Sang malam bergulir dihiasi bintang gemintang dan cahaya Purnama yang terpancar indah.
Disaat separuh penghuni bumi tengah terlelap dalam mimpinya. Disudut Ibu kota tepatnya di sebuah rumah mewah nan megah, masih terjaga sesosok manusia tampan yang gagah perkasa.
Ya, Lelaki itu bernama Harvan Hartawan, usia 30 tahun. Seorang pengusaha muda, sukses dibidang teknologi informasi, industri dan perdagangan migas, yang memiliki anak cabang dimana-mana. Ayahnya seorang pejabat tinggi pemerintah pusat dan ibunya seorang penggiat sosial. Harvan anak semata wayang. Selain cerdas, dia adalah sosok lelaki idaman para wanita, karena memiliki wajah yang tampan, kulit putih bersih, badan tinggi atletis, pola pikir brilian, pola sikap ramah tamah dan menghangatkan, serta Memiliki pola tindak yang baik dan berwibawa dan juga berkarisma.
Harvan tengah berdiri, mematung dibalkon kamarnya yang terletak di lantai 2. Dengan kepala menengadah menerawang keatas langit dan tangan kokoh berkacak pinggang. Seolah lelaki itu tengah memikirkan sesuatu. Kemudian dia merogoh ke saku celananya, mengambil alat komunikasi yang sepertinya mendapatkan panggilan masuk.
“Hallo Jod, ada apa malam-malam telepon?.” Tanya Harvan.
“ Dimana luh? dah balik jemput wanita elo?.” Seru seseorang dari balik telepon.
“Udah, ini udah di rumah, tadi nyampe jam 10, elo lagi dimana? Berisik banget.” Tanya Harvan.
“Ah elo kaya gak tau aja, biasa di club dong..hehe.” Jawab seseorang itu.
“Ga ada bosen nya lo clubing mulu.” Kata Harvan.
“Gue lagi suntuk Har, sebenernya ada yang mau gue omongin, tapi nantilah, besok gue ke kantor elo ya?.” Kata seseorang itu.
“Oke.” Harvan menutup pembicaraan dengan temannya itu.
Sesaat kemudian dia masuk ke kamarnya, dan duduk di sofa. Pandangannya menerawang jauh ke depan dan tersirat senyum manis disisi bibirnya yang tipis.
“Akhirnya aku menemukanmu Intan, berakhir sudah pencarianku selama bertahun-tahun yang cukup melelahkan, dan membuat aku setengah gila. Jangan pernah lari lagi dariku. Aku akan mengusahakan agar kau dapat melihat mentari kembali, dan membuat kau indah kembali.” Gumamnya membathin, kemudian dia beranjak ke kamar mandi membersihkan tubuhnya dan melangkah naik ketempat peraduannya.
*
*
Jelang pagi.
Harvan terjaga dari peraduannya, melangkah ke kamar mandi dan membersihkan diri, 15 menit kemudian dia keluar menghampiri lemari besarnya, mengambil setelan jas nya lalu memakainya. setelah rapih dia bersiap turun kelantai bawah.
Sesampainya dilantai bawah, dia mengetuk satu pintu kamar, yang di dalamnya adalah perempuan cinta pertamanya yang telah dia temukan kembali dari persembunyiannya.
Tok tok tok
Pintu diketuk.
“Intan sudah bangun.” Panggil Harvan.
Dari dalam kamar menjawab “ ya Har, sudah,”
“Boleh aku masuk?.” Kata Harvan.
“Ya masuklah.” Jawab Intan.
Pelan-pelan pintu dibuka, terlihat jelas seorang wanita yang ia cinta, tengah duduk di sofa. Harvan mendekat dan duduk didepannya.
“Kau sudah rapi rupanya.” Ujar Harvan, dengan tersenyum lekat menatap wanitanya.
“Ya.” jawab lembut Intan.
“Hari ini aku akan pergi ke kantor karena ada meeting, nanti siang aku pulang dulu, makan siang dirumah, kamu tunggu aku ya?. Sekarang ayo kita keruang makan kita sarapan, nanti aku akan perkenalkan orang-orang yang bekerja dirumah ini.” Kata Harvan, kemudian berdiri dan meraih Intan untung menggandengnya keluar kamar menuju ruang makan. Di pintu kamar Intan menghentikan langkahnya.
“Ada apa?” Tanya Harvan.
“Gak ada apa-apa Har, aku hanya bersiap menghitung, berapa langkan jarak dari kamar ke ruang makan.” Jawab Intan dengan senyumnya yang manis.
