Duduk bersama

Karena badan terasa gerah dan juga lengket, Niko segera membersihkan diri. Rasa penat yang membuatnya semakin prustasi, Niko mengusap kasar wajah tampan nya yang mulai terlihat kusut.

Disaat itu juga, ingatan Niko pada tahun silam lamanya. Yakni cerita dimana sang kakek Zayen menjadi seseorang yang memiliki jati diri yang berjiwa tangguh dan juga sangat handal dalam segala aspek. Apa lagi hanya untuk menaklukan kesuksesan, sangat lah mudah bagi kakek Zayen. Ya, walaupun jalan yang ditempuhnya itu sangat lah salah besar.

Karena kesebuah paksaan, mau tidak mau kakek Zayen harus menggeluti pekerjaan gelapnya. Meski hati kecilnya menolak, napsunya jauh lebih besar. Bahkan melalui kepintarannya dan kecerdasannya serta kelihaiannya, membuat kakek Zayen mampu menjadi seseorang yang sukses dan rendah hari serta suka berbagi.

Apapun kesalahan dimasa lalunya, semata mata itu adalah sebuah pembelajaran. Segala resikonya siap untuk Beliau tanggung akibatnya, serta siap dengan apapun yang terjadi. Kematian, kegagalan, kehancuran, dan juga kehilangan.

Dengan kuat, Niko mengepalkan kedua tangannya bersamaan dengan rahangnya yang mendadak semakin mengeras disertai suara gigi gigi yang saling menggerutuk bersamaan. Pandangan semakin tajam kearah sembarang tempat, otaknya terasa mendidih. Suara napasnya terasa berat dan juga terass panas dibarengin aliran darah yang seakan hendak berhenti begitu saja.

Emosi yang tercampur menjadi satu bersama kenangan masa lalunya, kini semakin membuat detak jantungnya ikut bergemuruh. Bahkan ingin rasanya melayangkan sebuah tinjuannya ke sembarang benda yang mampu bisa dijadikan pelampiasannya.

"Aku akan buktikan, bahwa aku pasti mampu untuk mengubah keinginanku hanya dalam sekejab. Lihat saja, aku pasti akan merubahnya." Gumam Niko dengan perasaan dongkol serta kekesalannya yang sudah bertahun tahun lamanya ia pendam. Bahkan sekian lamanya Niko telah mengabaikannya, dan kini ia teringat kembali dengan masa lalunya itu.

Kemarahan yang pernah ia tunjukkan, kini seakan ingin membalaskan dendamnya.

"Bro, buka pintunya." Panggil Devin yang tiba tiba mengetuk pintu kamar milik Niko serta tengah mengganggu konsentrasi seorang Niko yang sedang menguasai amarahnya sendiri.

"Ada apa?"

"Tidak apa apa, kamar mandiku listriknya mati." Jawab Devin sambil nyengir kuda.

"Bilang aja kalau mau numpang mandi."

"Ya Bro, boleh 'kan?"

"Entar, kalau aku udah mandi. Lebih baik kamu sekarang keluar, aku yang mau mandi duluan. Lelaki dilarang masuk ke kamar ku jika pemiliknya sedang mandi, ok."

"Cih, siapa juga yang mau naksir engkol kek kamu itu."

"Kamu ngatain aku apa, tadi? hem."

"Tidak ada, udah sana kalau kamu mandi. Aku tunggu diluar, cepetan." Kata Devin yang udah seperti adik kakak dengan seorang Niko.

Bahkan begitu setianya pada keluarga Tuan Zicko, Devin tidak pernah merasa direpotkan pada keluarga Tuan Zicko ketika tengah membutuhkan sesuatu pada dirinya. Kesulitan apa pun, Devin tetap setia pada Beliau.

Tidak hanya itu saja, bahkan pada Niko sama halnya telah setia apapun yang dilakukan Niko meski terkadang sampai di luar kendalinya.

Niko yang tidak ingin berlama lama di kamar mandi terlalu banyak drama, ia segera menyelesaikan ritual mandinya.

Usai mengenakan pakaian, Niko telah berdiri di depan cermin. Dilihatnya dari ujung rambut hingga sampai ke ujung kakinya sendiri, begitu mengenaskan nasibnya yang sekarang ini.

Tetap saja Niko masih terlihat ketampanannya, meski dengan penampilan yang cukup sederhana sekalipun.

Setelah menyisir rambutnya yang sempat berantakan, Niko cepat cepat keluar dari kamarnya.

"Devin, kurang kerjaan aja kamu ini. Ngapain nunggu di depan pintu, hem. Cepetan kamu mandi, jangan pakai lama."

"Baik Tuan, eh! Bro. Kelupaan, aku mau pinjam kamar mandinya sebentar. Tenang aja, tidak aku berantakin." Ucap Devin, kemudian ia segera masuk ke kamar.

Niko hanya menggelengkan kepalanya ketika mendapati tingkah Devin yang aneh itu, pikirnya.

"Sayang, kamu sudah mandi?" tanya sang Ibu sambil meletakkan minuman teh panas didepan sang suami.

"Sudah Ma," jawab Niko dengan datar, kemudian ia ikutan duduk yang jaraknya tidak begitu jauh dengan sang ayah.

"Kamu mau minum apa? teh, kopi, jahe?" kata Bunda Lunika memberi pilihan.

"Jahe aja Ma, gulanya jangan terlalu banyak." Jawab Niko sambil meraih roti untuk mengganjal perutnya menunggu makan malam tiba. Rasa lapar yang dulu mudah ia tangani, kini dirinya harus bersabar untuk menunggunya. Belum lagi ia harus terjun u tuk mencari pekerjaan, benar benar harus memutar otaknya demi sesuap nasi.

Mudah bagi Niko untuk mendapatkan sesuatunya, namun tidak untuk yang sekarang. Niko harus mampu menahan semuanya, termasuk emosi yang kapan saja bisa meledak.

"Niko," panggil seorang ayah sehabis menyeruput teh panasnya.

"Ya Pa, ada apa?" tanya Niko selesai menelan roti nya.

"Di rumah ini sudah tidak ada lagi yang namanya kendaraan mewah, hanya ada tiga motor untuk dijadikan kendaraan pribadi kita. Itupun motor bekas, tapi masih bagus kok. Kamu bisa menggunakannya untuk mencari pekerjaan bersama Devin, surat motornya ada di lemari, serta yang lainnya termasuk SIM nya juga." Ucap sang sang ayah, kemudian Beliau meraih toples yang berisikan roti.

"Tidak apa apa, maafkan Niko yang sudah membuat Papa kecewa. Maafkan kesalahan Niko yang sudah menghancurkan perusahaan Papa, Niko berjanji untuk menjadi sukses kembali. Secepatnya Niko akan segera mencari pekerjaan, Papa tidak perlu ikut turun tangan mencari pekerjaan." Jawab Niko yang entah ada angin apa tiba tiba dirinya berubah tak lagi emosi.

Bunda Lunika tersenyum mendengarnya, lalu meletakkan minuman jahe kesukaan Niko.

"Nih minumannya, Mama ada sebuah rencana untuk menghasilkan uang." Kata Bunda Lunika ikut menimpali sambil duduk di sebelah suaminya.

"Rencana, maksud Mama?" tanya Niko penasaran.

"Mama mau membuka warung makan di depan rumah, lumayan loh. Ditambah lagi dengan jalanan yang strategis, ada mini market di ujung sana. Satu lagi, di sebelah rumah samping ada jalanan masuk kedalam. Jadi Mama rasa sangat cocok untuk dijadikan warung makan. Lihat lah, depan rumah kita banyak Toko Toko besar." Jawab Bunda Lunika penuh yakin dan juga bersemangat.

"Ya Tante, Devin dukung Tante buka warung makan. Nanti Devin bantuin Tante, tenang aja." Kata Devin ikut menimpali.

"Tugas kamu itu ikutin Niko kemanapun dirinya mencari pekerjaan. Warung makan tugas Tante sama Paman Zicko, kalian berdua cari pekerjaan sendiri." Ucap Bunda Lunika menolak bantuan dari Devin maupun putranya sendiri.

Tuan Zicko dan sang istri memilih putranya untuk berdikari sendiri tanpa adanya campur tangan dari kedua orang tuanya sendiri. Apapun hasilnya dan apapun yang didapatkan adalah wujud kerja keras sendiri lewat pikirannya.

"Yah ... kirain Devin kerja sama." Ucap Devin sambil menarik kursi dan duduk disebelah Niko.

"Tidak bisa, kalian harus belajar meraih segala sesuatunya dari nol." Kata Bunda Lunika dengan tegas, Niko tak menjawab sepatah katapun. Ia lebih memilih untuk diam sambil mengunyah roti untuk mengganjal perut kosongnya.

Terpopuler

Comments

yatun divia

yatun divia

Sepertinya ini emang siasat papa zicko buat ngerubah niko menjadi pribadi yg bertanggung jawab bukan hanya foya" aja dg kemewahan yg sdh turun temurun

2021-12-24

2

D'

D'

bau bau konspirasi.demi masa depan IT's okelah.... semangat author...

2021-12-06

1

Henny Triana

Henny Triana

semangat Niko,di bayi kamu sudah hidup enak sekaranglah waktux kerja keras tuk bisa sukses

2021-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!