“Karna itu adalah kamarku nona...”
Kalimat itu membuat Greyce malu, lalu dia pun mencoba memberanikan diri menatap lelaki itu dengan raut wajah penuh tanya, namun saat hendak membuka mulutnya Ayah mertuanya angkat bicara.
“Dia adalah Zack yang beberapa menit lalu kita bicarakan Gee...”Ayah Wildan memperkenalkan Zack pada Greyce.
“Oooh... maaf... salam kenal, aku Greyce...” namun sikap sopan Greyce dibalas dengan dingin oleh Zack. Dengan langkah santai Zack berjalan menuju kamarnya.
"Jangan berpura-pura baik di depan ku karna kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan kakak ku...”Kalimat Zack itu membuat Greyce mengerutkan dahi heran dengan sikap pria di hadapannya itu.
“Baik... “ Dengan santai Greyce menanggapinya. Kening Zack seketika berkerut dalam dan menatap tajam ke arah Greyce menelisik setiap raut wajahnya dan tubuhnya dari atas sampai bawah.
“Walau penampilan mu tidak menarik setidaknya karaktermu cukup menarik...” Zack membuka pintu kamarnya namun terhenti ketika Greyce menghampirinya.
“ Zack, boleh kita bertukar kamar? Aku ingin mencoba mendekati putri putri ku...”
Zack membeku seketika, menatap Greyce dengan tajam dan rasa tidak suka.
“Mereka bukan putri mu, dari usia mu saja sudah tidak mungkin bisa menjadi ibu yang baik.” tanpa menoleh ke arah Greyce, Zack masuk ke kamar dan membanting pintu.
“Begitulah dia Gee... semenjak kakak iparnya meninggal dan kakaknya selalu pergi berperang dia menjadi kaku dan sedingin itu, aku harap kamu bisa memakluminya..”
“Aku akan memakluminya tapi aku akan merebut kamarnya...” Wildan hanya terdiam mendengar kata ‘merebut’ yang keluar dari mulut Greyce.
“Terserah saja...yang penting tidak ada pertumpahan darah... karna kalian adalah anggota keluargaku...” Greyce pun menganggukkan kepala ringan sambil melangkah masuk ke kamar yang sudah disediakan dilantai 2. Setibanya didalam kamar Greyce membaringkan tubuhnya di ranjang. Sudah 2 hari Greyce tak memberi kabar pada Davin.
“Entah apa yang kamu pikirkan Vin nanti... yang pasti aku sudah merelakan semua...” tak terasa air mata Greyce mengalir deras membasahi pipinya saat mengenang janjinya mengantar Davin ke bandara dan menunggunya selama 3 tahun, yang ternyata semua harus kandas ditengah jalan karna semua janjinya sudah dia ingkari.
Asrama universitas Tokyo Jepang
Dari 2 hari lalu Davin menghubungi Greyce dengan perasaan kacau, rasa marah, khawatir dan kecewa menyelimuti hatinya. Namun Davin tak putus asa, dia meminta sahabatnya mencari informasi tentang Greyce. Saat sedang berbaring di ranjang asramanya, handphone Davin berbunyi, seketika itu juga dia terduduk kaku dengan wajah pucat mendengar kabar kakek Greyce meninggal dunia dan Greyce hilang entah kemana.
“Dimana kamu Hun... aku Menyayangimu, ku harap kamu menunggu ku sayang...” sambil memandangi jendela Davin terduduk lemas dengan wajah pucat pasi tanpa mengeluarkan sepatah kata.
“Aku akan berjuang agar lebih cepat menyelesaikan kuliahku dan pulang untuk mencari mu, menanyakan semua alasan mu yang dengan sangat tak jelas menghilang...” dan kemudian Davin pun terlelap tidur.
Pagi hari kediaman Wildan
Pukul 5 pagi Greyce sudah bangun dan keluar untuk lari pagi, dan pada pukul 6 dia sudah kembali untuk membersihkan diri dan pergi ke dapur.
“Pagi... Bi apa aku boleh membantu mu?” Sapa Greyce sambil menghampiri salah satu Asisten rumah tangga yang sedang memasak.
“Tidak perlu Nona karna semua sudah hampir siap”Jawab sang asisten dengan penuh hormat.
“Bagaimana dengan makanan anak anak? Apa kesukaan mereka?” Tanya Greyce dengan wajah datar, tiba tiba ada gadis kecil yang sudah rapi dengan Dress rumahan berbahan rayon dengan motif hello kitty yang lucu,
“Bibi... apa sup tulang ku sudah siap? Aria lapar...” dengan memasang wajah memelas dengan gaya lesu Ariana bersandar di depan pintu dapur, Hal itu membuat Greyce menoleh ke arah suara.
“Emmm jadi ini Ariana yah... ? Cantik...”Greyce tersenyum ke arah gadis kecil yang sepertinya baru selesai mandi.
“Tante siapa?” Tanya Ariana bingung. Greyce pun mendekat Dan membelai lembut rambut Ariana lalu mencubit pipinya gemas.
“Namaku Greyce kamu bisa panggil aku...” Zack menyela interaksi Greyce Dan Aria
“Panggil saja dia bibi...” tiba tiba Zack datang Dan menggendong Ariana.
“Paman jahat! Masa tante secantik itu dipanggil bibi... maaf kan paman ku yang tampan ini ya tante...” dengan senyum ceria menggemaskannya Ariana mewakili pamannya meminta maaf Dan Greyce membalasnya dengan senyuman terbaiknya
“Jam 9 tepat aku menunggumu di area latihan militer, jangan terlambat! Atau kamu harus menanggung akibatnya...” sambil memberikan secarik kertas yang bertuliskan alamat Dan nomor telpon.
“Kenapa paman tidak berangkat bersama dari rumah? Kan tante kasihan kalau harus bepergian sendiri paman...” ucap Ariana polos.
“Itu benar... kenapa kalian tidak jalan bersama, Ayah hanya punya 2 Mobil, sedangkan 1 mobil lagi punya kakak mu Dan pastinya mobil itu tidak bisa kita pakai... Ayah Akan menggunakan mobil satunya lagi Zack...jadi...”
“Aku naik kendaraan Umum saja Ayah...” Tegas Greyce cepat memotong pembicaraan ayah mertuanya. Namun mendapat tatapan dingin Dari sang Ayah mertua Wildan.
“Tidak ada kendaraan yang mengarah ke tempat latihan militer Gee... Dari tempat pemberhentian bus kau masih harus berjalan ke dalam hutan Dan menyebrangi sungai yang tak terlalu dalam sebelum kau melintasi Bukit yang mengarah ke area lapangan luas, Dan itu butuh waktu 1 jam lebih dengan berjalan kaki... Dan Zack seharusnya lebih bijaksana bukan?” Kalimat Wildan membuat Zack Dan Greyce terdiam.
Sarapan selesai dengan damai, Wildan bergegas berangkat ke kantor disusul Zack Dan Greyce.
“Apa kamu yakin ingin ikut latihan militer? Karna saat kau memulai kau tak bisa mundur Gee.” Zack menatap tajam memastikan ekspresi Greyce yang saat itu duduk di kursi penumpang dengan wajah datar.
“Apa aku seperti akan lari terbirit-birit Dan menangis ketika tau jenis latihan apa yang akan aku jalani...” ucap Greyce tanpa menoleh sedikitpun ke arah Zack.
“Kita lihat saja... seberapa besar tekad mu.” Mobil Jeep militer Hitam itu pun melaju dengan mulus walau harus melewati hutan Dan sungai. Disepanjang jalan hanya di Isi dengan keheningan Dan tanpa terasa mereka sudah tiba di gerbang tempat latihan.
“Sebelumnya aku akan menjelaskan latihan apa saja yang akan kau jalani, latihannya setara dengan tentara tentara itu tidak ada pengecualian, itu latihan fisik, dan kamu juga akan menerima ilmu setara dengan universitas mulai dari bahasa asing, sains dan teknologi, untuk awal 1 minggu sekali kamu akan pulang, namun untuk yang selanjutnya aku tidak tau.” Greyce hanya terdiam tanpa ada raut terkejut atau takut, karna dia sudah membulat kan tekadnya.
“Aku setuju, itu merupakan kesetaraan, ayo kita mulai, Adik ipar.” Dengan senyum lembut namun dengan tatapan mata tajam Greyce menatap Zack Dan segera turun Dari Mobil Jeep Hitam itu.
Setelah sampai di area latihan Zack menunjukan kamar Greyce yang akan ditempatinya selama latihan Dan dia juga mengajak Greyce berkeliling memperkenalkan area militer itu.
“Oke, aku kira sudah cukup untuk waktu santainya, kakak ipar welcome to the hell.” dengan seringai sadis Zack memulai latihan dengan Greyce. Zack cukup terkejut dengan kondisi fisik Greyce yang cukup tangguh untuk ukuran seorang wanita Dan ditambah keterampilan bela dirinya yang sudah bisa mengimbangi Zack dalam tanding duel tadi sore.
“Makanlah yang banyak, setelah itu istirahat lah, besok kita akan melanjutkan latihannya.” namun Greyce hanya terdiam tak menanggapinya.
“Kenapa Ayah ingin aku menikah dengan gadis yang tidak ada hangat hangatnya? Haissshhhh” gumam Zack sambil berjalan meninggalkan Greyce yang sedang makan.
Sebenarnya Wildan dan Anton menjodohkan Greyce dengan Zack bukan dengan Darius, itu dirahasiakan karna Wildan ingin mereka beradaptasi satu sama lain dan saling mengenal dengan alami tanpa harus dipaksa atau terpaksa, dan karna Hal itu juga Wildan tidak terlalu mendekatkan Greyce kepada cucu cucunya seperti seorang ibu, karna memang Greyce adalah istri Zack bukan istri Darius.
Satu pekan telah berlalu, Zack dan Greyce kembali ke kediaman wildan. Greyce turun dari Mobil Jeep itu dan masuk kamarnya dengan cepat menutup pintu dan bergegas pergi mandi karna seluruh tubuh Greyce sangat kotor pasca latihan seharian.
Waktu sudah memasuki jam makan malam namun Greyce tak kunjung turun dari kamarnya, Wildan meminta Zack memanggil Greyce untuk turun makan malam bersama. Dengan langkah enggan Zack menaiki anak tangga menuju lantai 2 Dan mengetuk pintu kamar Greyce.
“Hey gadis es, apa kau tidak lapar? Ayah dan yang lain sudah menunggu mu, dan aku juga sudah kelaparan.” Teriak Zack di depan pintu kamar Greyce namun tak ada tanggapan.
Perasaan Zack mulai tak tentu dan akhirnya dia memberanikan diri memasuki kamar Greyce, dilihatnya gadis itu tidur dengan lelap dengan dress tidur berwarna baby pink terbalut selimut sebatas pinggang. Terlihat gerakan dadanya yang naik turun teratur, bibir yang tertutup rapat.
Tanpa terasa Zack menatap Greyce sudah cukup lama, dengan perlahan Zack menggoyang bahu Greyce agar terbangun namun tak ada respon, Zack pun menepuk-nepuk pipi Greyce dan betapa paniknya dia menyadari suhu tubuh Greyce yang sangat tinggi.
"Dia demam, pantas saja hari ini dia sangat pucat.” Zack pun turun kembali kebawah memerintahkan asisten rumah tangganya membuat bubur dan minuman hangat untuk dibawa ke kamar Greyce.
“Ada apa dengan Gee, Zack ?” Tanya Wildan dengan bingung.
“Gee demam yah, aku akan menelpon dokter Adrian” beberapa menit kemudian dokter Adrian pun tiba dan memeriksa Greyce.
“Jangan sembarangan sentuh!” Ucap Zack dengan nada tegas.
“Astaga... lalu bagaimana cara aku memeriksa nona nan cantik ini Zack? Aku harus mengecek suhu tubuhnya, memeriksa denyut jantung dan nadinya, bahkan aku harus memeriksa lidahnya agar aku tau warna lidahnya saat ini, bila perlu mungkin aku harus tau rasa lid...” kata katanya pun terhenti saat mendapat todongan pistol di kepalanya dan tatapan tajam membunuh dari Zack.
“Baiklah aku tak menggoda mu lagi...”Sang dokter akhirnya berhenti menggoda Zack.
Setelah prosedur pemeriksaan selesai Zack dan Dokter Adrian sudah meninggalkan kamar Greyce.
“Istrimu kelelahan dan stres berlebih, apa kau menyiksanya siang malam?” Mendengar penjelasan dan pertanyaan dokter Adrian membuat wajah Zack bersemu merah.
“Aku belum menyentuhnya, bahkan dia tidak tau kalau aku suaminya, yang dia tau aku adalah adik iparnya...” Adrian hanya menarik nafas dalam dan menggelengkan kepalanya.
“Kenapa harus berbohong? Itu melelahkan, apalagi saat ku tahu istri mu sangat cantik, kalau aku jadi kau aku sudah tidak tahan.” tawa kecil menghiasi wajah dokter Adrian saat melihat ekspresi Zack yang tertunduk malu.
“Kurasa sudah waktunya kau pulang...” Adrian pun kembali menghela nafas dan pergi meninggalkan Zack yang terpaku didepan pintu kamar Greyce.
“Hey gadis es... bangun lah... makan dan minum obat mu” sambil menepuk pipi Greyce, Zack mencoba membangunkan Greyce dari tidurnya dan itu berhasil.
“Kamu... kenapa ada di kamarku?”Greyce mengerjapkan matanya sambil mencoba mengumpulkan kesadarannya.
“Kau demam tinggi, dokter sudah memeriksa kondisi mu, sekarang makanlah dan minum obat setelahnya.”Jawab Zack dengan santai.
“Aku tidak ingin makan... lidah ku terasa pahit Zack.”
Entah kenapa Zack tiba tiba membeku saat mendengar kata ‘lidah'.
“Ini semua karna dokter mesum itu, arrrggggh” gumam Zack sambil menggenggam sendok dengan erat.
“Kau kenapa? Apa aku membuat mu marah? kalau begitu aku minta maaf, tapi tenang saja aku tidak akan bolos latihan.” dahi Zack berkerut seketika mendengar ucapan Greyce.
“Apa aku sekejam itu...?”
“Tidak, kau tegas... dan tetaplah seperti itu.” Greyce tersenyum manis walau masih terlihat lesu.
“Makan lah lalu minum obat mu...” Zack pun bergegas meninggalkan Greyce sendiri. Zack merasa aneh pada dirinya sendiri, jantung yang berdegup kencang, wajah yang bersemu merah bahkan bibir yang nyaris tersenyum kalau saja tidak dia tahan, itu semua membuatnya frustasi hingga tak bisa tidur.
Keesokan harinya...
“Apa kau sudah membaik Gee” tanya ayah Wildan sambil menyentuh keningnya.
“Aku sudah tidak apa-apa ayah, tubuh ku sudah pulih kembali, dimana Aria?”
“Untuk apa kau menanyakan keponakan ku?”Zack muncul tiba-tiba dari arah pintu.
“Apa kau harus begitu sinis Zack? Aku jadi ragu siapa yang menemani Gee sampai dini hari tadi.” kata kata ayah nya itu membuat wajah Zack memerah dan berusaha mengalihkan perhatiannya ke koran pagi dan handphonenya, sedangkan Wildan hanya tersenyum.
“Apa tante mencari ku?” Dengan wajah imut nya Aria menghampiri Greyce.
“Hey... kamu semakin imut saja dan adik mu khanza juga sudah pintar sekarang yah.”
“Adik sudah bisa berkata kata sekarang tante dan itu sangat lucu” ujar Aria dengan penuh semangat dan membuat semua orang di ruangan itu tersenyum mendengar celotehan Aria.
“Tante... apa paman menyakitimu? Atau menyiksamu? Kalau paman tidak bersikap baik pada mu nanti Aria akan laporkan pada kakek agar paman dinikahkan dengan janda beranak empat...” kalimat Aria itu membuat Zack tersedak entah karna apa hingga terbatuk-batuk tak terkontrol. Namun ayah Wildan hanya tertawa lepas menanggapi celotehan Aria yang diluar dugaan mengingat semua ancamannya pada Zack.
“Aria.... paman akan mengurangi jatah cokelat mu minggu ini.” ucap Zack dengan tatapan mengancam.
“Tidak apa apa paman... aku masih ada jatah dari kakek dan tante Gee...heheee” jawab Aria dengan nada santai tak berdosa, dan hal itu membuat gelak tawa pecah dituangkan keluarga itu.
”Tapi sejak kapan kau menjatah kan cokelat pada Aria Gee?”Zack heran dengan keakraban Greyce dan Aria.
“Memang kenapa? Apa ada masalah?” Jawaban yang merupakan pertanyaan itu membuat dahi Zack berkerut bingung karna selama Greyce berada dirumah Wildan, baru satu kali Aria berinteraksi dengan Greyce dan dari mana dia tau masalah jatah cokelat.
“Jangan bingung... di zaman canggih seperti ini kita bisa berkomunikasi lewat telpon, video call atau chat bukan? Kenapa kamu sebegitu bingungnya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ismail Soleh
koe udh duel aja padahal baru ketemu
2022-01-18
0
Ismail Soleh
ini typo beb
2022-01-18
0
Aganes meida 2
masih baca
2021-12-14
0