“Oh ya.. nanti ada asisten yang akan membantumu, mempelajari detail setiap ruangan di rumah ini.” Kata Harvan sambil berjalan menggandeng tangan Intan menuju ruang makan.
Harvan mengarahkan Intan untuk duduk dikursi makan, dan ia duduk di sebelahnya. Tak jauh dari meja makan, sudah berjejer para pelayan yang semuanya wanita. Harvan menoleh pada satu pelayan yang paling senior. Seolah itu adalah kode, pelayan senior pun berjalan kearah Harvan memberi hormat dengan membungkuk.
“Selamat pagi Den.” Kata pelayan senior itu.
“Ya.. selamat pagi juga bu Nanah.” Jawab Harvan.
“Oya bu Nanah, nanti tolong temani Intan untuk melihat-lihat semua ruangan dirumah ini. Biarkan Intan mempelajari setiap detail rumah ini dan jangan ada yang terlewat sedikitpun.” Ujar Harvan.
“Sayang, nanti bu Nanah yang akan menemanimu ya? Sekaligus memperkenalkan semua pelayan, supir dan orang-orang yang mengurus rumah ini. Kau tentu sudah mengenal bu Nanah bukan? karena dulu, saat kamu sering aku bawa main ke rumah lama, dia sudah bekerja pada ibu dan bapak.” Jelas Harvan.
Bu Nanah pelayan senior, usianya 55 tahun, dia sudah bekerja pada keluarga pejabat itu sejak Harvan masih kecil, bahkan bu Nanah lah yang mengurus dan menjaga serta menemani Harvan, karena Bapak dan ibu Harvan, sibuk dengan giat nya sebagai Pejabat pemerintahan pusat.
“Oh iya, aku tahu betul.. selamat pagi bu Nanah, bu Nanah apa kabar? Lama tidak berjumpa, terimakasih sudah mau membantu saya.” Kata Intan.
“Selamat pagi juga neng Intan, alhamdulilah saya baik dan sehat. Iya lama sekali saya tidak melihat neng Intan, kalau tidak salah terakhir saya bertemu Eneng, saat Aden pulang sekolah membawa Eneng ke rumah lama, masih memakai baju sekolah ya. neng tak perlu sungkan sama saya ya? karena semua sudah menjadi tugas saya dirumah ini” Ujar pelayan senior itu.
“Oh ternyata bu Nanah masih ingat ya, padahal itu sudah lama sekali, baiklah bu nanah, nanti kita ngobrol-ngobrol ya?, sekarang saya mau sarapan dulu.” Timpal Intan.
Kemudian Harvan menyantap sarapan paginya dengan Intan, yang dilayani oleh beberapa pelayan lain yang khusus memegang tugas sebagai pelayan dapur. Setelah mereka selesai sarapan Harvan pun berpamitan pada Intan untuk berangkat ke kantornya.
“Sayang aku berangkat dulu ya?.” Kata Harvan pada Intan.
“Ih kamu jangan panggil aku sayang dong, aku kan malu sama orang-orang dirumah ini.” Kata Intan pada Harvan.
“Kenapa mesti malu, kamu kan calon istriku yang akan menjadi nyonya dirumah ini, dulu juga kan kita selalu menggunakan panggilan sayang.” Jelas Harvan.
“Iya tapi itu kan dulu, sekarang beda lagi.” Kekeh Intan.
“Tak ada bedanya dulu dan sekarang, kamu adalah kesayanganku.” Timpal Harvan dengan manisnya sambil mendekatkan wajahnya pada Intan.
“Oya setelah aku makan siang nanti, aku akan menemui orang yang akan memberikan rekomendasi mengenai operasi lukamu diluar negeri, semoga semuanya berjalan lancar dan kamu jangan menolak.” Sambung Harvan.
“Iya, tapi bukan kah biaya operasi wajah itu mahal? Aku tidak enak padamu dan keluargamu Har.” Ucap Intan.
“Apapun, akan aku lakukan untukmu, Ibu dan Bapak juga mendukungku, jadi kamu tidak perlu merasa tidak enak. Baiklah, aku akan berangkat sekarang, takut nanti telat.” Harvan berdiri bergegas pergi, sebelum pergi dia mendekatkan wajahnya pada wajah Intan dan dengan lembut mencium atas kepala Intan dan berlalu menuju mobilnya, supir sudah menantinya di depan rumah dengan mobil mewahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
atin p
babang Harvan...l ♥️ U....
2022-01-20
1
anggita
mampir ngelike👍 sja.
2021-12-22
1