Dua anak manusia itu masih asyik duduk di bangku taman sambil saling bercerita.
"Aku gadis yang sibuk Vin, demi melanjutkan sekolah semua pekerjaan yang bisa menghasilkan uang akan ku lakukan asalkan aku bisa terus melanjutkan hidupku, jujur aku sangat menyukaimu yang menerima ku apa adanya ini, aku juga merasa tak enak kalau harus memaksakan kamu untuk jadi kekasih pada umumnya.” Davin hanya terdiam, lalu dia mulai tersenyum setelah memikirkan sesuatu.
“Bagaimana kalau akhir pekan ini kita kencan?”Greyce tersenyum tanda bahwa dia menyetujuinya.
“Baiklah, jam 2 sore kita bertemu di bangku taman depan sekolah, bagaimana?” Davin berfikir sejenak merasa tidak nyaman kalau selalu bertemu di taman itu.
“Kenapa aku tidak menjemputmu ke rumah saja Gee? Aku kan ada kendaraan, lagi pula Sabtu ini kita libur sekolah dan aku juga ingin menyapa kakek mu.” Greyce terdiam dan berfikir sejenak karna merasa tak enak hati dan takut menyinggung perasaan Davin yang sudah 1 tahun lebih menjadi kekasihnya namun tak pernah dia kenalkan pada kakeknya apalagi orang tuanya.
“Baiklah Vin aku akan menunggu mu di rumah.” senyum Davin seketika mengembang.
Sabtu siang tiba...
Ting tong ting tong...
Bel rumah kakek Greyce berbunyi, tak berapa lama kemudian pintu rumah pun terbuka, terlihat seorang lelaki muda dengan tinggi 182cm, bermata sipit, beralis tebal dan berbibir tipis, terlihat tampan dengan jaket jeans hitam dan celana jeans berwarna biru langit. Namun kecanggungan menerpa saat yang membuka pintu bukan gadisnya namun Pria tua sekitar 60 tahun namun masih gagah dengan badan tinggi besar dan kumis tebalnya.
“Siang kakek... perkenalkan saya Davin teman Gee.” sapa Davin dengan penuh sopan dan langsung memperkenalkan diri. Namun sapaan ramah Davin tidak disambut baik oleh kakek Greyce alhasil Davin hanya berdiri di depan pintu hingga beberapa saat kemudian Greyce keluar dari kamarnya.
“Kakek, siapa yang datang?” Sambil berjalan dan mengikat rambut panjangnya Greyce menghampiri kakeknya yang sudah duduk di sofa.
“Davin, kamu sudah datang? Mari masuk dan duduk dulu sebentar, aku masih ada yang tertinggal sesuatu di kamar” senyum ramah Greyce sambil mempersilahkan Davin masuk dan duduk. Suasana tegang pun melingkupi ruang tamu kecil itu, karna sang kakek tak juga mengajaknya bicara.
“Bagaimana kabar kakek? Apa kah sehat? Gee sering bercerita tentang kakek saat disekolah” tanya Davin memecah ketegangan.
“Saya tidak suka basa-basi, berhati hati lah dan jaga cucu ku” sontak kata-kata kakek Greyce yang bernama Anton Darwin itu membuat wajah Davin pucat dan tegang, banyak pertanyaan berputar-putar di kepalanya yang tiba-tiba muncul, sampai sang kakek melanjutkan kata-katanya yang membuatnya bingung sekali lagi.
“Tapi aku rasa cucuku bisa menjaga mu lebih dari kamu menjaganya berkali-kali lipat.” tatapan dingin Anton Darwin membuat Davin merinding dan bibirnya pun kelu saat hendak melontarkan pertanyaan.
“Kakek, aku akan pergi keluar dengan Davin sebentar apa kakek keberatan?” Anton hanya diam, lalu Greyce kembali bertanya.
“Apa kakek sakit?”Kakeknya seketika itu berdiri dan melangkah pergi ke arah kamarnya.
“Jangan pulang terlalu larut Gee, ingat bawa apa yang harus kamu bawa, hati-hati.” Greyce hanya menganggukkan kepala dan berbalik mengajak Davin pergi. Dengan mengendarai sepeda motor 250cc yang melaju cukup mulus dijalan aspal pedesaan yang tidak terlalu ramai, mereka pun pergi ke arah Taman nasional yang ada dipusat kota. Davin memarkirkan motornya dan membeli tiket.
“Aku tidak menyangka akan kehabisan kata karna tegang menghadapi kakek mu.” Greyce hanya tertawa tak berkata apa-apa hingga sampai dia melihat orang yang mencurigakan yang dari tadi mengikuti mereka.
“Bagaiman kalau kita makan kebab?” Greyce memalingkan pandangannya ke kios kecil di sisi kanan sungai buatan.
“Oke, kalau itu mau kamu Hun...” Greyce bingung dengan kata terakhir yang Davin ucapkan.
“Hun..? Apa?” Dengan senyum mengembang Davin menatap Greyce dengan penuh kehangatan.
"Mulai sekarang aku ingin memanggil kamu Hun..” Greyce diam dengan ekspresi bingung.
“Yah itu karena kalau aku panggil Honey itu sudah biasa, aku juga ingin kamu panggil aku seperti itu, bagaimana?" Greyce menganggukkan kepalanya dengan senyum yang gembira begitupun dengan Davin yang merangkul Greyce makin erat.
Saat hendak duduk di kios, tiba-tiba seorang laki-laki entah dari mana datangnya menodongkan pistol ke arah Greyce dan Davin.
“Aquila Greyce Nathalia, aku datang untuk membuat mu berhenti bernafas.” saat itu Davin begitu tegang, panik dengan wajah pucat pasi namu masih menggenggam tangan Greyce.
“Apa itu nama mu hun...?” Tanya Davin bingung namun Greyce bersikap tenang, dengan santai berbalik menatap si laki-laki itu, mengamatinya dari atas sampai bawah
“Kenapa aku harus mati?” Mendengar pertanyaan datar dari Greyce membuat laki laki itu tertawa terbahak seperti orang gila, lalu menarik pelatuk bersiap untuk menembak, namun gerakan Greyce lebih cepat dari dugaannya memukulnya telak hingga jatuh tersungkur dan pingsan. Setelah kejadian itu mereka kembali melanjutkan kencannya.
Greyce mengeluarkan Handphone dan mengirim pesan entah kepada siapa, Davin sedikit melirik seketika Greyce mencoba mencairkan suasana tegang yang masih terasa.
“Hun... bagaimana kalau kita naik kereta gantung?” Dengan nada santai Greyce mengajak Davin yang masih tercengang dengan mulut menganga yang mengurangi sedikit ketampanannya.
“Oke... tapi apa laki-laki itu tidak apa-apa?” Greyce tersenyum geli dan mengusap pipi Davin.
“Dia hanya pingsan nanti juga ada yang urus... kamu jangan khawatir Hun...” Davin menghela nafas panjang dan menggenggam tangan Greyce erat.
“Kita lanjutkan kencan?” Tanya Greyce dengan dahi berkerut melihat Davin yang masih terdiam dan hanya menggenggam tangannya.
"Baiklah kita naik kereta gantung Hun...” saat sudah didalam kereta gantung Davin terus menatap Greyce dengan tatapan yang aneh penuh tanya.
“Ada apa?” Tiba-tiba Davin bangun dari tempat duduknya yang berseberangan dengan tempat duduk Greyce kemudian menarik dagunya dan mencium bibir mungil Greyce untuk yang pertama kali setelah 1 tahun berkencan.
“First kiss... aku yakin bibir mu... aku yang pertama” saat Davin berkata Greyce masih terdiam dengan tatapan terkejut namun tak melawan Davin, tapi tak dipungkiri Greyce sangat tegang karna untuk pertama kalinya bibirnya disentuh oleh lelaki dan lelaki itu adalah Davin
“Sepertinya hari ini menjadi akhir pekan yang menegangkan untuk kita...” ucap Davin dengan senyum geli dan masih menatap Greyce yang masih membeku.
Hari sudah senja, Davin mengantarkan Greyce kembali pulang ke rumah namun saat tiba dirumah ada sesuatu yang aneh.
“Apa kakek mu tidak pernah menutup pintu hun?” Tanya Davin dengan dahi berkerut aneh. Namun tanggapan Greyce cukup datar dan dingin membuat Davin bingung.
“ Kamu pulang saja hun...aku lelah ingin istirahat, terima kasih untuk hari ini, aku sangat bahagia.” sambil tersenyum kemudian Greyce mencium pipi Davin dengan lembut membuat Davin tersipu malu.
“Oke... masuklah dan istirahat, besok kamu harus antar aku ke bandara hun... jangan lupa! Aku akan menunggu hingga detik akhir” ungkap Davin dengan senyum tipis yang muram karna sedikit beban di hati meninggalkan gadis pujaan nya yang makin dia sayangi saat ini.
“Baiklah hun... aku tidak akan lupa jam 11 siang esok aku akan mengantar keberangkatan mu...” Davin pun melajukan sepeda motornya, Greyce menatap motor Davin yang sudah tak berjejak kemudian ekspresinya berubah muram dan dengan cepat dia lari kedalam rumah untuk melihat apa yang terjadi.
“Kakek...!” Greyce terkejut melihat kakeknya tergeletak dengan luka tembak diperutnya.
“Greyce kamu sudah pulang... “ Greyce panik menghambur ke sisi kakeknya.
“siapa kek?! Siapa yang membuat kakek begini??! Biar aku yang balas kek... kakek harus bertahan... Gee panggil ambulans yah... kakek sabar yah... jangan banyak bicara kek nanti pendarahannya semakin parah...” saat Greyce begitu panik, sang kakek menggenggam tangan Greyce sambil tersenyum.
"Kakek selalu menyayangimu Gee... maaf kan sikap kakek selama ini yang pura-pura tidak peduli padamu... kakek hanya ingin kamu bertambah kuat dan mampu menghadapi mereka yang sudah membunuh orang tua kandungmu, Ana dan Doni adalah orang tua asuh mu... sedangkan kamu adalah anak dari anak ku yang seorang anggota Agen Rahasia nama ayah mu adalah Rain Brama Marcelino, bawalah ini bersamamu dan ingat hati-hati.” setelah menggenggam kan liontin batu kristal biru dengan tali hitam kakek Anton berhenti bernafas untuk selamanya.
Keesokan harinya.
Setelah semua upacara pemakaman kakek Anton selesai yang hanya dihadiri beberapa petinggi militer karna Anton Darwin merupakan salah satu veteran yang disegani jadi pemakaman nya dilakukan secara militer. Saat semua prosesi selesai seseorang datang menghampiri Greyce,
"Aku tau siapa yang melakukan ini pada kakek mu.” ucapnya datar.
“Siapa?” Dengan wajah dingin Greyce menatap pria paruh baya itu.
“Kamu harus cukup kuat, salah... harus sangat kuat untuk melawannya.” tatapan serius pria itu membuat Greyce makin penasaran.
“Menikahlah dengan anakku dan berlatih lah di militer” dengan senyum sinis pria itu menawarkan hal yang gila menurut Greyce, namun di hatinya saat ini hanya ada rasa dendam dan rasa ingin tahu siapa orang tua kandungnya dengan merasa bersalah greyce akhirnya mengambil keputusan.
“SEPAKAT.” dengan menjabat tangan pria paruh baya itu Greyce sudah menyerahkan dirinya menjadi menantu Wildan, nama pria yang akan jadi Ayah mertua Greyce. Di sepanjang perjalanan Handphone Greyce terus berdering namun tak dihiraukan oleh nya.
“Maaf Davin... aku terpaksa meninggalkan mu demi membalas mereka, jika kita berjodoh suatu saat pasti ada jalan dimana kita akan berpapasan dan bertemu kembali dengan situasi lebih indah” gumam Greyce dalam hati dan tanpa terasa air matanya pun jatuh tak terbendung.
Kediaman Wildan.
“Silahkan duduk Gee, saya akan meminta pembantu disini menyiapkan kamar dan makanan untuk mu... karna mulai saat ini aku menganggap mu seperti anakku sendiri.” Jelas Wildan santai namun dengan tatapan serius dan hanya di jawab dengan anggukan kecil oleh Greyce. Namun tiba-tiba Greyce ingat akan dinikahkan dan akhirnya dia membuka mulutnya.
"Dengan siapa aku menikah paman?” Pertanyaan itu membuat sorot mata Wildan langsung berubah gelap dan menakutkan.
“Panggil aku Ayah” Greyce hanya diam tak membantah.
"Oke, ayah Wildan kalau aku boleh tau dengan siapa aku menikah?” Hening sejenak.
“Darius Steve, anak tertua ku yang menjadi duda 2 tahun lalu, mempunyai 2 orang putri Ariana berusia 4 tahun dan adiknya Khanza berusia 2 tahun” Greyce tercengang, dia tidak menyangka akan menikahi duda dengan 2 anak karna itu sudah pasti umur Greyce dan Darius terpaut jauh, pikiran dan perasaan Greyce semakin tidak karuan dan membayangkan hari-harinya bersama keluarga barunya.
“Tenang saja Gee kamu hanya menikah di atas kertas dengan Darius, dia tidak akan menyentuh mu. Yang perlu kau perhatikan adalah kedua putrinya, cucu cucu ku...” Greyce terheran.
“Mengapa? Mengapa Darius tidak akan menyentuh ku?” Greyce menyipitkan matanya curiga mencoba menelisik ke dalam pikiran Wildan.
"Karna keberadaannya masih tidak diketahui, setelah istrinya Darius meninggal dunia karna melahirkan dia terus ikut berperang... tak pernah memikirkan anaknya dan tak kembali sampai saat ini, itulah mengapa aku meminta mu menikah dengan putra ku walau dia tidak ada disini, karna yang ku khawatirkan sekarang cucu cucu ku yang malang...” Greyce terenyuh mendengar penjelasan ayah mertuanya itu dan dia pun bertekad akan menyayangi kedua putri Darius sepenuh hatinya.
“Saya sudah menyiapkan dokumen sah di Catatan sipil hanya tinggal kamu tandatangani saja nak...” Greyce menghela nafas panjang.
“Baiklah ayah...aku akan tanda tangani surat nikah nya” Wildan pun tersenyum puas dengan sikap Greyce yang menerima dengan tulus pernikahan yang tanpa tahu suaminya ada dimana itu.
Setelah selesai tanda tangan surat nikah Greyce tampak mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan dan membuat Wildan bingung.
"Kamu sedang mencari apa nak?” Greyce pun menoleh ke arah ayah mertuanya itu.
“Cucu cucu ayah ada dimana? Kenapa dari tadi tidak terlihat?” Wildan tersenyum bahagia saat dia tahu apa yang dicari Greyce.
“Mereka sedang tidur siang di kamar itu, sengaja ayah tempatkan mereka di lantai 1 karna memudahkan pengasuh untuk memantau nya” sambil menunjuk ke arah pintu berwarna putih yang tertutup rapat Wildan memberi tahu dimana putri putri kecilnya tidur. Setelah mendengar penjelasan Wildan Greyce berfikir sesuatu dan mulai bertanya.
“Selain menjadi menantu ayah dan seorang ibu, ayah bilang akan melatihku? Apa itu benar? Karna aku sudah sangat tidak sabar...” ucap Greyce dengan nada serius dan yakin.
“Besok kau akan berlatih dengan adik ipar mu Zack, ku beritahu, Zack anak yang kasar dan tak suka dibantah jadi kamu harus sabar menghadapinya” dengan singkat Wildan menerangkan sifat putra keduanya yang akan berlatih bersama Greyce esok hari.
“Sekarang akan ayah tunjukan kamar mu” saat hendak menginjakkan kaki nya ke anak tangga Wildan berhenti karna Greyce tak bergerak mengikuti langkahnya.
“Kenapa?” Tanya Wildan bingung melihat gelagat menantunya itu.
“Bukan kah sebaiknya kamar ku disebelah kamar anak, untuk memudahkan ku berinteraksi dengan anak anak nanti, kenapa kamarku di lantai 2? Itu akan merepotkan nanti...” dengan gamblang Greyce mengungkapkan pendapat. Tiba tiba ada seseorang datang.
“Aku tidak suka keponakan ku dekat dengan orang asing...” Greyce menoleh dan menatap tajam lelaki itu.
“Apa masalah mu? Mereka sudah jadi anak ku... apa aku salah jika ingin lebih dekat dan mengenal mereka...?” Hening sesaat membuat suasana dingin menyesakkan, dengan senyum tipis lelaki itu pun menatap Greyce.
“ Karna itu adalah kamarku nona...”
Please
Like
Comment
Love ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ismail Soleh
kata katanya kurang huruf
2022-01-18
1
Aganes meida 2
like
2021-12-14
4