Dengan menahan rasa sesak didalam dadanya, Tuan Zicko mencoba menahannya untuk bertahan dalam rasa sakitnya yang terasa nyawa hendak melayang begitu saja. Dengan sigap, Bunda Lunik langsung menahan tubuh suaminya yang hampir saja terjatuh kelantai. Sedangkan Niko segera membantunya untuk menuntun sang ayah agar dapat duduk di sofa dan bersandar.
Tuan Zicko masih menahan rasa sakit didadanya, dan dibantu sang istri untuk mengganti pakaian suaminya dengan pakaian yang lebih nyaman untuk dikenakan.
Niko yang baru saja mengambilkan obat untuk sang ayah, ia segera membantu Beliau untuk meminum obatnya. Kemudian, Niko duduk tidak jauh dari sang ayah.
Kecemasan yang sudah bersemayam dibenak pikiran Bunda Lunika, karena penasaran Bunda Lunika segera menanyakan sesuatunya yang ingin mengetahui ada apa yang sebenarnya terjadi. Meski sulit untuk mendapatkan jawaban dari sang suami, setidaknya sudah mencoba untuk bertanya pada Beliau.
Niko yang hanya bisa diam, ia memilih untuk tidak banyak bicara. Niko terus berpikir atas pertanyaan pertanyaan yang sudah menguasai pikirannya.
"Bagaimana, Pa? sudah mendingan? ceritakan saja apa yang ingin kamu sampaikan padaku dan juga pada putramu Niko. Bagaimana kalau kita pergi ke rumah sakit? atau tidak, aku hubungi Dokter." Tanya Bunda Lunika ingin memastikan keadaan sang suami yang terlihat mengakhawatirkan, Tuan Zicko menggelengkan kepalanya.
Niko yang sedari tadi hanya menjadi pendengar setia, akhirnya ia mencoba untuk bersuara.
"Pa, memangnya ada masalah apa dengan Papa? kenapa Papa menyuruh Niko untuk mengemasi barang barang Niko? Papa tidak sedang mengusir Niko, 'kan." Tanya Niko memberanikan diri, ia tidak ingin sesuatu yang membuatnya penasaran masih bersemayam dibenak pikirannya.
Bunda Lunika yang mendengar pertanyaan dari putranya untuk sang suami, Beliau menoleh ke arah putranya.
"Sekarang kita jatuh miskin, semua perusahaan Papa kacau balau keuangannya. Bahkan, bisa dikatakan bakalan berhutang banyak. Entah kesalahan siapa sampai sampai keuangan harus mengalami kebocoran yang cukup banyak, mungkin saja sekarang ini kita sedang diuji untuk mengulangi hidup dari titik bawah."
Seketika, Bunda Lunika maupun Niko terkejut dan mendadak tercengang mendengar ucapan dari Tuan Zicko. Seperti mimpi, itu pasti. Pulang pulang bukannya saling sapa menyapa, tetapi kabar yang tidak enak untuk dibawa pulang dan diucapkannya langsung dihadapan anak dan istrinya.
"Tidak, semua yang Papa katakan adalah kebohongan. Bagaimana bisa semua perusahan mendadak kacau balau, tidak mungkin ada yang menghancurkannya. Pasti Papa sengaja mau mengerjai Niko, ya 'kan Pa." Kata Niko yang tidak mau mempercayainya begitu saja, apa lagi rumor tentang dirinya yang semakin buruk, membuat seorang Niko ada sesuatu yang menyelusup secara diam diam.
"Terserah kamu saja, mau percaya Papa atau tidak, yang terpenting Papa sudah menyampaikannya langsung sama kamu dan juga sama Mama kamu." Ucap Tuan Zicko tetap pada pendiriannya Beliau sang istri hanya bisa diam dan mencoba untuk menjadi penengah ketika sang suami dengan putranya tengah beradu dengan pendapatnya masing masing.
Bunda Lunika yang mendengar penuturan dari suaminya itu, Beliau akhirnya dapat mengumpulkannya atas pengucapan dari sang suami.
Niko yang benar benar mendengar pengucapan sang ayah yang tidak dibuat buat, disaat itu juga Niko dapat menyimpulkannya sendiri.
"Benarkah yang kamu katakan itu? katakan yang sejujurnya, Pa." Tanya Bunda Lunika ingin mengetahui kebenaran dari suaminya itu, Tuan Zicko menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan sang istri.
Niko yang mendapatkan jawaban dari sang ayah, ia akhirnya mempercayainya. Disaat itu juga, Bunda Lunika kembali menoleh kearah putranya dengan tatapan cukup tajam.
"Ini semua pasti ulah kamu yang begitu sombong dengan keberhasilan kamu, yang mudah berpoya poya dengan banyak perempuan. Sekarang kamu baru tahu rasa akibatnya, puas." Tuduh sang ibu dengan tatapan tajamnya. Niko hanya bisa menunduk ketika mendengar tuduhan dari ibunya, bagu Niko sebuah kata maaf itu begitu berat bagi Niko untuk diucapkannya.
Keegoisannya yang sudah membutakan jalan keberhasilannya, kini seakan hancur lebur dengan sekejab saja.
"Sekarang lebih baik kamu cepetan kemasi barang barang kamu, bawa yang sekiranya bisa kamu pakai. Ingat, hanya pakaian saja yang harus kamu bawa. Semua akun ATM kamu tanpa batas sudah tidak bisa kamu gunakan lagi. Bahkan luasnya rumah ini serta halaman rumah yang kita punya tidak cukup untuk membayar hutang akibat kebocoran keuangan yang sudah kamu teledorkan." Perintah Tuan Zicko dengan tatapan tajamnya kearah putranya. Niko menelan salivanya dengan susah payah, bahkan terasa tercekik lehernya.
"Apa! semudah itu kita jatuh miskin? tidak, Niko tidak percaya dengan semua yang Papa katakan." Lagi lagi Niko yang awalnya percaya jika dirinya dan kedua orang tuanya jatuh miskin, kini pemikirannya kembali tidak percaya.
"Ini semua kenyataan, mau percaya atau tidak itu terserah kamu." Ucap Tuan Zicko tetap mencoba untuk meyakinkan putranya, sedangkan Bunda Lunika hanya menarik napasnya panjang dan membuangnya kasar.
"Papa kamu tidak pernah bohong, sekarang juga buruan kamu kemasi barang barang kamu." Perintah Bunda Lunika yang tidak ingin anak dan suaminya kembali membuat ricuh dan juga kegaduhan didalam rumah.
Niko yang seperti mimpi buruk, ia langsung bangkit dari posisinya dan masuk kedalam kamarnya.
Rasa penasaran karena mengalami kebangkrutan, Niko langsung mengecek berita apa yang sudah disuguhkan oleh media sosial untuk warga Tanah Air. Betapa terkejutnya ketika melihat berita di media sosial begitu tranding di topik paling atas.
"Benar, semua berita memberitakan tentang Papa dan juga tentang aku. Bagaimana ini? apa ya aku harus menghapusnya, itu tidak mungkin. Mana bisa, ah ya ya ya, kenapa aku tidak mencobanya saja. Siapa tau aja masih ada anak buah Papa yang setia." Gumam Niko dengan sejuta pertanyaan yang berada dalam benak pikirannya.
Karena tidak ingin nama baiknya tersebar kemana mana, termasuk kebangkrutan yang sedang menerpa keluarganya sendiri.
"Apa kata teman temanku, serta rekan rekan kerjaku yang aku gagal jadi pewaris tunggal. Apa kata sejagad media sosial jika tiba tiba menghujamku dengan berbagai kata kata kasar, mau taruh dimana muka tampan ku ini. Tidak, aku tidak boleh jatuh miskin." Gumamnya lagi sambil menatap layar lebarnya.
Merasa prustasi, Niko mengacak rambutnya dan mengusap kasar wajah tampannya dengan sekejab berubah terlihat kusut.
"Andai saja kakek Zayen masih hidup, Omma Afna masih hidup. Pasti semua dapat dikendalikan oleh Kakek dalam sekejab kalau hanya untuk mengatasi masalah." Lagi lagi Niko hanya bisa bergumam tanpa berpikir kedepannya.
"Ini semua pasti ulah Katrina dan Davan, lihat saja apa yang akan aku balas nantinya." Gumamnya lagi dengan sorot matanya yang tajam pada layar lebarnya yang disaat itu juga muncul foto kekasihnya itu, yang dimana tanpa sadar Niko mudah terpedaya oleh kekasihnya sendiri.
Karena tidak mempunyai cara lain, Niko hanya bisa mengikuti sebagaimana arusnya air mengalir. Kosong, seperti itulah isi dompetnya. Yang kini dirinya harus bekerja keras lagi dimulai dari nol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
IFON BATUATA
nyimak dlu
2022-01-25
0
yatun divia
Baru kali ini ada keturunan wilyam seperti niko..pdhl semuanya sempurna hampir gk ada cela dr semua sisi..otor satu ini pinter bgt bikin teka teki dr semua karyanya..semangat berkarya kak 💪😘😍
2021-12-24
3
D'
azab Niko dibayar tunai.... selamat berjuang anak muda.semoga menjadi pribadi yang lebih baik
2021-12-06
2