Setelah Intan sarapan dengan Harvan, Intan langsung memanggil bu nanah sang pelayan senior. Kemudian bu nanah pun memanggil semua orang yang bekerja di rumah mewah itu. Satu persatu di perkenalkan pada Intan. Mereka memperkenal diri dengan menyebutkan ciri-ciri tubuh mereka dan suara mereka. Setelah semua pekerja di kenalkan, Intan pun berbincang-bincang dengan bu nanah.
“Oya bu nanah, ibu sama bapak kemana ya? Semalam kan mereka ada di rumah, malah saya sempat berbincang dengan ibu.” Tanya Intan pada bu nanah.
“Oya neng, tadi subuh-subuh sekali bapak dan ibu sudah pergi kerumah lama, karena bapak mendadak mendapat telepon dari ajudan pak mentri katanya, bapak di utus menghadiri acara di Medan mewakili pak menteri. Jadi, bapak dan ibu cepet-cepat berangkat pulang ke rumah lama, untuk bersiap-siap.” Jawab bu nanah.
“Oh begitu ya, memang ibu sama bapak tidak tinggal disini ya bu nanah? Kok pulang ke rumah lama?.” Tanya Intan lagi ke bu nanah.
“Tidak neng, yang tinggal di sini cuma den harvan saja, ibu sama bapak tinggal di rumah lama, semenjak den harvan menjadi pribadi yang tertutup dan sering menyendiri, si aden membangun rumah ini dan tinggal sendiri di sini, katanya untuk menyepi, menenangkan diri.” Jelas bu nanah.
“Oya, bukan kah 5 tahun yang lalu Harvan menikah? Berarti istri dan anaknya tinggal disini juga dong bu?.” Tanya Intan penasaran.
“Mh.. memang ibu dan bapak tidak cerita ya sama eneng mengenai mantan istri den Harvan?.” Tanya bu nanah sedikit gugup karena takut salah kata.
“Semalam ibu cerita sih, cuma gak cerita banyak. Ibu cuma cerita kalau Harvan di nikahkan dengan perempuan itu karena suatu hal, dan Ibu juga cerita masalah perpisahan diantara mereka. Saya juga gak banyak nanya ke ibu.” Jawab Intan.
“Kalau tidak salah, selama pernikahan dengan non Selvy, mereka tidak tinggal di rumah ini. Tapi tinggal di apartemen neng.” Ujar bu nanah sedikit kikuk.
“Oh nama mantan istrinya Harvan, Selvy ya?.” Kata Intan mengangguk-anggukan kepalanya.
“Ya sudah bu, saya mau ibu menemani saya mempelajari tata letak interior dan halaman rumah ini.” Sambung Intan.
“Siap neng.” Jawab bu Nanah.
Kemudian bu Nanah menuntun Intan yang mulai menghitung-hitung langkah kaki dari mulai teras depan ke ruang tamu, dari ruang tamu ke ruang tengah. Dari ruang tengah ke dapur dan begitu seterusnya, sampai seluruh rumah megah dan mewah itu di kelilingi oleh intan dan bu nanah dari lantai bawah sampai lantai 3 yang paling atas.
Intan pun meminta pada pelayan yang bertugas di dapur, untuk mengajarinya memasak di dapur rumah mewah itu, dan mengingat letak perabotan dapur, bahan makanan, sampai bumbu dapur.
Semua pekerja terkagum-kagum pada Intan, karena dengan cepat intan dapat penghapal setiap sisi rumah mewah itu, sekaligus menghafal apa-apa saja yang berada didalamnya, dari hal-hal kecil sampai yang terbesar.
Sisi terakhir yang intan pelajari adalah area halaman samping, yang terdapat kolam renang yang luas dan mini bar outdoor.
Tanpa mereka sadari, siang itu ada sosok yang memperhatikan mereka di pintu ruang tengah. Sosok itu berdiri sedikit bersandar pada ujung pintu, dengan melipat kedua tangan di dadanya.
Pada saat bu nanah menyadari ada sosok itu, langsung sosok itu menempelkan telunjuk dibibirnya, sebagai kode agar bu nanah jangan berbicara. Setelah sosok itu mengibaskan tangannya memberi isyarat agar bu nanah pergi menjauh dari area taman itu. Perlahan sosok itu mendekati Intan yang sedang sibuk menghafal lokasi taman samping. Sosok itu mengitari tubuh Intan.
“Baiklah, saat ini saya sedang menghadap pintu kolam renang yang cukup luas, diseberang kolam renang adalah pintu samping rumah, tepat diarah jam 12. Arah jam 3 adalah mini bar dengan jarak tempuh 20 langkah kaki. Diarah jam 9 adalah taman yang dihiasi oleh banyak bunga dengan ukuran 50 x 35 langkah kaki saya. kemudian di arah jam 6 tepat dibelakang saya, dengan jarak tempuh 100 langkah saya adalah lapangan tenis, betul kan bu nanah?.. bu nanah… bu nanah.” Panggil Intan, tapi tidak ada jawaban dari bu nanah.
