🌍
🌍
🌍
🌍
🌍
Bee segera menjauhkan tubuhnya...
"Ma--maaf Pak," seru Bee dengan menundukkan kepalanya.
"Kamu..." tunjuk Alta dengan menggemeretakan giginya.
Alsya yang melihat kemarahan Kakaknya hanya bisa mengusap wajahnya secara kasar.
"Apa kamu sengaja melakukannya? dan ingin menggodaku supaya mendapat nilai bagus seperti kebanyakan mahasiswa yang rela melakukan apa saja demi mendapat nilai bagus," sindir Alta dengan tegasnya.
"Maksud Bapak apa?" tanya Bee yang mulai tersulut emosi.
Alta mendekati Bee dan membisikkan sesuatu di telinga Bee.
"Kemarin juga kamu kencan dengan seorang pengusaha, apa kamu mendapat bayaran mahal dari pengusaha itu," bisik Alta.
Seketika Bee menatap tajam ke arah Alta dengan mata yang sudah memerah menahan emosi.
"Dengar ya Pak Dosen yang terhormat, barusan saya menginjak tali sepatu jadi saya ga sengaja mencium Bapak. Lagipula saya sama sekali tidak tertarik sama Bapak jadi jangan percaya diri dulu anda."
Bee mendekati Alta, kemudian Bee berjinjit dan membalas Alta dengan bisikan juga.
"Saya yakin kalau itu adalah ciuman pertama Bapak soalnya Bapak terlihat kaku sekali," bisik Bee.
Alta langsung melototkan matanya dan menatap tajam ke arah Bee, sedangkan Bee yang merasa di tatap malah memperlihatkan senyumannya.
"Saya sudah boleh duduk kan, Pak?"
"Sudah sana duduk."
Alta terlihat sangat gugup, memang benar adanya kalau itu adalah ciuman pertama Alta tapi buat Bee juga itu adalah yang pertama tapi Bee sok-sokan seolah dia sudah pintar ciuman padahal pada kenyataannya sama-sama yang pertama.
"Mampus kamu Kak Alta, syukurin emang enak," batin Alsya dengan senyumannya.
Bee langsung duduk di mejanya dengan wajah yang terlihat memerah.
"Bagaimana rasanya ciuman sama Pak Dosen?" goda Alsya.
"Apaan sih, Sya."
"Cie..cie..cie..wajahnya merah."
"Ih..kamu nyebelin."
Akhirnya mata kuliah Alta pun selesai, selama belajar Bee begitu sangat malu dan tidak berani menatap Alta saking malunya. Begitu pun dengan Alta, sebenarnya dia juga merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti itu cuma bedanya Alta pandai menutup rasa gugupnya dengan bersikap dingin.
Bee akhirnya bisa bernapas lega saat Alta keluar dari kelasnya. Di saat Alta berjalan menuju parkirannya, ponsel Alta berdering dan Alta langsung mengangkatnya.
📞"Hallo...."
📞"........."
📞"Serius? oke, kamu kasih alamatnya aku akan segera ke sana."
Alta pun menutup sambungan telepon dari Edo yang merupakan asisten pribadinya dan segera menuju parkiran. Alta sudah mendapat pesan dari Edo mengenai alamat yang di tuju, kemudian mobil sport Alta langsung melaju menuju tempat tujuan.
Butuh waktu empat puluh lima menit untuk sampai di tempat tujuan. Mobil Alta berhenti di depan rumah yang lumayan besar, dengan halaman yang asri dan lumayan besar juga.
"Selamat siang, Tuan."
"Mana pemilik rumahnya, Edo?" tanya Alta.
"Ada di dalam, Tuan. Sudah menunggu kedatangan Tuan," sahut Edo.
Alta dan Edo pun masuk ke dalam rumah itu, terlihat seorang laki-laki muda yang sedang mengotak-ngatik ponselnya dengan penampilan yang urakkan membuat Alta menaikkan satu alisnya merasa tidak yakin dengan penampilannya.
"Maaf Mas Rega, Tuan Alta sudah datang," seru Edo.
"Ah iya, selamat siang Tuan Alta! kenalkan nama saya Rega, pemilik rumah ini."
Rega mengulurkan tangannya tapi Alta sangat enggan bersentuhan dengan orang asing. Rega kembali menarik tangannya karena Alta hanya melihatnya dengan tatapan dingin.
"Silakan duduk, Tuan."
"Saya tidak mau basa-basi, apa benar ini rumah milik kamu atau milik orang lain?" tanya Alta dingin.
"Benar Tuan, ini rumah milik orang tua saya tapi saat ini orang tua saya sudah meninggal, kalau tidak percaya silakan Tuan periksa akta tanah ini."
Rega memberikan akta tanah itu...
"Do, periksa semuanya."
"Baik Tuan."
Edo pun segera memeriksa semuanya dengan teliti.
"Tuan, akta tanah ini asli," seru Edo.
"Baiklah, saya suka dengan rumah ini nanti asisten saya yang akan mengurusnya, kamu tinggal kasih tahu nomor rekening kamu ke Edo," seru Alta.
"Maaf Tuan, saya tidak punya nomor rekening bagaimana kalau cash saja," sahut Rega dengan ragu-ragu.
Alta kembali menatap Rega dengan tajam membuat Rega menundukkan kepalanya karena merasa takut dengan sosok yang berada di hadapannya itu.
"Edo, keluarkan cek."
"Ini Tuan."
Alta dengan cepat menuliskan nominal di dalam cek itu dan kembali menyerahkan ceknya kepada Rega.
"Terima kasih, Tuan."
"Saya harap ini aman, tidak akan ada masalah apa pun ke depannya. Kalau sampai nanti rumah ini bermasalah, saya akan mencarimu."
"Ba--baik Tuan, Tuan jangan khawatir semuanya akan aman saya berani jamin itu."
"Saya pegang kata-katamu."
Alta pun segera bangkit dari duduknya dan langsung meninggalkan rumah itu, tidak lupa Edo pun segera menyusul Alta. Rega tampak melihat cek yang berada di tangannya, kemudian memperhatikan rumah warisan dari kedua orang tuanya itu.
"Maafkan Rega, Kak. Rega terpaksa melakukan semua ini karena Rega harus membayar hutang-hutang Rega, semoga Kakak mau mengerti," batin Rega.
***
Sementara itu, di kantin kampus...
Bee dan Alsya tidak langsung pulang, walaupun saat ini sudah tidak ada lagi mata kuliah. Mereka memutuskan untuk nongkrong dulu di kantin kampus.
"Bee, mau sampai kapan kamu bekerja sebagai pacar sewaan? aku takut kamu bakalan dapat masalah ke depannya," seru Alsya.
"Masalah? maksudnya?"
"Kamu mikir ga sih, secara tidak langsung kamu itu menjadi seorang pembohong tahu ga, Bee."
"Pembohong?"
"Ya iyalah, klient yang menyewa jasa kamu itu kebanyakan menyewa kamu karena mereka tidak ingin di jodohkan terus nyewa kamu untuk menjadi pacar atau pun calon istri si cowok, terus bagaimana kalau suatu saat orang tua dari salah satu cowok itu mendesak kamu untuk menikah dengan anaknya, apa yang akan kamu lakukan? hidup itu tidak selamanya berjalan mulus Bee, ada saatnya kamu juga akan apes."
"Ya terus aku harus bagaimana, Sya? aku butuh uang untuk biaya kuliah dan adikku, sedangkan tidak ada perusahaan yang akan menerimaku karena aku masih status mahasiswa."
"Kamu cari kerjaan paruh waktu aja, yang waktu kerjanya fleksibel."
"Kerja dimana yang seperti itu, Alsya sayang."
"Nanti deh aku coba ngomong sama Kakakku, dia kan banyak kenalan."
"Serius Sya?"
"Iya, buat kamu apa sih yang enggak, Bee."
"Ih...kamu memang sahabat terbaikku."
Bee memeluk Alsya dengan senangnya..
"Oh iya Sya, aku juga ada rencana mau pindah ke rumah peninggalan orang tuaku saja. Rasanya aku ga sanggup kalau harus tiap bulan bayar kontrakan, kontrakanku habis bulan ini dan rencananya aku ga bakalan perpanjang lagi."
"Ya habisnya kamu nyusahin diri sendiri saja, sudah tahu punya rumah masih saja ngontrak."
Bee memang sengaja ngontrak rumah karena supaya jarak ke kampus tidak terlalu jauh. Bee memang punya kebiasaan, suka menggambar sampai lupa waktu dan Bee sering sekali terlambat masuk kampus karena selalu kesiangan di tambah jaraknya yang lumayan jauh.
Maka dari itu Bee memutuskan untuk ngontrak yang jaraknya dekat dengan kampus. Bee juga tidak membiarkan untuk Rega menempatinya karena Bee tahu kalau Rega sampai menempati rumah itu, sudah di pastikan rumahnya akan di jadikan markas untuk teman-temannya yang brandalan itu.
Bee tidak tahu kalau Rega diam-diam mencuri akta tanah itu dari dalam kontrakan dan menjualnya kepada Alta.
***
Di sisi lain, Alta dan Edo saat ini sedang berada di sebuah ruangan yang ada di rumah sakit. Terlihat Alta sedang menjenguk seorang pria paruh baya.
"Pak Bob, saya sudah menemukan rumah seperti yang Pak Bob inginkan," seru Alta.
"Tuan, anda terlalu berbaik hati kepada saya."
"Tidak Pak, Pak Bob adalah orang yang sangat berjasa dalam hidup saya jadi saya pantas mengabulkan apa yang menjadi keinginan Pak Bob."
"Terima kasih, Tuan."
Alta pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Pak Bob adalah pengasuh dan bodyguard Alta sejak kecil, semenjak Mommynya melahirkan bayi kembar, Daddy Alvian mencarikan pengasuh dan bodyguard untuk Alta.
Alta meminta kalau dia tidak mau di asuh oleh seorang perempuan, hingga akhirnya Daddy Alvian mempekerjakan Bob sebagai pengasuh sekaligus bodyguard untuk Alta.
Alta sangat cocok dengan Bob, Bob sangat menjaga Alta bahkan Bob juga yang mengajari Alta beladiri. Alta sangat menyayangi Pak Bob, hingga di usia senjanya itu Alta ingin membuat Pak Bob bahagia.
Alta bukannya tidak mampu membelikan rumah mewah untuk Pak Bob, tapi Pak Bob sendiri yang meminta kalau dia ingin tinggal di rumah sederhana namun nyaman. Di kota besar seperti Jakarta ini sangat sulit mendapatkan rumah sederhana yang bagus dan nyaman.
Hingga akhirnya Edo yang merupakan asisten pribadi Alta, melihat iklan yang di pasang di beberapa akun media sosial. Rumah itu tampak sederhana tapi nyaman dan asri cocok untuk Pak Bob.
Alta tidak berpikir lagi, setelah tadi melihat rumahnya secara langsung ternyata rumahnya lumayan bagus, nyaman, asri. Alta tidak tahu kalau rumah itu milik Bee, lalu bagaimana reaksi Bee setelah mengetahui kalau rumahnya sudah di jual secara diam-diam oleh adiknya.
🌍
🌍
🌍
🌍
🌍
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Susi Andriyani Agnerashafilaferelika
yeunsu
2023-06-01
1
Aska
Rega Rega bisa cuma bikin susah kakaknya aja laki 2 tau nya minta ngabisin duit buat Hura Hura yg gak penting bukan nya kerja cari duit sendiri 🤦
2022-06-27
1
Fandek
Dasarr Regaa yaampunnn
2022-01-29
1