...“Bahagia ku sederhana, yaitu melihatmu tersipu malu”...
.......
.......
.......
...-Macarius Aeden Robertson-...
...****...
Malam harinya Dea menerima pesan dari nomor baru yang tidak di kenal. Tadi nya Dea ingin mengacuhkan pesan itu. Tapi saat si pengirim mengirimkan pesan terakhirnya seketika membuat bola mata Dea melebar.
^^^Nomor tidak dikenal^^^
^^^Malem, save my number^^^
^^^18.42^^^
^^^Nomor tidak dikenal^^^
^^^Jangan di read doang De^^^
^^^18.43^^^
^^^Nomor tidak dikenal^^^
^^^Save, Aeden.^^^
^^^18.44^^^
*Me**🌹*
Aeden?
18.45
^^^Nomor tidak dikenal^^^
^^^Yap, aku Aeden yang tadi kenalan di perpustakaan kota. ^^^
^^^Udah lupa ya emang?^^^
^^^18.45^^^
*Me**🌹*
Dapet nomorku dari mana?
18.45
^^^*Aeden**🐱*^^^
^^^Ada deh mau tau aja apa mau tau banget?^^^
^^^Z18.46^^^
*Me**🌹*
Terserah😒
18.46
Dea menaruh ponselnya di atas nakas lalu bangkit menuju meja belajarnya untuk menyelesaikan beberapa PR yang masih menumpuk.
“Hah kenapa jadi kepikiran Aeden sih? Ngapain coba Dea mikirin tuh orang? Udah ah selesaiin ini aja trus tidur. Lagian ini juga napa tugas pada numpuk sih perasaan setiap hari juga dikerjain” gumam Dea.
Setelah hampir dua jam lebih menyelesaikan tugasnya Dea segera membereskan semua buku yang berantakan diatas meja belajarnya. Tidak lupa untuk menyiapkan keperluannya besok pagi.
“Alhamdulillah akhirnya selesai juga” ucap Dea tersenyum bangga.
Dea merenggangkan otot tubuhnya sebelum masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan wajah sebelum tidur.
Selesai dengan rutinitasnya Dea membaringkan tubuh di atas ranjang empuk, tak lupa menarik selimut dan mulai memejamkan mata memasuki ruang mimpi.
.
.
.
Paginya Dea sudah siap dengan seragam sekolah dan tas punggungnya berjalan menuruni anak tangga. Dea tersenyum saat melihat sang nenek sedang menyiapkan sarapan diatas meja dibantu mbak Inah dan beberapa pelayan.
“Selamat pagi nenekku yang cantik” sapa Dea mencium pipi nenek Salma.
“Pagi cucu nenek yang tak kalah cantik” goda nenek Salma.
Dea tersenyum lalu duduk dengan tenang menerima sepiring nasi dan lauk yang baru saja disiapkan nenek Salma.
“Makan yang banyak sayang, ini bekal untuk makan siangnya ya. Jangan lupa dihabiskan” ucap nenek Salma mengusap kepala cucu nya.
“Kog dua nek?” tanya Dea menatap dua kotak bekal makan siang.
“Yang satunya buat Thea sayang, cepetan kalo makan trus berangkat takutnya nanti kena macet” jelas nenek Salma.
“Iya nek, nenek juga makan dong masa Dea makan sendiri”
Nenek Salma tersenyum mengusap kepala cucunya lalu sarapan bersama Dea.
Tidak butuh waktu lama Dea selesai dengan sarapannya. Dea bangkit tak lupa berpamitan pada sang nenek.
“Dea berangkat dulu ya nek. Assalammualaikum” pamit Dea mengecup punggung tangan da pipi nenek Salma bergantian.
“Waalaikumsalam, hati-hati bawa mobilnya” ucap Nenek Salma.
Pagi ini Dea memang berencana untuk membawa mobil sendiri tanpa sopir pribadinya. Dea langsung masuk ke dalam jok pengemudi dan menaruh tas punggung di sampingnya.
“Semoga aja gak macet” gumam Dea menginjak gas mobil meninggalkan halaman rumah.
Dea bersyukur saat jalanan pagi ini tidak terlalu ramai sampai membentuk kemacetan. Dea tersenyum cerah sambil sesekali mengikuti lantunan lagu yang ia dengarkan.
Saat di pertengahan jalan menuju sekolahnya Dea merasa panik saat gas mobil yang tersendat-sendat. Dea pun meminggirkan mobil di sisi jalan, seketika mobil itu pum mati. Dea berusaha berulang kali untuk menyalakan mesin mobil tapi tidak berhasil.
Dea mulai panik jarak sekolahnya masih jauh dan mobilnya mogok di saat ia sendiri yang menyetir. Dea mengambil tas dan keluar dengan wajah kesalnya.
“Kenapa harus mogok di sini sih? Kenapa gak di depan sana deket sekolahan kek, kan gak papa kalo jalan kaki. Tapi ini masih jauh banget mobil ih resek deh mobilnya” sungut Dea menendang ban mobil depan berulang kali.
“Mobilmu tidak akan menyala walau kau tendang seperti itu” ucap seseorang membuat Dea berbalik.
Dea terkejut menantap pria tampan yang berdiri dihadapannya.
“Kok kamu disini?” tanya Dea menunjuk pria tampan itu.
“Hei nona manis ini jalanan umum yang bisa dilewati siapa saja” ucap pria tampan itu membuat Dea terdiam.
Dea memalingkan wajah malunya sambil terus merutuki kebodohannya barusan. Apa lagi tingkah konyolnya yang pasti dilihat Aeden tadi.
‘Aish malu sekali’ batin Dea mengingat tingkahnya menendang ban sambil bergumam tadi.
“Ya lagian siapa juga yang bilang ini jalan pribadi” kilah Dea.
Aeden tersenyum menahan tawa menatap pipi Dea yang memerah. Kebetulan tadi Aeden ingin melewati jalan ini yang lebih jauh ke sekolahnya, ternyata keinginannya membawa dia bertemu gadis manisnya itu. Gadis manisnya? Oh ayolah Dea sungguh terlihat manis dan lucu dimata Aeden. Entah apa yang terjadi padanya, sejak bertemu dengan Dea ia merasa ingin lebih dekat dengan Dea, ingin menjaga Dea, dan ingin slalu ada untuk Dea. Itulah yang ia rasakan dan pikirkan sejak pertemuan pertama mereka.
“Emang mobil kamu kenapa De?” tanya Aeden berjalan membuka kap mobil Dea.
“Entahlah” lirih Dea pasrah.
Dea memperhatikan Aeden yang sedang mengecek mesin mobil atau apalah itu ia tidak paham. Lalu Aeden mengambil ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang dengan raut wajah serius.
“Mobilmu butuh di service dan sepertinya akan siap besok siang, aku sudah menghubungi orang bengkel untuk menderek mobilmu jadi tenang saja. Lain kali jangan lupa menservicenya” jelas Aeden menutup kap mobil Dea.
“Aku gak tau kalau mobilnya belum di service mungkin sopir ku lupa, lagian aku jarang membawa mobil sendiri. Eh sekalinya bawa sendiri malah mogok” kesal Dea mangerucutkan bibirnya yang tampak menggemaskan bagi Aeden.
“Gemesin banget sih” gumam Aeden membuat Dea tersipu malu melupakan rasa kesalnya.
Aeden tak tahan untuk mengacak surai panjang Dea dengan gemas. Dea mendongak menatap wajah tampan Aeden dengan senyum tipis penuh pesona. Dea terpaku sesaat sebelum akhirnya memalingkan wajah salah tingkah.
“Yuk biar ku antar sampai depan gerbang sekolah, bentar lagi juga orang bengkel dateng” ajak Aeden menarik tangan Dea lembut.
Aeden membuka pintu penumpang bagian depan untuk Dea. Setelah Dea masuk Aeden berlari kecil mengitari mobil dan masuk ke dalam mobil.
“Emang gak ngerepotin? A-aku bisa kog naik a-angkutan u-umum” ucap Dea diakhir kalimat dengan terbata.
“Kamu gak bisa naik angkutan umum De” balas Aeden melajukan mobilnya.
Dea menatap wajah Aeden dengan raut terkejut, bagaimana bisa Aeden tau kalau dirinya tidak bisa naik angkutan umum? Pikirnya. Apa Thea memberitahu Aeden? Tapi seingat Dea belum pernah menceritakan kejadian angkutan umum di masa lalunya pada Thea. Enggak mungkin juga kalau Aeden tau dari nenek Salam, mereka kan belum pernah bertemu.
“Ka-kamu tau dari mana kalau aku gak bi-bisa naik a-angkutan u-umum?” tanya Dea terbata.
Bukannya menjawab Aeden hanya menoleh menampilkan senyum hangat dan kembali fokus menyetir.
...****...
Good Night My December🌝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments