“Bagaimana dengan istri dan anakmu?.”
JLEB
Kata-katanya membuatku terhenti sejenak, dan sedikit menyesakku. Ku diam, lalu ku katakan dengan pelan padanya. “Istri dan anakku pergi.”
“Kok bisa?” Tanya dia tersentak.
“Aku akan ceritakan padamu nanti, sekarang belum siap!.” Jawabku.
“Istri dan anakmu pergi, maksudnya bagaimana?.” Desaknya.
“Ayo lah Intan.. ikutlah dulu bersamaku ke Ibukota, nanti aku akan ceritakan disana, atau bisa kau tanya langsung ke ibu dan bapakku.” Paksaku.
“Tidak bisa seperti itu Har.. semuanya harus jelas dulu, karena aku tidak mau jadi duri dalam daging di keluargamu, meskipun sekarang kita sudah tidak ada apa-apa lagi.” Jawabnya.
“Siapa bilang kita sudah tidak ada apa-apa lagi? Aku tidak pernah memutuskanmu, kamu yang menghilang dariku, bertahun-tahun aku mencarimu dan kau tetap bersembunyi dariku, kamu membuatku tersiksa, sampai-sampai aku putus asa mencarimu.” Sentakku.
“Lalu akhirnya kau menikah begitu? dan langsung melupakanku. Cepat sekali dirimu berubah Har!.” Sahutnya dengan lantang.
“Kau marah ya? Atau kau cemburu?.”! Selidikku.
“Apa? Marah?cemburu? Gak lah.” Jawabnya kikuk.
“Dari nada bicaramu kamu seperti sedang cemburu.” Goda ku, untuk mencairkan suasana.
“Siapa aku, sehingga berani cemburu padamu!.” Ungkapnya pelan.
“Kekasihku! Ya… kau kekasihku, masih tetap kekasihku dan…” Ku sela ucapanku. Ku hela nafas dan diam sejenak.. lalu perlahan ku pegang pundaknya, agar posisinya menghadap kearahku. Kemudian kukatakan padanya. “Dan aku akan meminangmu.. jadilah istriku.. kau mau kan Intan?.”
Kulihat dia sedikit terperanjat, namun sepertinya dia masih bisa menguasai dirinya dan berkata :
“Omong kosong apa yang kamu ucapkan?.” Katanya, Seolah tak percaya apa yang aku katakan.
“Aku serius! dari dulu aku tak pernah main-main denganmu, aku akan paksa kamu ikut ke Ibukota, dan aku akan menikahimu, mencari donor mata untukmu dan merubah dirimu, membawamu untuk operasi wajahmu, dan kamu bisa melihat wajahmu kembali!.”
Hening.. hanya deburan ombak yang terdengar, kutunggu reaksinya, tapi dia masih diam.. ku pandang wajahnya, dan perlahan dia berdiri dari duduknya, melangkah sedikit menjauh dariku. Kemudian ;
“Kamu terlalu berlebihan Har.” Ucapnya tertunduk.
“Kamu lupa? 10 tahun yang lalu, aku pernah berjanji padamu, kalau aku akan selalu bersamamu, dan sekarang akan kubuktikan padamu!” tegasku.
“Tapi Har, tolonglah mengerti aku..” kata-katanya terhenti karena langsung ku sela:
“Kenapa? Kau sudah tak mencintaiku? atau kau tidak percaya lagi padaku?!.” Tanyaku.
“Bukan begitu Har, ta-tapi..” kata-katanya terhenti karna ku tarik tangannya, membawa dia pergi dari tepi pantai itu. Berjalan sedikit cepat, entah kenapa aku terbawa emosi.
“Kau jangan tarik aku seperti ini har.. kita bisa bicara baik-baik.” Seolah dia memohon padaku, tapi aku tak menggubris ucapannya, lalu:
“Aku sudah bicara baik-baik padamu sejak awal, dan aku tidak ingin ada penolakan darimu.. sekarang mari kita ke rumah nenek, aku akan meminta ijinnya untuk membawamu pergi dari sini.” Paksaku.
“Har tolong lepaskan tanganku.. jangan seperti ini.. kau menyakitiku.” Rintihnya.
Ku hentikan langkahku, dan pelan-pelan ku lepaskan genggamanku. Dia diam menghadapku tepat dibelakangku, perlahan kubalikan badanku dan:
“Jangan menolaku Intan.. aku sudah lelah mencarimu dan menunggumu, meski berjuta alasan yang kau katakan, tak akan mengubah niatku untuk membawamu. Jika kau bertanya kenapa? Tak ada alasan bagiku, jangan pernah lagi katakan apapun!.”
Ku tarik kembali tangannya dan berjalan membawanya pergi dari tempat itu, menuju rumah neneknya yang tidak jauh dari pantai itu.
*
*
Dirumah nenek
“Sebelumnya saya minta maaf nek, maksud kedatangan saya kemari adalah untuk membawa Intan ke Jakarta. Saya ijin nek, untuk membawanya berobat dan menikahinya.”
