Hai! Terima kasih banyak karena telah mendukung author dengan terus membaca novel ini. Author berharap para pembaca sekalian juga berkenan memberikan like, komentar, kritik saran, dan vote untuk novel ini. Semua dukungan dari kamu sungguh berarti bagi author ^^
Selamat membaca!
---
Sera sangat kaget ketika melihat Tio sedang berdiri di sebelah Octa sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
“Surprise lagi!”, kata Tio sambil tersenyum.
“Sera, Ayah sama Ibu ada di rumah?”, kata Octa.
“Begini, kita malam ini ada rencana main ke Gunung Bromo. Nah kita cuma bertiga, aku, Tio dan Chandra temennya Tio yang ada di dalam mobil sekarang lagi tidur, sedangkan nanti jeepnya bisa muat sampai 6
orang. Kalau diisi bertiga aja kan sayang jeepnya. Gimana kalau kamu ikut juga? Nanti aku bantu pamit deh sama Ayah sama Ibumu”, lanjut Octa.
Sera diam di tempat, bingung akan mengatakan apa atas ajakan Octa. Wow! Ke gunung malam ini? Sera teringat ucapan Tio tadi siang tentang gunung yang tidak memiliki jalur tracking yang panjang, ternyata yang dimaksud adalah Gunung Bromo. Benar juga, Gunung Bromo memang bisa ditempuh dengan mobil jeep dan perjalanan dari Surabaya menuju kesana hanya membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 jam. Tetapi Sera langsung teringat bahwa dia harus mendapatkan ijin terlebih dahulu kepada ayah dan ibunya. Bimbang, ingin ikut tetapi takut bertanya.
“Mau kemana Octa?” tiba-tiba ayah Sera berada di belakang Sera dan menanyakan tentang niat mereka mengajak Sera pergi. Sera sangat kaget, bingung akan menjawab apa kepada sang ayah.
“Anu yah..” jawab Sera terputus.
“Assalamualaikum Om, maaf tiba-tiba datang jam segini ya Om. Ini Octa bawa martabak kesukaan Om dan Tante, barangkali Om dan Tante mau nyemil hehe”.
“Walaikumsalam.. Makasih ya Nak Octa, rasa-rasanya ini kamu mau minta sesuatu sama Om dan Tante ya?” sambut Ayah Sera sambil menerima pemberian Octa.
Octa meringis mendengar ucapan ayah Sera. Tepat sasaran Om, batin Octa. Octa menjelaskan sekali lagi tentang ajakannya kepada Sera ke Gunung Bromo, kali ini lebih detil. Bahkan Octa juga menjelaskan kalau Octa membawa perlengkapan jaket hangat untuk Sera pakai, karena Octa tahu Sera tidak memiliki jaket khusus untuk digunakan di gunung. Entah mengapa Sera memiliki firasat tidak enak tentang jaket yang dijelaskan Octa, karena Sera
tahu betul jaket apa saja yang dimiliki Octa. Sera diam sambil menggigit jari, menunggu jawaban dari ayahnya. Jantungnya berdegup kencang, berharap dalam cemas. Biasanya Sera akan diijinkan bepergian bersama temannya ke tempat yang agak jauh seperti ini, tapi Sera harus meminta ijin jauh hari. Namun kali ini..
“Om sih boleh aja, coba tanya ke Tante” jawab ayah Sera.
Mendengar jawaban dari ayahnya, Sera merasa lututnya lemas, lepas dari ketegangan. Jika ayahnya sudah mengatakan iya, biasanya ibunya juga akan menjawab dengan jawaban yang sama. Lebih mudah bagi Sera untuk mendapatkan ijin dari ibu daripada ayahnya.
Ayah Sera memanggil ibunya dan menjelaskan tentang niat anak-anak muda itu. Dan seperti dugaan Sera, ibu Sera mengiyakan tetapi dengan beberapa syarat, membawa bekal minuman hangat dari rumah, sarapan tepat
waktu, dan pastinya pulang pun tepat waktu.
“Kamu, namamu Tio ya?” tanya ayah Sera.
“Iya Om, saya Tio. Saya teman Octa”
“Kamu kan cowok, dan Chandra yang ada di mobil itu. Kalian harus hati-hati selama di perjalanan dan sampai disana juga. Jaga sikap dimanapun kalian berada, jangan bercanda berlebihan, jangan merusak apapun dan jangan membuang sampah sembarangan. Saya titip Sera dan Octa.”
“Saya mengijinkan kalian pergi bersama karena saya sudah kenal lama dengan Octa dan sudah saya anggap seperti anak saya sendiri, tolong jangan kecewakan saya ya?”, tambah ayah Sera memberikan banyak nasihat untuk mereka.
“Baik Om, saya dan Chandra pasti jaga mereka” jawab Tio tegas.
Semua persiapan Sera sudah selesai. Sera mengenakan kaos lengan pendek di lapisan pertama, kaos lengan panjang di lapisan kedua, membawa scarf untuk menutup leher dan topi hangat yang dia pinjam dari ibunya, sarung tangan, kaos kaki, dan sepatu yang biasa dia gunakan untuk jogging.
“Kalau begitu kami pamit dulu ya Om dan Tante, ini kami mau istirahat dulu di rumah saya Om, Te”, kata Octa.
“Nanti kami akan berangkat dari rumah saya jam 11 malam, biar sampai Gunung Bromonya pas menjelang matahari terbit”.
“Iya kalian hati-hati ya pokoknya”, ibu Sera menjawab sambil mencium Sera dan Octa.
Satu per satu mereka menyalami ibu dan ayah Sera sebelum akhirnya mereka berangkat menuju rumah Octa.
---
Di dalam mobil Tio menyetir dan di sebelahnya ada Sera, sedangkan Octa ada di sebelah Chandra yang baru saja terbangun karena mendengar teman-temannya gaduh di dalam mobil. Tio memperkenalkan Chandra kepada Sera.
Chandra salah satu teman SMA Tio yang sering berkumpul dengan Tio saat Tio pulang dari Samarinda. Mereka memang sudah lama berencana pergi ke Gunung Bromo, namun niat awal mereka berdua berangkat menggunakan sepeda motor. Melihat Sera yang ikut kali ini, Chandra banyak tersenyum sambil memukul-mukul pundak Tio dan berteriak bahwa dia tahu mengapa rencana ke Gunung Bromo kali ini berubah harus menggunakan mobil. Tentu saja karena Tio ingin pergi bersama Sera, batin Chandra.
“Octa, mana jaket yang kamu bilang kamu bawa buat aku? Sekarang dimana aku mau lihat donk”, Sera dengan sengaja bertanya kepada Octa, untuk membuktikan bahwa dugaannya tidak salah.
“Ada di rumah, nanti kamu juga lihat hehehehe!” sahut Octa.
“Jaket yang mana? Kamu ingat kan, aku hafal semua jaket yang kamu punya”, kali ini nada bicara Sera mulai menantang.
Octa yang mendengar pertanyaan Sera kali ini memilih untuk menyerah, “Eh Tio! Sera pakai jaket yang mana aduh aku ga tahu lah, kamu yang jelasin ke Sera yah! Aku cuma tiba-tiba diajak kesana ikut mereka berdua loh.. Mendadak Tio ngajak ke Gunung Bromo, dia baru bilang jam 4 sore tadi. Aku dan Chandra tuh cuma korban rencana dadakan ala Tio yang lagi kasmaran”. Sepertinya Octa hilang kontrol karena terus didesak oleh Sera.
Chandra mengangguk keras menyetujui kalimat Octa, terutama di bagian mereka hanyalah korban rencana dadakan Tio. Mendengar jawaban Octa, Sera beralih menatap Tio dengan tatapan mata yang dingin disertai senyum sinis di sudut bibirnya. Tatapannya seolah mengatakan suatu pertanyaan kepada Tio, “Kamu akan
menjelaskan apa kali ini?”.
Sementara Tio yang menyadari tatapan Sera hanya tersenyum. Kali ini dia merasa sangat senang, dia berhasil mengajak Sera pergi walaupun bersama dengan yang lainnya, dan dia juga berhasil memperkenalkan dirinya kepada orang tua Sera. Di libur selanjutnya dia akan mengajak Sera ke Gunung Bromo sekali lagi, tapi tentu berdua saja.
“Ga ada yang perlu dijelaskan Sera. Kita hanya mau jalan-jalan bareng kan?” jawab Tio tertawa senang.
Kali ini justru Sera yang menunjukkan wajah tidak senang, namun di dalam hati tentu saja Sera sangat senang, beberapa jam lagi dia akan berada di tempat indah yang seringkali hanya dia lihat di kalender dinding, Gunung Bromo.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments