Hai! Terima kasih banyak karena telah mendukung author dengan terus membaca novel ini. Author berharap para pembaca sekalian juga berkenan memberikan like, komentar, kritik saran, dan vote untuk novel ini. Semua dukungan dari kamu sungguh berarti bagi author ^^
---
Ujian hari ini berlalu begitu saja, Sera cukup yakin dengan jawabannya tetapi tetap berdoa dalam hati agar mendapatkan nilai yang terbaik. Tidak mau terlalu lama memikirkan ujiannya, Sera segera menuruni tangga menuju tempat parkir untuk menuju ke cafe langganan yang biasa dia kunjungi bersama Octa dan teman-teman lainnya.
Octa nampak belum sampai disana, Sera menuju salah satu meja di sudut ruangan yang menjadi salah satu tempat favoritnya karena bisa melihat seluruh isi ruangan dari sana. Hanya butuh waktu 10 menit Octa datang, tetapi dia tidak sendirian.
Octa bersama seseorang, lama Sera memperhatikan dari jauh karena dia belum pernah bertemu dengan orang ini selama 2 tahun berteman dengan Octa. Dengan tinggi kurang lebih 180 cm, tubuh proporsional yang menunjukkan bahwa dia rajin ke tempat gym, mengenakan kaos merah dan celana jeans berwarna gelap, sepatu sneakers berwarna biru tua kombinasi merah, dan tas selempang pria di pundak.
Dalam hati Sera langsung menebak bahwa dia adalah Tio, Sera merasa ingin lari meninggalkan cafe melalui jendela ketika dia ingat baju apa yang dia pakai hari ini. Kemeja lengan pendek berwarna biru tua, celana jeans, sepatu kets, dan tanpa make up! Astaga ini musibah untuk setiap wanita yang akan berkenalan dengan seseorang kan?!
Sera ingat dia membawa lipcream dan bedak di dalam tasnya, tetapi sudah terlambat untuk pergi ke toilet karena Octa dan Tio sudah dekat dan tidak mungkin juga memakai make upnya sekarang juga di kursi cafe, Sera malu jika melakukan itu sekarang. Jadi dia pasrah sambil mengutuk Octa dalam hati, merencanakan segala macam balas dendam yang akan dia lakukan pada Octa karena telah mengajak Tio bertemu dengannya tanpa memberitahu sebelumnya.
“Seraaa!”, Octa melambaikan tangan dari jauh.
Sera hanya tersenyum di sudut bibir membalas lambaian tangan sahabatnya. Octa langsung tahu apa yang ada di pikiran Sera dan menjelaskan situasinya terhadap Sera setibanya mereka di tempat duduk Sera.
“Sera, kamu sudah pesen minum? Sori yaa, jangan marah sama aku. Tio loh maksa ikut kesini waktu dia tahu aku janjian sama kamu! Aku ga ada niat ngajak dia sumpah!”, teriak Octa sambil melirik marah ke arah Tio.
Mana mungkin Sera bisa marah disaat seperti ini, di depan orang lain. Sera hanya tersenyum sekali lagi.
“Gapapa Octa, gapapa..”, ucap Sera.
“Tuh dengar kata Sera, gapapa kok!”, Tio menyahut sambil tersenyum lebar mendengar keberadaannya diterima.
“Halo Sera, aku Tio, aku yang kirim whatsapp ke kamu dari kemarin malam sampai tadi pagi”, kata Tio sambil menyodorkan tangannya kepada Sera.
“Oh Tio, aku Sera. Maaf ga bisa nanggepin chat kamu lama-lama ya, aku ujian”. Balas Sera sambil bersalaman dengan Tio.
Dalam hati, sesungguhnya Sera berharap mempunyai beberapa waktu untuk memperhatikan Tio, kulit kuning langsat yang nampak bersih, sorot mata yang tajam tapi hangat, dan rahang yang tegas. Dalam maksud lain,
Tio ini termasuk cowok tampan bagi Sera. Dalam hati Sera membatin, mana mungkin Tio yang seperti ini belum mempunyai pacar?
Tapi dalam pandangan orang lain pun, Sera adalah wanita yang cantik. Dengan mata kecil, bibir pink mungil, kulit putih, rambut panjang di bawah bahu berwarna coklat gelap yang bergelombang dan tinggi badan 162 cm, ada
banyak lelaki yang diam-diam mencuri pandang jika bertemu dengan Sera. Walaupun tanpa make up Sera masih tampak cantik, apalagi jika dia membiarkan rambutnya terurai di samping telinganya. Walaupun
begitu, Sera selalu merasa kurang cantik dibandingkan dengan orang lain, sejak Sera mengetahui bahwa mantan pacarnya selingkuh, dia tidak hanya merasa patah hati, tetapi juga kehilangan sebagian besar kepercayaan dirinya. Sera sangat menutup diri pada laki-laki, beberapa kali Sera didekati, sebanyak itu pula Sera menghindar.
Dalam pembicaraan sore itu Sera lebih banyak diam, sesekali menyahut ketika ditanya oleh Octa dan Tio. Sebenarnya Tio berusaha keras mengajak Sera ngobrol dan Sera tahu itu. Hanya saja kepercayaan diri Sera
masih bersembunyi entah dimana, rasa malu karena tidak siap akan bertemu dengan Tio yang diluar dugaan Sera membuat Sera kelimpungan. Malah Octa dan Tio sudah seperti sahabat lama, sesekali mereka beradu mulut, saling tinju dan akhirnya tertawa keras bersama.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 petang dan mereka bertiga sepakat untuk pulang.
“Sera aku antar aja ya.. Udah malam ga baik kalau cewek pulang sendirian kan?”, ucap Tio.
“Aku bawa motor sendiri kok, sudah biasa pulang jam segini juga, ga perlu antar”, jawab Sera sambil tersenyum manis. Sera tidak tahu bahwa dalam sekali waktu dia tersenyum ada beberapa mata di cafe itu yang sulit berpaling, termasuk mata Tio.
“Yoooo Tiooo aku juga cewek, kamu ga nawarin antar aku kah?”, sahut Octa.
“No, kamu ga usah diantar juga gapapa. Cowok-cowok justru ketakutan sama kamu, cewek garang”, ledek Tio kepada Octa.
Octa membelalak marah dan memekik, “Hei! Aku kan tadi kesini bareng kamu! Demi kamu mau ikut mau ketemu Sera! Sekarang kamu sudah ketemu Sera, kamu mau ninggalin aku? Bagus kelakuan temen aku yang satu
ini ya?!”, sambil bersiap melemparkan sebuah bogem ke pundak Tio.
“Hahaha! Oke-oke, sebagai rasa terima kasihku aku yang bayar sore ini dan aku anter kamu balik rumah Ta. Tapi sebelum ke rumah kamu, ikut aku dulu ke suatu tempat!”, jawab Tio.
“Terserah dah yang penting sampe rumah! Awas kalo aku ditinggal di jalan!”, kata Octa.
Sera memperhatikan dua orang yang sedang adu mulut di depannya sambil tersenyum, antara lucu dan iri karena mereka bisa bercanda sedekat itu.
Dalam perjalanan pulang, Sera tidak menyangka yang dimaksud oleh Tio dia akan pergi ke suatu tempat ternyata adalah rumah Sera. Ya, Tio tidak mungkin mengantar Sera karena dia membawa motor sendiri, jadi Tio membuntuti Sera sampai depan rumahnya bersama Octa. Sera merasa wajahnya memerah saat melihat kaca spion kendaraannya, perasaan malu dan senang terasa berkecamuk di dadanya.
“Mau masuk dulu?”, mau tidak mau Sera menanyakan hal ini, mana mungkin dia tidak mempersilahkan mereka masuk setelah mengantar sejauh ini.
“Maaf ya Sera aku masuk lain kali aja, Octa sudah berisik dari tadi marah-marah minta pulang, katanya takut anjing di rumah kelaparan belum dikasih makan haha!”, jawab Tio. Sebenarnya ini jawaban yang cukup melegakan bagi Sera, mengingat pertanyaan tadi hanyalah basa basi karena Sera tidak terbiasa mengajak teman laki-laki mampir ke rumahnya.
“Iyaa Sera sayangku, aku main lain kali ya! Salam buat Om dan Tante di rumah ya! Beneran ini Bonciku kasihan di rumah tadi aku kelupaan kasih makan. Rumahku masih kosong nih, semua belum pulang”, ucap Octa.
“Oke hati-hati ya kalian berdua, jangan ngebut. Bye!”, jawab Sera sambil melambaikan tangan.
“Assalamualaikum, bye!”, jawab Tio.
“Waalaikumsalam”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Lasri Alfi
bagus dan masih lanjut
2021-01-07
0
Naomi Arin
waaah kayaknya bakal seru nih, g sabar nunggu lanjutan ep 3
yuk mampir jg ke cerita kami thor
Klik profil kita atau serch dipencarian Asal Kau Bahagia,
yuk saling dukung yuk 🥰
2021-01-06
1
zsarul_
hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt
yuk baca juga cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
dijamin baper deh bacanyaa ❤️
mari saling support 😍
thanks
2021-01-06
0