“Kamu serius nak Harvan?” Tanya Nenek.
“Saya serius Nek.. ibu dan bapak saya juga sudah menunggu disana, mungkin hari ini juga saya akan langsung baw Intan!.” Jawabku.
“Tidak kah ini terlalu cepat nak Harvan? Hari sudah senja menginap lah dulu disini, dan besok pagi kalian berangkat.. masalah Intan nenek serahkan kepadamu ya, nenek percaya padamu, asal bisa membuat Intan bahagia, Nenek tidak akan menghalangi kalian.” Ucapan Nenek membuatku tenang.
“Besok saya harus bekerja, berangkat pagi Nek, jadi tidak ada waktu lagi, tapi Nenek jangan khawatir saya akan menjaga Intan dengan baik, membuatnya bahagia dan menghabiskan hidup bersama sampai akhir kelak, dan saya bersama Intan akan sering mengunjungi Nenek nantinya, saya mohon doa Nenek agar semuanya berjalan lancar.”
Intan yang duduk di sebelah Nenek masih diam tak bergeming, semenjak aku membawanya kembali ke rumah Nenek dari tepi pantai itu. Kupandangi dia, dan terbersit rasa yg membuatku merasa miris padanya. Bagaimana tidak, wajah cantik yang dulu, kini berbalut luka. Wajah yang selalu ceria menampilkan senyum manis padaku, kini tak terlihat. Wajah manis yg selalu membayangi di setiap hariku, kini tak ada. Namun perasaanku masih tetap sama dan tidak akan berubah. Ku harap kau tahu itu Intan. Aku berjanji padamu akan merubah dirimu menjadi manusia baru, mengembalikan cantikmu yang dulu, dan menumbuhkan percaya dirimu kembali.
*
Setelah aku dan Intan berpamitan pada Nenek, kami beranjak pergi untuk ke Jakarta bersama.
Di dalam mobil menuju Jakarta,
“Kalau kau lelah tidurlah, buat dirimu nyaman.” Kataku pada Intan memulai pembicaraan di dalam mobil.
“Ah iya terima kasih.” Jawabnya singkat.
“Oya, apa kamu ingat? dulu kita punya panggilan sayang, kamu Memanggilku ayang alias aa sayang hehe.” Kataku untuk menghiburnya.
“Ah iya, aku agak lupa-lupa ingat.” Sahutnya tersipu.
“Dan aku memanggilmu beybih hehe, boleh ya? sekarang kita pake panggilan sayang lagi.” Tanyaku.
“Ga ah lebay, kaya abege saja.” Ucapnya dengan memalingkan wajahnya kesamping melihat jalanan.
“Jangan gitu dong beybih hehe..masa kamu panggil aku nama kaya ke teman saja, mau ya! Kita mulai dari awal lagi” Godaku padanya.
“Mh gimana ya.. ah terserah kamu saja.” Jawabnya malu-malu.
Aku bahagia, sedikit demi sedikit, sepertinya dia sudah tidak canggung lagi padaku.
Semoga kedepannya dia akan kembali seperti dulu lagi.
*
*
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 4 jam dari Palabuhanratu menuju Jakarta, tepat jam 10 malam, aku dan dia sudah sampai di Jakarta, dan saat ini mobilku sudah terparkir di garasi rumah. Aku bangunkan dia karena di sepanjang perjalanan rupanya dia tertidur, mungkin dia lelah.
“Intan… ayo bangun, kita sudah sampai dirumah.” Kataku.
“Oh sudah sampai ya? Maaf aku ketiduran.” Jawabnya.
“Ayo.” Ku buka pintu mobil, dan kubawa dia memapahnya. Setelah melewati ruang tamu menuju ruang tengah, ku lihat sudah ada Ibu dan Bapak menunggu duduk diruang tengah. Ibu dan Bapak terpaku sejak melihat kedatangan kami. Intan tak menyadari ada bapak dan Ibuku, karena dia tak bisa melihatnya. Ibu memberi isyarat padaku dengan mengedipkan mata dan mengerakan tangannya, seolah menyuruhku supaya mendudukkan Intan dikursi yang tepat berhadapan dengan Ibu. Kulihat rasa haru dimata Ibu dan Bapak.
“Duduklah disini, di depan sudah ada Ibu dan Bapak.” Bisikku ketelinganya, dia sedikit terperanjat, dan:
“Oh maaf ada Ibu dan Bapak ya? Maaf saya tidak melihat, apa kabar Bapak dan Ibu, sehat?.” Katanya gugup, tak sangka kulihat Ibu bergegas menghampiri kami, dan langsung memeluk Intan dengan tangisan pelannya. Ibu belai rambutnya dan berkata:
“Ya Allah Intan.. kamu sehat-sehat nak? Ibu dan Bapak baik-baik saja. Kemana saja kamu selama ini?, Harvan tak henti-hentinya mencari keberadaanmu nak.” Kata Ibu lirih sambil kembali memeluknya dengan tangisan yang lebih bersuara.
“Alhamdulillah aku sehat Bu.. hanya saja keadaanku sekarang seperti ini, aku tidak percaya diri lagi Bu, aku merasa tidak berguna.” Ungkapnya lirih.
Agar Intan dan ibu bebas bicara, aku dan bapak pergi kehalaman belakang, tentunya setelah Intan menyalami Bapak.
“Har, kamu serius dengan apa yang akan kamu lakukan pada Intan?” Tanya bapak padaku.
“Kenapa? Bapak ragu padaku?.” Jawabku.
“Bukan begitu Har, tapi apakah kamu yakin operasinya akan berhasil, mengingat luka di wajahnya terlihat begitu parah, dan sepertinya bapak tidak yakin wajah Intan akan kembali seperti semula.” Kata Bapak.
“Sekarang teknologi dibidang ilmu kedokteran sudah semakin modern Pak, saya yakin Intan akan kembali menemukan wajahnya, berapapun uang yang harus aku keluarkan untuk biaya operasinya, aku tidak peduli, bila perlu, aku akan bawa dia ke ahli bedah terbaik di dunia, yang mampu mengembalikan wajahnya.”
Bapak diam dan kemudian berkata : “Apapun yang kamu lakukan Bapak dukung Har, asal itu demi kebaikan dan bisa membuat kamu bahagia, lalu kapan kamu akan menikahinya?” Tanya Bapak.
“Aku akan membicarakannya nanti dengan Ibu dan Intan.” Jawabku. Lalu aku mengajak bapak kedalam menghampiri Ibu dan Intan diruang tengah.
“Bu besok lagi dilanjut ngobrolnya, kasihan Intan harus istirahat.” Kataku pada Ibu.
“Oh iya, mari Intan Ibu antar ke kamar kamu. Kita lanjut lagi ngobrolnya besok, kasihan kamu pasti lelah setelah perjalanan jauh.” Ujar Ibu.
“Biar aku yang antar Bu.” Kubawa Intan ke kamar yang telah kami siapkan.
“Nah ini kamarmu, nanti aku siapkan orang yang akan melayanimu ya?” Kataku pada Intan setelah sampai dikamar yang telah kami siapkan.
“Ah, gak usah kamu repot-repot menyediakan pelayan untukku Har.” Ucap Intan.
“Lah kenapa?, terus bagaimana kamu bisa beraktivitas? kamu kan belum hafal letak barang-barang dirumah ini, dan maaf, kamu kan tidak bisa melihat.” Jelasku.
“Har aku bisa sendiri, asal kau ajarkan aku terlebih dahulu.” Kata Intan yang membuat aku sedikit tidak mengerti, apa yang harus aku ajarkan padanya.
“Har katakan padaku, dari pintu kamar berapa langkah untuk mencapai tempat tidur? terus, berapa langkah dari tempat tidur untuk ke kamar mandi!, Dari pintu kamar mandi ke lemari berapa langkah? Kemudian berapa luas kamar yang akan aku tempati ini?, kamu katakan padaku detail per-detailnya, aku akan mempelajarinya.” Kata Intan dengan lugas.
“Baik, aku mengerti sekarang, akan aku beri tahu keadaan dikamar ini dahulu saja ya, besok-besok keruangan lain.” Semangatku padanya, dan aku langsung jelaskan pada Intan detail per-detail kondisi kamarnya, tak butuh waktu lama, dia langsung hafal, seolah dia bisa melihat dimana letak-letak furniture yang berada disekitar ruang kamar, dari yang terbesar sampai yang terkecil, dengan menggunakan insting, hitungan dan intuisi bathin, Intan mampu menguasai kamar yang akan dia tempati.
Sungguh Tuhan maha segalanya, mata kita mungkin buta, tapi hati bisa melihat, mungkin kebutaan adalah suatu kekurangan, tetapi sekaligus Tuhan menjadikannya suatu kelebihan.
Ku tatap dia yang sedang duduk di bibir tempat tidur, ku dekati dia, dan ku duduk di sampingnya. Dengan hati-hati ku sentuh wajah nya dan kukatakan padanya “Aku akan selalu mencintaimu. Percayalah padaku, bagaimanapun keadaanmu, itu tak akan merubah perasaanku padamu. Istirahatlah, sampai ketemu besok, kamarku dilantai atas.” Sebelum ku tinggalkan dia ku kecup pipinya. Dia diam terpaku membisu.
Kuharap perasaannya sama dengan perasaanku.. seperti dulu, saat kita bersama menjadi sepasang kekasih, sebelum ruang dan waktu memisahkan kita.
B E R S A M B U N G🥰
💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝
Othor msh ngintip-ngintip aja🤪
Biar aa Harvan yang ganteng bisa leluasa bernostalgia bersama cinta pertamanya Neng Intan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Arin
cinta sejati...😍
2023-08-29
1
Nona Cherry Jo
visualnya dong thoor 🙏🙏🙏
2022-02-05
1
atin p
baru nemu sdh termehek2...mewek aq thorr....msh adakah mas Harlan yg lain thor...😭😭😭
2022-01-20
1