusul rapat ya kak” jelas gadis itu ramah.
“Oh dimajuin ya, kog Ibra gak bilang aku sih. Yaudah makasih ya infonya” balas Dea tersenyum ramah.
Dea pun dengan cepat menutup bekalnya yang baru ia makan setengah sebelum berlari kecil menuju ruang OSIS. Sampai di ruang OSIS rapat pun segera dimulai melihat seluruh anggota sudah berkumpul. Ibra selaku ketua OSIS memimpin rapat dengan tegas dan teliti.
.
.
.
.
Jam tangan Aeden sudah menunjukkan pukul 16.32 itu berarti sudah satu jam lebih ia menunggu Dea di depan pintu gerbang. Aeden sudah mengirim pesan pada Dea kalau ia sudah sampai sedari tadi dan Dea pun sudah membaca namun tidak membalas. Aeden tidak mengirim pesan lagi, ia memilih sabar menunggu Dea selesai dengan kegiatannya. Jadi di sini lah Aeden di dalam mobil kesayangannya ditemani musik jass.
Tok tok tok
Suara cendela pintu mobil Aeden diketuk, Aeden menoleh ke samping kanan di mana wajah pucat Dea terpampang membuatnya panik dan langsung membuka pintu kemudi.
“Dea wajah kamu kog pucat benget sih” panik Aeden menempelkan telapan tangannya di dahi Dea yang hangat.
“Aku enggak apa-apa kog Aeden, bisa anterin aku pulang sekarang perut aku sakit banget” lirih Dea sesekali meringis kesakitan.
“Aku antar kamu pulang” sahut Aeden memapah Dea masuk ke dalam mobil.
Setelah memastikan Dea duduk dengan aman, Aeden berlari memutari mobil dan masuk kedalam mobil. Aeden segera menjalankan mobil menuju rumah Dea. Di tengah perjalanan Dea meminta tolong untuk berhenti di depan apotek untuk membeli obat maag untuknya.
Aeden pun langsung mencari apotek terdekat dari sini Aeden tau kalau maag Dea saat ini sedang kambuh, sudah dapat di pastikan kalau Dea telat makan atau bahkan tidak makan sampai sore ini, tebak Aeden.
“kamu tunggu sini dulu ya biar aku aja yang beli obatnya, biasanya kamu minum obat maag merk apa?” tanya Aeden bersiap keluar.
Setelah Dea menyebutkan merk obat maag yang biasa ia konsumsi Aeden langsung mengambil langkah seribu untuk membeli obat itu tidak lupa empat buah roti untuk mengganjal perut Dea dan botol mineral untuk Dea.
Dea sendiri menatap kantong plastik berisi obat, roti dan botol mineral ditangannya.
“Roti buat kamu?” tanya Dea keliwatan polosnya.
“Ya buat kamu lah Dea manis, sekarang kamu makan rotinya dulu baru minum obatnya. Apa perlu kita le dokter aja?” ajak Aeden yang sudah kesekian kali.
Sejak tadi Aeden terus membujuk Dea untuk berobat ke dokter tapi Dea menolaknya dengan tegas.
“Enggak usah Aeden nanti juga sembuh sendiei kog, tenang aja” ucap Dea tersenyum menenangkan.
Aeden menghela nafas mendengar penolakan Dea, ia pun hanya bisa mengangguk patuh. Selesai makan roti dan minum obatnya Aeden baru akan menyalakan mesin mobil mengantarkan Dea pulang.
...****...
Good naight cemua🥰🔥🔥🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments