"Ra... kamu sakit?" Tanya Zoya saat melihat Tiara tampak pucat sore ini. Ya, siang tadi Zoya baru pulang dari rumah orang tuanya.
"Engg... Enggak kak." Jawab Tiara tergagap saat berjalan dari arah dapur. Tiara baru saja pulang dan langsung mandi.
"Tiara ke kamar dulu, ya kak, bang." Pamitnya pada Zoya dan Ezra yang sedang menonton tv.
"Tiara kayak aneh gak sih, Zra?" Tanya Zoya pada suaminya yang sibuk mengelus perut buncit istrinya itu.
"Dia capek kali, Sayang. Biarin aja dia istirahat." Jawab Ezra.
Di dalam kamar, Tiara terus memandangi ponselnya yang bergetar. Hari ini mungkin sudah lebih dari seratus kali Nath menghubunginya, tapi tidak ada yang ia jawab.
Pesan di ponselnya juga tak terhitung jumlahnya. Hanya ia buka supaya Nath tahu bahwa Tiara membaca pesannya tanpa ingin membalas.
📩 Bang Nath
Tiara, pliss angkat telponnya.
Tiara
Tiara
P
P
P
P
Tiara
Aku minta maaf.
Kita perlu bicara, Tiara.
Aku akan tanggung jawab.
Kita bicarakan ini baik-baik ya.
Kamu boleh marah, silahkan! Tapi jangan menghidar.
Tiara.
Balas.
Ra!
Tiara!
Oke. Kalau kamu belum mau bicara.
Kabari aku kalau kamu siap.
Sekali lagi sorry.
Tiara meneteskan air mata. Segitu mudahnya kamu bilang maaf bang. Sementara aku disini kehilangan kehormatanku. Kamu ingin tanggung jawab? Tanggung jawab seperti apa?
Tiara menggigit bibir bawahnya agar tangisnya tidak terdengar oleh Zoya dan Ezra.
Ya Allah, aku harus bagaimana? Ayah, ibu maaf kalau Tiara membuat kalian kecewa.
Tiara kembali menatap ponselnya. Sebuah pesan dari Ethan yang sejak kemarin malam belum ia baca membuatnya penasaran. Ia membuka pesan dari Ethan dan air matanya kembali menerobos keluar.
📩 Bang Ethan
Tiara...
Sorry aku gak bermaksud, tapi sepertinya kantong plastik kita tertukar.
Kalau bisa jangan kamu minum, itu mengandung sedikit alkohol. 😁😁😁
Kamu buang aja ya, soalnya aku lagi di Bandung nih.
Sekali lagi sorry ya, Tiara.
Terlambat bang, terlambat. Minuman itu sudah merusak masa depanku. Merusak harapanku.
Tiara menyeka air matanya. "Tapi tunggu!" Otaknya mulai bekerja. "Kalau aku menikah dengan bang Nath, itu berarti aku bisa menghindari Reyfan." Ucapnya pelan. Hal itu seperti angin segar baginya.
"Dan cara ini jauh lebih efektif dibanding menjadikan kuliah sebagai alasan." Tiara tersenyum senang.
"Tapi? Apa bentuk pertanggung jawaban yang dimaksud bang Nath adalah menikah? Bagaimana kalau dia menawarkan sejumlah uang seperti di novel-novel." Tiara menggaruk keningnya.
Huuft!
"Berhenti membandingkan kehidupan nyata dengan novel, Tiara!" Ia bermonolog.
"Reyfan dan Nath? Apa bedanya? Aku gak menaruh perasaan apapun pada mereka berdua." Tiara bermonolog lagi. Perang batin terjadi dalam dirinya.
"Tapi seenggaknya Nath gak pernah mencoba memperko--, ah! Justru dia yang udah berhasil memperk*saku." Tiara mengacak rambutnya, menggaruk kasar kepalanya. "Kalau Reyfan masih mencoba dan belum berhasil."
Tiara duduk memeluk guling dan mengetuk permukaan guling dengan jemarinya. Otaknya terus bekerja menimbang hal terbaik apa yang harus ia pilih.
"Reyfan. Bundanya sudah pasti bisa menerimaku."
"Tapi dia br*ngsek. Dia sudah terpengaruh dengan kebiasaan orang-orang barat."
Tiara memang sering melihat media sosial pria bernama Reyfan itu. Pria itu sering mengunggah foto di beberapa tempat yang menurut Tiara kurang pantas dan lebih banyak sisi negatifnya.
"Kalau tante Lintang, belum tentu bisa menerimaku. Apalagi ibu yang cuma buruh cuci dan ayah yang cuma tukang ojek."
"Aaarrrggghhh!!" Jeritnya tanpa sadar.
"Tiara, kamu kenapa, Ra!" Suara teriakan Ezra terdengar dari luar.
Aduh! Mati aku! Batin Tiara.
"Gak apa-apa bang! Tiara lagi nonton film di Hp." Teriaknya bohong.
"Oh, kirain kenapa." Suara Ezra terdengar pelan.
Huuuft! Tiara menghembuskan nafas lega lewat mulutnya. Hampir saja.
****
Sudah tiga hari semenjak kejadian itu, Nath terus berusaha menghubungi Tiara, namun tak juga direspon. Hingga sore ini Nath memberanikan diri menemui Tiara di rumah baca.
Nath masuk ke dalam dan duduk di depan meja Tiara. Keduanya saling diam tanpa ada yang berbicara sedikitpun. Tiara tetap fokus pada layar komputernya. Sementara Nath sesekali mencuri pandang ke arah gadis di depannya.
"Kita perlu bicara, Ra." Ucap Nath to the poin karena setelah lebih dari 5 menit duduk, gadis di hadapannya sama sekali tak menganggapnya ada.
"Jangan sekarang, bang! Aku masih pengen sendiri." Sahut Tiara tanpa beralih dari layar komputernya.
Nath menatap gadis itu lekat-lekat. Gadis yang tampak pucat dan lingkar matanya menghitam.
Apa kita sama, Tiara? Sama sama tidak bisa tidur?
Nath melihat Tiara memakai kemeja yang ia kancingkan sampai ke leher. Kamu menutupi sesuatu, Ra?
Nath merasa miris melihat Tiara yang seperti menderita akibat perbuatannya. Ia sadar terlalu banyak meninggalkan bekas merah di sekitar dadanya hingga Tiara berusaha untuk menyembunyikannya di balik baju yang ia pakai.
Tiara melirik Nath sekilas. Kamu gak tidur bang? Wajahmu nampak lelah. Lingkar matamu terlihat jelas. Batin Tiara.
Nath berdiri dari duduknya. Terlalu banyak bicara di tempat ini juga bukan pilihan tepat. CCTV canggih yang Rion pasang bisa saja membuatnya di curigai. Begitulah yang ada di otaknya saat ini.
Ck! Dicurigai? Aku bahkan seorang tersangka kasus pemerk*saan.
Nath keluar dari rumah baca. Dia duduk di atas motornya yang terparkir di depan. Nath mengirim pesan pada gadis itu dan segera pergi melajukan sepeda motornya menuju suatu tempat.
Sementara di dalam sana, dibalik dinding kaca. Tiara menatap kepergiannya.
Ting...
Notifikasi dari ponsel Tiara. Ia langsung membukanya.
📩 Bang Nath.
Aku tahu kamu perlu waktu, Ra.
Kabari aku kalau kamu sudah siap untuk bicara.
Aku akan tanggung jawab.
Aku gak akan lari.
Kamu tau harus mencariku kemana.
Tiara membaca pesan itu dengan perasaan campur aduk. Dia sedih ini semua menimpa dirinya. Dia terharu dengan itikad baik Nath yang berusaha menemuinya. Dan dia takut, karena orang itu adalah Nath yang notabenenya berasal dari keluarga berada.
Dia takut dicibir, dan takut dituduh seolah memanfaatkan keadaan untuk menjadi menantu orang kaya.
Ada apa denganku? Diluar sana banyak gadis yang melapor kepolisi demi meminta pertanggung jawaban. Sementara aku? Dia datang dengan sendirinya dan aku mengabaikannya. Batin Tiara.
Tiara menutup wajahnya. Tapi kenapa pria itu harus Nath. Orang yang memiliki hubungan keluarga dengan orang-orang baik yang selalu membantunya. Seperti kak Zoya, bang Ezra, bang Rion dan kak Bi.
"Kenapa kak?" Suara anak remaja 14 tahun mengagetkannya. Dialah Rizal. Siswa SMP yang selalu singgah ke rumah baca setiap hari untuk membantu Tiara dan rekannya. Rizal adalah anak laki-laki yang ibunya dibantu Rion dan saat ini bekerja di rumahnya.
Tiara menggeleng. "Gak apa-apa Zal."
"Mau sholat gak? Biar gantian." Tawar Rizal.
Tiara memandang jam dinding. Sudah masuk waktu sholat Asar sejak 30 menit yang lalu.
"Titip ya, Zal." Tiara bangun dari duduknya dan berjalan ke belakang. Dimana terdapat dapur, ruang sholat dan toilet.
Tiara berdoa dalam hatinya. Memohon pengampunan dari sang pencipta atas dosa yang telah ia lakukan.
Dengan tangan mengengadah keatas ia meminta petunjuk dari sang pencipta.
Ya Allah, jika Bang Nath memang harus bertanggung jawab atas kesalahan yang kami perbuat, maka aku mohon mudahkan jalannya ya Allah. Bantu kami melewati setiap kesulitan yang akan kami hadapi kedepannya.
Amin ya robbal 'alamin.
***
Nath mau tanggung jawab nih... Bukan atas nama cinta, tapi karena rasa bersalah 😢
Tapi kalian tahulah. Dia harus hendaki gunung lewati lembah, mengarungi lautan dan samudra dulu... 😂😂😂
Aku semangat 45 nih nulis part penderitaan Nath 😂
Jejak kalian guys, biar makin semangat 💪💪💪😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Nur Denis
semoga ada jalan terbaik buat keduanya😇
2021-12-13
2
Isabella
dari keluarga nath udah terlihat keluarga yg ber iman.
AQ pasti tahulah nath bukan pengecut... pasti siap tanggung jawab... dan keduanya pasti berakhir dg cinta...
2021-12-03
1
sintesa destania
duuhhhh tega nian kau thors...nath anak baik² knp gini jadix😭😭
2021-12-03
1