“Loh bu nanah kemana ya? Kok dia tidak bilang mau pergi.” Gumam Intan bingung.
Sementara sosok yang tengah memperhatikan dari tadi mengendap-ngendap pelan sambil menyunggingkan senyumannya. Lalu kemudian hupp dari arah belang, sosok itu dengan sigap melingkarkan tangannya ke pinggang Intan seraya memeluknya dari belakang.
Intan diam sebentar, sedikit tersentak tapi kemudian dia menangkup tangan itu.
“Kamu sudah pulang Har?:” tanya Intan.
“Mmhm…” jawabnya sambil menopangkan dagu di pundak kanan intan.
“Ayo kita makan siang sekarang.” Katan Intan, lalu melepaskan pelukan Harvab dan menariknya menuju ruang makan.
“Eh eh hati-hati sayang nanti kamu nyebur.” Teriak Harvan.
“Gak akan lah, aku kan sudah mempelajari setiap sisi halaman dan rumah ini.” Kata Intan.
“Serius! Kamu sudah hapal? Secepat ini?”. Ujar Harvan, tercengang melihat Intan berjalan tanpa penggunakan alat bantu tongkat untuk memapahnya. Harvan terkagum-kagum di buatnya. Melihat Intan berjalan dengan santainya, seakan matanya tidak mengalami kebutaan. Sampailah akhirnya mereka di ruang makan, dengan cekatan Intan menyiapkan makan siang untuk Harvan. Dan mereka berdua pun manyantap makan siang yang telah Intan sediakan.
“Sayang, setelah makan aku akan menemui seseorang untuk mengurusi operasi mu ya.” Ujar Harvan.
“Ya, mh..har, beneran memangnya operasinya akan di lakukan di luar negeri?.” Tanya Intan.
“Iya, karena aku ingin hasil yang terbaik, gak apa-apa kan?.” Harvan balik nanya.
“Ya ga apa-apa sih, tapi….”kata Intan.
“Tapi apa? Kamu gak usah bingung, tenang saja, jangan di pikirkan, kamu harus secepatnya pulih. Karena aku sudah tidak sabar ingin menikahi kamu hehe.” Goda Harvan.
“Ih kamu gitu ngomongnya.” Ujar Intan tersipu malu.
“Kan tujuan aku bawa kamu kesini buat apa coba kalau bukan buat halalil kamu.. atau kamu yang ga mau ya? Nikah sama duda?.” Kata harvan.
“Ah kamu jangan ngomong gitu dong.. aku gak peduli kok kamu duda, asal kamu bener-bener sayang sama aku itu sudah cukup buat aku.” Tegas intan.
“Baiklah kalau begitu, terima kasih ya intan, kau mau menerima aku apa ada nya.” Kata Harvan.
“Aku yang seharusnya berterima kasih padamu Har, kamu tak memperdulikan kondisiku walau sekarang aku buruk rupa, kamu tetap mencintaiku.” Ucap intan lirih.
“Aku kan sudah bilang dari dulu juga, aku akan selalu sayang sama kamu apapun kondisimu. Kamu harus percaya itu.” Tegas harvan.
“Ya aku percaya padamu Har.” Jawab Intan
“Ya sudah, sekarang aku berangkat lagi ya untuk menemui seseorang itu.” Kata Harvan.
“Ya har, hati-hati ya.” Ucap Intan.
Kemudian harvan berlalu menuju halaman depan yang sudah terparkir mobil mewah yang siap mengantarkannya pergi.
*
*
Tak butuh waktu lama, kurang dari satu jam harvan sudah sampai ditempat tujuan.
Tempat yang dijanjikan harvan dalam melakukan pertemuan dengan seseorang itu di rumah sakit terbesar di ibu kota, karena memang orang yang akan harvan temui adalah orang yang berprofesi sebagai dokter bedah terbaik di rumah sakit tersebut.
Sampailah Harvan di sebuah ruangan, dan harvan pun mengetuk pintu.
“Silahkan masuk.” Seru seseorang dari dalam ruangan tersebut. Harvan pun masuk
“Selamat siang dokter Anton.” Sapa harvan
“Siang pak harvan, mari silahkan duduk.” Jawab dokter itu.
BERSAMBUNG
🌗🌗🌗🌗🌗🌗🌗🌗🌗🌗🌗🌔🌗🌔🌗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Nona Cherry Jo
semangat ya. harvan.. 💪💪🌹
2022-02-05
1
atin p
👍👍💪💪💪 semangat Harvan...perjuangkan first love mu.....
2022-01-20
1