Fiha mengusap air matanya, dia segera pergi ke ruangan kantor. Berencana akan mendaftarkan dirinya, dengan membawa surat pindahan juga.
"Oh, ternyata dari Spanyol." ujar seorang dosen.
"Benar sekali." jawab Fiha.
"Baiklah, datamu saya simpan. Sekarang, silahkan isi jawaban di kertas ini." Dosen itu memberikan soal pengetesan.
"Baik Pak." jawab Fiha.
Setelah beberapa menit melalui pengetesan, akhirnya Fiha selesai mengerjakannya. Fiha keluar dari ruangan itu, dan mata semua pria tertuju padanya. Riasan sederhana, pipi merah merona, dengan kulit seputih susu. Penampilan Fiha yang memukau, membuat beberapa orang menundukkan pandangannya. Ada juga yang menyenggol lengan temannya, dan terus memperhatikan Fiha.
"Cantik banget uy."
"Bening guys, jurusan mana itu?"
"Belum pernah lihat dia."
"Mahasiswi baru sepertinya."
Hasbi hanya melihat para pria memujinya, sedangkan Hasbi diam saja. Bisa apa untuk bersama Fiha, sedangkan sekarang masih berbeda keyakinan. Masih butuh proses, untuk mengajaknya dengan perlahan. Fiha menghampiri Hasbi, bersamaan dengan langkah kaki Aqila. Mata Fiha dan Aqila saling bertatapan.
"Dia siapa Hasbi?" Fiha dan Aqila bertanya, secara bersamaan.
"Dia temanku." jawab Hasbi.
"Kamu bilang, tidak dekat dengan perempuan manapun." Lagi-lagi mereka berdua, berbicara secara bersamaan.
"Memang tidak dekat, hanya teman." jawab Hasbi.
"Hasbi, aku mendengar pondok pesantren Ar-Rahman kebakaran. Apa kamu mau ikut, untuk menggalang dana?" tanya Aqila.
"Insyaa Allah, aku juga akan mengajak kampus melakukan gerakan peduli kasih." jawab Hasbi.
"Ketua BEM memang baik hati, aku tahu itu. Selalu menyisihkan uang, untuk membantu sesama." puji Aqila.
"Ini bantuan semua orang juga." jawab Hasbi.
"Hasbi, aku mau ikut menyumbang." sahut Fiha.
"Iya, boleh." jawab Hasbi.
Fiha membuka tasnya, lalu memberikan uangnya. "Ini uangnya."
Hasbi mengambilnya. "Terimakasih."
"Hasbi, apa aku boleh gabung dengan konveksi mu?" tanya Fiha.
"Boleh." jawab Hasbi singkat.
Dia segera melangkahkan kakinya, untuk masuk ke kelas. Aqila juga mengikutinya, karena mereka searah.
”Mencintaimu adalah rahasiaku, namun juga kesadaran batinku. Perempuan tadi, sepertinya salah satu alasan kamu menghindari ku. Posisi dia dibanding aku, jauh lebih kuat. Mana mungkin kamu denganku Hasbi, kita saja berbeda keyakinan.” batin Fiha.
Fiha masuk ke kelas Bisnis, karena itu memang jurusan yang dia pilih. Dosen memperkenalkan namanya, pada mahasiswa dan mahasiswi di kelas tersebut. Fiha disuruh memilih kursi yang kosong, dan ternyata mendapatkan tempat di sebelah Ali.
"Hei, mahasiswi pindahan dari mana?" tanya Ali.
"Mahasiswi dari Spanyol." jawab Fiha.
"Oh gitu, bisa dong bahasa Spanyol." ucap Ali.
"Bisa dong, tapi gak semuanya hhe..." jawab Fiha terkekeh.
Dosen melihat ke arah Fiha dan Ali. "Nanti lagi iya kenalannya."
"Iya Pak." jawab mereka bersamaan.
Pak dosen melanjutkan pembelajaran di depan kelas. Menjelaskan materi rumit, seputar laporan-laporan perusahaan. Fiha aktif bertanya, padahal baru saja masuk hari itu. Sementara di sisi lain, Aqila membantu Hasbi mengumpulkan sumbangan dana. Aqila juga termasuk anggota BEM, jadi dia membantu sang ketua.
"Hasbi, kamu dengan Fiha kenal sejak kapan?" Aqila ingin tahu.
"Sudah lama." jawab Hasbi.
"Kalau dia dengan aku, lebih lama siapa?" tanya Aqila.
"Untuk apa membahas hal ini." jawab Hasbi, berusaha menghindari.
"Oke, aku minta maaf sudah banyak bicara." ujar Aqila.
"Iya, tidak apa-apa." jawab Hasbi.
Fiha berjalan bersama Ali, dia melihat Hasbi dan Aqila sedang berdua. Rasanya dia ingin menghindar saja, karena tidak ingin merasa cemburu. Tiba-tiba Ali mencegahnya pergi, karena berniat memperkenalkan Fiha pada temannya.
"Fiha, aku mau bertemu temanku. Kamu jangan pergi, kamu juga ikut yuk." ajak Ali.
"Sepertinya aku ada urusan penting." jawab Fiha.
"Hih sebentar saja, itu temanku." Ali menunjuk Hasbi dan Aqila.
"Kamu telat, sayangnya aku sudah kenal." jawab Fiha.
Fiha segera membuang muka, saat Hasbi menoleh ke arahnya. Dia mengira Hasbi mencintai Aqila, dan ingin menikah dengannya.
”Perempuan berhijab tadi, sungguh terlihat menyukai Hasbi. Dia juga ada di manapun Hasbi berada. Kenapa aku
harus kembali ke sini, dengan membawa tujuan untuknya. Kami sudah berteman sejak kecil, hal wajar bila aku menyukainya.” batin Fiha.
Tanpa sengaja, Fiha melihat seorang perempuan berhijab syar'i. Dia menyendiri di sudut tembok, sambil membaca surah Ar-Rahman dengan penuh penghayatan. Di tempat sepi, Fiha dapat mendengarkannya.
"Aku heran, kenapa agama islam salat lima waktu? Lalu, mereka juga membaca kitab tebal itu. Tapi memang enak si, didengar telinga." Fiha mulai kagum, dan merasa tertarik untuk mengetahui.
Seketika dia duduk di kursi, menyendiri berteman sepi. Dia teringat mama dan papanya yang telah pergi.
"Mommy, Daddy, andai kalian ada. Aku pasti tidak sesedih ini, ada tempat untuk bersandar." Fiha menunduk, sambil meneteskan air mata.
Tiba-tiba, ada yang memberikannya tisu. Fiha mendongakkan kepalanya, dan melihat sosok Hasbi. Fiha mengambil tisu tersebut, dan mengelap air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments