Flashback On
Rumah baca Cahaya Bintang.
Tiara bekerja di sebuah rumah baca milik seorang pria bernama Orion. Pria yang istrinya bernama Bintang, salah satu kakaknya Nath.
Tiara duduk di meja kerjanya, di dekat pintu masuk rumah baca diruko dua lantai itu. Tiara masih menginput data buku yang baru dibeli.
Dert... derrt...
Ponselnya bergetar. Tiara membuka pesan masuk di ponselnya.
📩Kak Reyfan
Sampai ketemu 2 bulan lagi, Tiara.
Pesan singkat yang berhasil meruntuhkan hatinya. Jantungnya berdetak hebat. Pesan singkat dari pria bernama Reyfan. Pria yang hampir merenggut kesuciannya.
Reyfan adalah kakak kandung Reyga yang berkuliah di luar negeri. Sementara Reyga adalah sahabatnya, partnernya dan juga cintanya. Reyga meninggal karena penyakit jantung bawaan yang ia derita sejak kecil.
Di akhir hayatnya, Reyga membuatnya terpaksa berjanji. "Menikahlah dengan kak Reyfan. Bunda ingin kamu jadi menantunya, Ti." Suara lemah Reyga membuat air mata Tiara semakin menetes deras.
"Aku..." Tiara ingin menolak, tapi tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
"Berjanjilah demi aku... Aku mencintaimu sangat."
Tiiiiitttt... Alat di samping ranjang Reyga berbunyi nyaring seiring detak jantungnya yang berhenti.
"Reygaaaaa! Gaaaaaa!" Teriaknya dengan tangan bergetar saat genggaman tangan Reyga perlahan terlepas.
"Ngelamun, neng!" Seseorang mengejutkannya. Dialah Ethan, salah satu sahabat Nath.
"Ngagetin aja." Gerutunya dan kembali menginput data.
"Gak ada yang kesini?" Tanya pria yang duduk di depannya. Ethan menanyakan sahabat-sahabatnya yang biasanya akan datang ke tempat ini.
"Gak ada bang. Tumbenan sih gak ada yang nongol satupun. Mungkin karena hujan." Jawab Tiara.
Diluar, hujan memang baru saja berhenti. Ethan mapir kesini karena mengira salah satu sahabatnya ada disini.
"Mau pulang?" Tanyanya saat Tiara membereskan tasnya.
"Iya." Jawabnya singkat.
"Ah, ya. Udah jam 5." Ethan menunjukkan jam tangannya. Rumah baca ini tutup jam 5 sore dan 5 menit sebelum jam 5, pengunjung sudah di haruskan keluar dari tepat ini.
"Bareng aku?" Tawarnya.
Tiara berfikir sejenak. Lumayan juga, irit ongkos.
"Ehmmm... Tapi aku mau ke TPU di jalan X, Bang." Ucapnya karena ia akan ke makam Reyga. Entah mengapa pesan Reyfan membuatnya tidak tenang. Ia ingin mengadu pada pemilik hatinya, Almarhum Reyga.
"Mau nyekar?" Tanya Ethan penasaran.
Tiara mengangguk.
"Oke. Lets go! Tapi aku mampir sebentar ke tokonya temen, ya."
Ethan melajukan mobil dan ia mampir sebentar ke sebuah toko yang lebih terlihat seperti minimarket. Ethan membawa 2 kantong plastik. Satu kantong berisi minuman kaleng mengandung alkohol dan satu lagi berisi minuman penyegar kemasan kaleng untuk Tiara.
Dan saat sampai di makam, Ethan memberikan salah satu kantong plastiknya. Tapi naas, Ethan memberika kantong plastik yang salah. Ia malah memberikan kantong plastik berisi minuman berkadar alkohol miliknya.
"Hati-hati bang. Terima kasih." Tiara mengangkat plastik pemberian Ethan dengan senyum mengembang.
Tiara masuk ke area makam yang tidak lagi asing baginya. Ia sering kesini jika ia rindu. Dia berjongkok di samping makam, menyentuh nisannya sambil memanjatkan doa.
Reyga tidak suka bunga, hingga ia datang hanya dengan membawa doa dan rindu yang ia punya.
"Hai, Ga." Senyuman miris yang ia tunjukkan.
"Apa kabar?" Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Menatap nama pria yang mengingglkannya dua tahun lalu.
"Bahagia di sana kan, pemilik hati?"
"Heheheh... aku masih ingin memanggilmu begitu, Ga!"
"Aku rindu mendengar kamu memanggilku, kekasih hati." Tiara menyeka air matanya.
"Selamat ulang tahun. Aku gak bawa bunga kok." Tiara tertawa kecil. "Aku bawa doa. Da dari lubuk hatiku yang paling dalam."
"Terima kasih, sudah pernah singgah dalam hidupku. Mengisi hariku dengan penuh warna."
"Membuatku merasa istimewa."
Tiara diam beberapa saat. Ia sempatkan mencabut rumput liar di atas makam.
"Dia akan datang dua bulan lagi, Ga. Aku bingung." Tiara berusaha memberi tahu bahwa Reyfan akan pulang.
"Kepulangannya tahun lalu, dia hampir merenggut kehormatanku, Ga."
"Lalu setelah itu apa lagi? Aku gak punya bukti, Ga. Ibu sama ayah percaya sama aku, tapi bagaimana dengan keluarga kamu?" Tiara terisak.
"Bebaskan aku dari janji itu, Ga. Walaupun bunda kamu juga masih mengharapkan aku menepati janjiku."
"Tapi aku takut, Ga. Aku takut menatap mata kakakmu. Aku takut, perlakuannya tak tertebak, Ga."
Breesss!
Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Tiara panik. "Aku pulang dulu, Ga." Pamitnya.
"Aku sayang kamu."
Tiara segera pergi meninggalkan makam dan ia berlari menuju rumah Ezra. Rumah yang ia tinggali sejak tiga bulan lalu karena permintaan Zoya. Letak kompleks perumahan itu hanya sekitar 300 meter.
Tiara berjalan dibawah guyuran hujan. Ia meratapi hidupnya. Apa jadinya ia jika harus menikah dengan Reyfan. Pria kasar dan berlaku sesukanya.
Tiara menggeser pintu gerbang dan menemukan Nath keluar dari dalam rumah dengan wajah khawatirnya. Nath, teman rasa rivalnya.
Tiara mandi dan berganti baju lalu masuk ke kamar. Ia masih memikirkan pesan Reyfan yang seperti hantu gentayangan di otaknya.
"Dua bulan lagi." Gumamnya pelan. Saat ini Tiara sedang duduk di atas ranjang. "Iiishhh!" Ia menggaruk kepalanya dengan kasar.
"Aku seperti telur di ujung tanduk yang menghitung mundur untuk segera jatuh." Tiara lagi-lagi bermonolog.
"Aku harus bilang ayah dan ibu, kalau keluarga Reyga datang untuk melamarku, mereka harus menolaknya, minimal menundanya sampai aku lulus kuliah."
"Ck! Aku bahkan belum tau akan kuliah tahun ini atau tidak."
"Tapi, biarkan saja. Mana betah kak Reyfan menungguku sampai lulus. Dan dengan begitu dia akan menikahi gadis lain."
"Tiara, kamu memang pintar." Dia tersenyum memuji dirinya sendiri.
"Lagi pula, untuk apa aku takut. Aku masih punya ayah dan ibu yang sayang padaku. Mereka pasti mengutamakan kebahagiaanku."
Bicara sendiri, di kamar sepi dengan suara hujan yang masih terdengar syahdu. Sungguh, bukti kejombloan yang tak terbantahkan.
Tiara membaringkan tubuhnya setelah menemukan cara untuk menghindari pria bernama Reyfan itu.
"Ck! Haus!" Keluhnya menyentuh tenggorokannya yang kering.
Tiara ingin keluar, tapi ia malas berdebat dengan Nath. Pria itu pasti akan bertanya panjang kali lebar meminta penjelasannya.
Ia tak ingin menemui pria usil itu saat ini. Pria yang sepertinya masih menoton Tv karena hujan belum reda, hingga ia belum bisa pulang.
Dan matanya tertuju kantong plastik pemberian Ethan. Tiara mengeluarkan minuman kaleng dari dalamnya dan duduk di lantai bersandar pada sisi ranjang.
Tegukan pertama. "Wweehh." Tiara menjulurkan lidahnya. "Kenapa aneh gini? Tapi enak." nilainya pada minuman yang masuk ketenggorokannya.
Kaleng pertama tandas. "Lagi ah!"
Lanjut kaleng kedua. Perutnya mulai terasa penuh, tapi fikirannya mulai rileks. Ia perlahan mulai melupakan tentang Reyfan.
Ia malah mengingat Reyga. Ia kesal, kenapa pria sebaik Reyga harus cepat pergi dari hidupnya dan Reyfan yang brengsek itu harus menggantikannya.
Tiara kembali menegak kaleng ke tiga dan setelahnya ia menangis. Membuat Nath masuk ke kamar dan kejadian yang tak diinginkan itu terjadi.
Flashback off
***
Jangan marah sama othor 😂
Marah sama Ethan yang menjelma menjadi Sethan 😂
Jejak kalian guys ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Yayuk Bunda Idza
baru ngeh kenapa Nath menyebut Ethan Dengan Set An, begitu ceritanya, sesuai dengan judul penyesalan terindah...
2022-05-08
0
Nanang SoFia Andestart
awalnya aku udh berburuk sangka dgn si tiara...tau2 it toh pnyebabnya
2021-12-25
1
Nur Denis
gara2 seEthan😅😅😅
2021-12-13
1