Terbesit di fikirannya untuk merantau saja.
"Ya!!! merantau adalah pilihan terbaik" Gumamnya.
drttttt..... drttttt rt
Tiba-tiba HP Alina bergetar, ia melirik siapa yang menelpon.
" Eh ternyata si Tia nihh, pucuk di cinta ulam pun tiba. " Ucapnya sambil mengangkat telpon.
" Hallo Tii, kamu kok ngga ngabari, gue telpon juga ngga aktif." Alina
" Ia nih gue baru nyampe, ini gue masih di bandara lo mau jemput gak? " Tiya.
"Ya udah gue brangkat sekarang ya, gue pesan taksi online dulu oke,?" Alina
"Ya udah gue tunggu ya, jangan lama ya Al, cepetan" Di bandara sahabat Alina sudah sangat senang karna akan dijemput oleh sahabatnya itu.
Tia, adalah sahabat Alina yang paling dekat. Walaupun sekarang mereka berbeda fakultas, persahabatan mereka tidak putus. Tia berada di Fakultas Kedokteran, jurusan dokter hewan.
Tiga bulan yang lalu Tiya melakukan penelitian di negeri sebrang, Malaysia. Penelitian tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan skripsinya.
Dibandara, terlihat Tiya sudah menunggu kedatangan sahabat nya.
"Dimana sii Alin, lama amat " ujarnya
Tiya menghubungi Alina tapi tidak dijawab.
" ya udah gue tunggu sebentar lagi" ujarnya lagi.
Di dalam taksi Alin sudah panik.
" Ini gimana, ayo dong pak cepetan"
"Iya neng sabar, ini ngga tau kenapa ada macat di depan". Supir taksi menjawab dengan nada tinggi, karna ia juga kesal di desak oleh Alina.
" Aduh, HP gue mati. Gimana nyari tiya yaa, ya udah deh nanti gampang. Sekarang yang penting gue nyampe bandara dulu". Didalam taksi Alina sudah tidak tenang, karena ia sudah sejam lebih melakukan perjalan yang harusnya ditempuh dalam lima belas menit saja.
Setelah sampai di bandara Alina belari untuk sampai di terminal yang di tujunya.
"Aduh Tiya dimana lagi, kok ngga keliatan, ya udah gue cari tempat cas dulu."
Alina mencari tempat cas. Sambil melihat sekekelilingnya Alina tiba -tiba menabrak seseorang.
" Yaampun mbak jalan itu matanya di pake dong ahh" Ujar Arsen yang sedang membawa beberapa berkas.
"Pak Arsen?, mmaaf ya pak" Alina tertunduk, ia tidak berani menatap Arsen
Arsen adalah CEO sebuah perusahaan yang bekerja sama dengan perusahan Leo, tempat Alina magang sewaktu masi kuliah. Jadi Alina sangat mengetahui siapa Arsen, namun tidak pribadinya.
Arsen masih menatap minuman dan sebuah berkas yang sama-sama jatuh dilantai. Minumannya habis tertumpah di atas berkas tersebut.
" Anda sudah buat berkas saya rusak, dan ini bukan berkas biasa. "
Arsen berbicara datar namun raut mukanya sudah tidak biasa.
"Aduh pak, saya saya minta maaf banget. Saya tidak sengaja."
Alina berusaha untuk berbicara dengan sangat tenang, meskipun ia sudah merasa di dalam posisi tidak aman.
" Ini bagaimana nona, saya minta pertanggung jawaban anda." Arsen membuka berkas tersebut dan ternyata sudah sangat rusak.
" Ngga ada soft copynya pula" ujar Arsen
Alina tertunduk, ia tidak tau lagi harus gimana. Sepertinya sekali ini ia tidak bisa lolos. Kalaupun bertanggung jawab ia tidak mungkin bisa,karena ia yakin surat itu sangat berharga.
" Anda tau nona!!!... ini adalah surat perjanjian kontak antar perusahaan besar, dan untuk mendapatkan ini saya dan tim saya sangat berusaha." Arsen sedikit menunduk untuk melihat muka Alina, karena tubuhnya begitu mungil di bandingkan tubuh Arsen.
"Mamaaaf ya pak, saya tadi buru-buru." Alina
" Ia... karna anda tidak hati-hati surat berharga saya jadi rusak. Anda tau, berapa nilai surat ini?" Arsen.
Alina hanya menggeleng kepala, ia belum berani menegakkan kepalanya.
" Ya sudah, kalau pun saya jelaskan kamu tidak akan mengerti. Sekarang kamu ikut saya" Arsen
"Tap.. tapi pak saya harus mencari teman saya dulu"
Alina menatap Arsen dengan memelas.
" Ya sudah, keluarkan KTP sekarang. Saya akan tahan sebagai jaminan. Dengan KTP ini saya dapat melacak anda dimanapun berada" Ujar Arsen
" Ba..ba.. baik Pak"
Alina mengeluarkan KTP sambil gemetar.
" Sekalian no HP anda," Arsen memasang muka datar, sambil memberi handphone miliknya. Arsen sangat kesal karena berkas pentingnya rusak.
Setelah selesai melakukan apa yang diminta Arsen, Alina mengembalikan handphone mahal milik Arsen.
"Ya sudah sekarang anda boleh pergi, tapi jangan coba-coba melarikan diri. "Ucap Arsen sambil menunjukkan wajah arogannya.
Alina segera pergi. Fikirannya kosong, karena tidak pernah dibayangkanya akan berurusan dengan Arsen. Alina langsung tempat perhentian Taksi.
Di tempat lain, Arsen sedang berfikir keras bagaimana caranya agar berkasnya secepatnya selesai. Di ruangan Kantornya ia terlihat begitu kelelahan karena perjalan bisnis yang di baru di tempuhnya.
Arsen pergi ke ruangan khususnya di dalam ruangan kantornya.Ruangan itu berbentuk kamar pribadi yang terbilang mewah dan sangat nyaman. Ia mandi dan pergi beristirahat di tempat tidur.
Alina telah sampai di rumah, Ia segera mengisi daya handphonenya. Dalam fikirannya terbesit nasib Tiya yang ntah bagaimana. Mereka belum sempat bertemu.
Setelah beberapa menit, Alina mencoba menghubungi Tiya dan ternyata sudah banyak pesan dan panggilan tak terjawab.
"Hallo tii, ini lo udah di rumah?"
" Hemm..., lo dari mana aja si gue tungguin jugak. " Tiya menjawab dengan nada kecewa.
" Yaa maaf Ti, tadi gue terkena macat di jalan. Handphone gue juga low" Alina
"Ya udah, ngga papa kita ketemu next time ya. Atau nggak besok gue nyamperin lo yaaa"Tiya.
" Ya udahh kita ketemu ya besok, gue udah kangen banget." Alina.
"Ia sayangkuh" jawab tiya dengan nada sedikit berlebihan.
"Iya ya, oke gue matiin yaa, bye... " Alina
Tidak terasa waktu makan malam telah tiba. Ibu Alina sibuk mempersiapkan makan malam. Alina baru selesai mandi, fikiranya masih di hantui bayangan Arsen yang menurutnya sangat membahayakan dirinya sekarang.
Dirinya merasa nasibnya sekarang sangat buruk. Baru saja kemarin hatinya di hancurkan Leonil, sekarang ia terjebak dalam masalah yang menurutnya sangat sulit.
"Alin, nak kamu udah selesai mandi?" ibu Alina sudah memanggilnya untuk makan malam.
"Iya buk, Alin udah siap kok." Alin keluar kamar dengan segala beban di fikirannya, ia berusaha menutupi semua di depan orang tuanya.
Alin duduk di tempatnya biasa kalau makan bersama.
"Alin, gimana hari ini nak? apakah kamu sudah memiliki rencana untuk kedepannya? " Ayah Alina bertanya serius kepada anaknya.
" Iya yah, Alin udah punya rencana kok, tapi alin masi mau menikmati masa-masa libur dulu yaa" Alina menjawab dengan santai. Padahal di fikirannya sangat rumit sekarang. Ntah kepada siapa ia akan bagikan.
Di dalam kamar, Alina sangat bingung harus melakukan apa untuk saat ini. Alina berencana untuk merantau ke luar kota, demi menata hatinya saat ini yang telah hancur berkeping-keping. Tetapi di sisi lain ia memiliki tanggung jawab kepada Arsen.
Mata Alina belum bisa terpejam, padahal sudah tengah malam.
karena tidak bisa terpejam Alina mencari informasi mengenai Arsen.
Disana, Alina mendapat informasi bahwa perusahaan Arsen adalah perusahan yang tergolong besar di Asia. Alina semakin terbeban menghadapi Arsen.
Pukul 3.00, Alina baru bisa tertidur.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments