CHAP 4 : PANTAI

Desiran suara ombak begitu lembut dan menenangkan masuk indra pendengaran. Langit jingga dan Alana seakan akan berlomba, perihal tentang siapa yang paling indah.

Alana berdiri menghadap lautan lepas, ia berdiri tegap dengan lengan yang di tautan ke belakang. Dagunya terangkat, matanya tertutup dan Alana menghirup udara dalam dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan.

Beban yang sedari di pikulnya, kini perlahan berjatuhan. Alana mulai mengikhlaskan sang Ayah dan semua kejadian buruk yang menimpanya. Alana tidak mau menghambat Ayahnya ke surga, karena dirinya belum mengikhlaskan Anton pergi, dengan segenap jiwa dan raganya, Alana ikhlas lahir dan batin atas kepergian Anton.

Sementara Barra terus memandangi Alana dengan tatapan yang penuh arti. Tidak sadar laki laki itu menciptakan ukiran indah di bibirnya, ia tersenyum manis seraya memperhatikan gerak gerik Alana. Barra berjalan mendekati Alana, sampai di sebelahnya.

"Al—

" Barra! coba kamu teriak deh, aku pastiin hati dan perasaan kamu pasti langsung tenang, keluarin semua beban yang ada di hati kamu. " Serobot Alana dengan santai dan tersenyum.

Barra mengerutkan kedua alisnya. Gak kebalik?! Harusnya lo bukan gue, Tapir.

Barra menatap Alana cukup lama." Ayo coba aja, aku udah beberapa kali ngelakuin itu, pasti berhasil. " Alana tersenyum seraya mengangkat alisnya satu kali.

"Coba nih?" Tanya Barra.

"Ya! Coba aja" Ujar Alana seraya mengangguk.

AAAAAAAAAAAAAAAAAAA. Teriak Barra dengan suara beratnya.

"Wahh dada gue kek plong gitu. Thanks."

"Iya kan apa aku bilang."

"Coba sekarang giliran lo"

"Bener ni? Tapi tutup telinga ya, soalnya suaraku terlalu merdu." Ujar Alana seraya tertawa kecil.

Barra tersenyum, kemudian menutup telinganya.

Aaaaaaaaaaaaaa.

Barra seketika mengernyit, teriakan Alana begitu menusuk di indra pendengarannya. Suara nya begitu cempreng dan berisik.

" Dah udah udah, lo makan toa ya?! Nusuk banget di telinga gue."

Tiba tiba Alana menyipratkan air pada baju Barra, membuat Barra terkejut karena ulahnya, baju Barra basah.

"Al, baju gue basah!"

"Bodo amat, wleeee" Alana lari meninggalkan Barra. Barra pun berlari, berniat membalas Alana.

Barra pun menyipratkan air ke baju Alana, ya... Seperti serial serial drama korea, ketika di pantai. Pasti saling menyipratkan air satu sama lain, dengan tertawa dan di akhiri dengan berbaring di pantai bersebelahan. Begitulah sekarang Barra dan Alana, agak lebay sih tapi romantis.

Alana berbaring, dengan tangan kiri Barra sebagai bantalan,begitul pula Barra, tangan kanannya sebagai bantalan. Keduanya menetralkan nafas agar normal kembali, mereka berdua kelelahan saat main kejar kejaran tadi dan mereka tertawa bahagia.

Ehem

"Al gue boleh nanya gak?" Yang asalnya Alana menghadap langit, saat mendengar Barra, ia langsung mengubah posisi, Alana menghadap Barra, ia mengesampingkan tubuhnya agar ia bisa melihat wajah Barra.

Barra melirik di ujung matanya, jantungnya dag did ser saat mendapati wajah Alana yang jaraknya hanya sejengkal dari wajahnya. Kalo di perhatikan Alana cantiknya natural, tanpa memakai polesan make up sedikit pun, wajahnya terlihat bersih dan berseri.

Bulu mata yang lentik, bibir yang mungil, dan pipi yang merah merona alami, menambah kecantikan Alana. Barra masih tidak bisa menormalkan detak jantungnya, Barra harap Alana tidak mendengar suara dag dig dug yang berasal dari jantungnya.

"Boleh nanya aja." Ujar Alana dengan santai.

"A—Apa yang buat lo bisa sekuat dan setegar ini?" Ujar Barra dengan hati hati.

Mendengar pertanyaan itu, Alana mengubah posisinya ke semula dan bersedekap dada, seraya melihat langit senja yang begitu indah.

"Ayah!"

" Sebenarnya, perihal tentang berdamai dan memaafkan. Aku harus belajar lebih banyak lagi, harus menahan ego dengan kuat dan masih butuh bimbingan. Tapi sekarang sumber kekuatan dan gurunya sudah pergi."

" Aku sudah punya janji dengan Ayah, bahwa aku akan jadi anak yang Ayah harapkan, karena Ayah sudah bekerja keras mencari nafkah untuk membesarkan aku. Mulai sekarang aku harus bertahan dan berjuang sendiri, tanpa adanya sumber kekuatan di samping ku." Kali ini, air matanya menetes dengan sopan, tidak lagi deras seperti kemarin.

Barra kelabakan saat melihat bilur bulir kristal yang mulai berjatuhan dari mata Alana." Bu—bukan maksud gue—

"Santai aja" Alana menoleh pada Barra.

" Ngga! lo gak sendiri. Mulai sekarang kan ada gue yang bakal nemenin lo—ehh—ada Kyra, mama, dan papa. Kayanya kita bakal banyak belajar dari lo deh. Gue liat dari kejadian kemarin, gue percaya kalo malaikat tanpa sayap itu ada. Ayah lo keren banget, bisa memaafkan dan berdamai secepat itu, gue salut banget ." Ujar Barra menguatkan dan meyakinkan Alana.

Alana tersenyum, ada satu pertanyaan di kepalanya yang ia yakini kalau jawabannya hanya Tuhan lah yang tahu.

" Bahkan aku sempet bingung, sebenarnya hati Ayah tuh terbuat dari apa? Bisa sekuat itu. Aku pengen banget kayak dia, mau sesusah apa hidupnya. Dia pasti tersenyum dan terus menyebarkan energi positif pada orang di sekelilingnya.

Barra mendengar omongan Alana dengan seksama, namun, ia penasaran akan satu hal.

Waww

"Ohh iya, sorry nih ya, gue cuma pengen tau. Apa yang membuat lo bisa ikhlasin bokap lo secepat ini? Menurut gue lo dan Ayah lo manusia yang luar biasa dan hatinya terlalu kuat dalam hal yang menyangkut hidup dan mati."

Alana sangat senang ketika mendengar pertanyaan yang menyangkut ikhlas dan sabar, karena ia mempunyai ilmu tersebut dari sang Ayah. Mubadzir menurutnya, kalau ilmu itu di telannya sendiri, tanpa di bagi pada orang lain.

" Aku bisa Ikhlas karena Ayah, dulu ayah ngejelasin waktu aku sering nanya dan nangis kalau liat foto ibu, aku sering menyalahkan diri aku, karena Ibu meninggal gara gara ngelahirin aku dan aku selalu ingin ibu hidup kembali. "

" Ayah ngejelasin, Kalau kita belum mengikhlaskan seseorang yang sudah pergi dan terus menangisinya. Kita akan menghambat perjalanan beliau ke surga, kita juga akan membuatnya tersiksa karena urusan dunianya belum selesai yaitu aku terus nagisin Ibu. Jadi, saat itu aku perlahan mengikhlaskan ibu, kalau aku kangen atau ingat ibu, aku selalu berdoa. Dan hal itu membuatku merasa lebih baik."

" Kata Ayah juga, bukan salah aku ibu meninggal. Karena, yang ingin ada aku di dunia ini bukan aku, tapi ayah dan ibuku. Jadi, Ayah selalu bilang, jika ada kejadian buruk yang menimpa kita. Jangan sesekali menyalahkan pelakunya, kita harus percaya bahwa itu memang sudah takdir kita. Takdir itu sudah tertulis dari sebelum kita lahir. "

Jelas Alana panjang lebar, Alana merasa bangga ia mampu mengingat semua nasihat nasihat yang di katakan Anton, bahkan nasihat itu akan abadi dalam ingatannya.

Alana mengerutkan alisnya, ketika sadar ia tidak mendengar suara Barra. Bahkan Barra tidak bergerak. Alana menoleh pada Barra, ternyata Barra tidur. Mungkin Barra merasa di dongengi oleh Alana, padahal itu ada hal yang penting. Kenapa Barra bisa tidur seperti ini sih?!

Alana bangkit dan duduk di samping Barra, mengguncangkan tubuh Barra agar terbangun.

Dih kebo, story telling segitu aja tidur.

"Barraaaa bangunnnn, ayo pulang, udah mau gelap ini." Barra hanya menggeliatkan tubuhnya, tanpa membuka matanya. Matahari sudah hampir tenggelam, Alana sangat takut kegelapan, gadis itu harus segera pulang. Apalagi jalur yang di lewatinya penuh pepohonan besar.

" BARAAAAA BANGUNNNNN" Teriak Alana tepat di telinga Barra. Membuat Barra seketika terkesiap, karena saking kencangnya suara Alana.

"Aaaaa, Markonah! Lo punya adab kek kalo bangunin. Kuping gue pengang ini, kalo gue budeg, mau lu tanggung jawab, HAH!" Ujar Barra dengan mengusap ngusap telinganya.

Alana hanya menyeringai melihat Barra seperti itu. "Lagian, kamu di bangunin susah banget sih. Udah mau gelap ini, ayo pulang... Tante Agatha, Om Damar sama Kyra takutnya udah ada di rumah aku." Alana memilin kan baju bagian bawahnya.

Tanpa mengindahkan perkataan Alana, Barra langsung melengos pergi. Alana berlari kecil di belakang Barra, karena langkah kaki laki laki itu bisa 3 langkah kaki Alana. Bisa di bayangkan kan seberapa cepat dan panjang kaki Barra? Ya! Dia seperti titan, tinggi sekali. Bahkan Alana tidak sampai bahu Barra tingginya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...jika ada kejadian buruk yang menimpa kita. Jangan sesekali menyalahkan pelakunya, kita harus percaya bahwa itu memang sudah takdir kita. Takdir itu sudah tertulis dari sebelum kita lahir....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Love you bestie 💋

Terpopuler

Comments

Komang Juli Erawati

Komang Juli Erawati

kata kata bijaknya menyentuh banget

2022-12-14

0

Dani Aja

Dani Aja

mantap

2022-10-31

0

Tathy Taba

Tathy Taba

next

2022-05-20

0

lihat semua
Episodes
1 CHAP 1 : TRAGEDI
2 CHAP 2 : AYAH
3 CHAP 3 : KEPERGIAN
4 CHAP 4 : PANTAI
5 CHAP 5 : Keluarga baru
6 CHAP 6 : BELANJA
7 CHAP 7 : PERKENALAN
8 CHAP 8 : SEKOLAH
9 CHAP 9 : ANGGI
10 CHAP 10 : ANCAMAN
11 CHAP 11: FLASHBACK KISAH CINTA BARRA DAN VALLEN
12 CHAP 12 : WOODY
13 CHAP 13 : LOMBA
14 CHAP 14 : MERAJUK
15 CHAP 15 : MODUS
16 CHAP 16 : MISTERIUS
17 CHAP 17 : GENGSI
18 CHAP 18 : PANGERAN
19 CHAP 19 : PENYELAMAT
20 CHAP 20 : MALAM SENDU
21 CHAP 21 : ELEGANT
22 CHAP 22 : PERTEMUAN
23 CHAP 23 : PERTEMUAN 2
24 CHAP 24 : MENGUSIK
25 CHAP 25 : KAMU LAGI
26 CHAP 26 : TERBUKA
27 CHAP 27 : SALTING
28 CHAP 28 : BAHAYA
29 CHAP 29: BAHAYA 2
30 CHAP 30 : TERPESONA
31 CHAP 31 : STORY TELLING
32 CHAP 32 : KONYOL
33 CHAP 33 : TUDUHAN
34 CHAP 34 : TUDUHAN 2
35 CHAP 35 : HUKUMAN
36 CHAP 36 : PASAR MALAM
37 CHAP 37 : AWAL
38 VISUAL
39 CHAP 38 : VALLEN
40 CHAP 39 : ES KRIM
41 CHAP 40 : MAMA
42 CHAP 41 : OSIS
43 CHAP 42 : JEBAKAN
44 CHAP 43 : PERTOLONGAN
45 CHAP 44 : RENCANA
46 CHAP 45 : ELANG
47 CHAP 46 : HANGAT
48 CHAP 47 : WEEKEND
49 CHAP 48 : GEMES
50 CHAP 49 : TIMEZONE
51 CHAP 50 : PULANG
52 CHAPTER 51 : PENGAKUAN
53 CHAP 52 : PAPA
54 CHAP 53 : TERUNGKAP
55 CHAP 54 : TERJEBAK
56 CHAP 55 : LAUT
57 CHAP 56 : MESUM
58 CHAP 57: KABAR BURUK
59 CHAP 58: RAWAT
60 CHAP 59 : PENCULIK
61 CHAP 60 : GEDUNG KUMUH
62 CHAP 61 : MASA LALU DION
63 CHAP 62 : RUMAH SAKIT
64 CHAP 63: SADAR
65 CHAP 64: TAMAN
66 CHAP 65: PULANG
67 BARUUUU
68 CHAP 66: MANJA
69 CHAP 67: ISENG
70 Kabar baik
71 New story
72 CHAP 68: IZIN
73 CHAP 69: KEJUTAN
Episodes

Updated 73 Episodes

1
CHAP 1 : TRAGEDI
2
CHAP 2 : AYAH
3
CHAP 3 : KEPERGIAN
4
CHAP 4 : PANTAI
5
CHAP 5 : Keluarga baru
6
CHAP 6 : BELANJA
7
CHAP 7 : PERKENALAN
8
CHAP 8 : SEKOLAH
9
CHAP 9 : ANGGI
10
CHAP 10 : ANCAMAN
11
CHAP 11: FLASHBACK KISAH CINTA BARRA DAN VALLEN
12
CHAP 12 : WOODY
13
CHAP 13 : LOMBA
14
CHAP 14 : MERAJUK
15
CHAP 15 : MODUS
16
CHAP 16 : MISTERIUS
17
CHAP 17 : GENGSI
18
CHAP 18 : PANGERAN
19
CHAP 19 : PENYELAMAT
20
CHAP 20 : MALAM SENDU
21
CHAP 21 : ELEGANT
22
CHAP 22 : PERTEMUAN
23
CHAP 23 : PERTEMUAN 2
24
CHAP 24 : MENGUSIK
25
CHAP 25 : KAMU LAGI
26
CHAP 26 : TERBUKA
27
CHAP 27 : SALTING
28
CHAP 28 : BAHAYA
29
CHAP 29: BAHAYA 2
30
CHAP 30 : TERPESONA
31
CHAP 31 : STORY TELLING
32
CHAP 32 : KONYOL
33
CHAP 33 : TUDUHAN
34
CHAP 34 : TUDUHAN 2
35
CHAP 35 : HUKUMAN
36
CHAP 36 : PASAR MALAM
37
CHAP 37 : AWAL
38
VISUAL
39
CHAP 38 : VALLEN
40
CHAP 39 : ES KRIM
41
CHAP 40 : MAMA
42
CHAP 41 : OSIS
43
CHAP 42 : JEBAKAN
44
CHAP 43 : PERTOLONGAN
45
CHAP 44 : RENCANA
46
CHAP 45 : ELANG
47
CHAP 46 : HANGAT
48
CHAP 47 : WEEKEND
49
CHAP 48 : GEMES
50
CHAP 49 : TIMEZONE
51
CHAP 50 : PULANG
52
CHAPTER 51 : PENGAKUAN
53
CHAP 52 : PAPA
54
CHAP 53 : TERUNGKAP
55
CHAP 54 : TERJEBAK
56
CHAP 55 : LAUT
57
CHAP 56 : MESUM
58
CHAP 57: KABAR BURUK
59
CHAP 58: RAWAT
60
CHAP 59 : PENCULIK
61
CHAP 60 : GEDUNG KUMUH
62
CHAP 61 : MASA LALU DION
63
CHAP 62 : RUMAH SAKIT
64
CHAP 63: SADAR
65
CHAP 64: TAMAN
66
CHAP 65: PULANG
67
BARUUUU
68
CHAP 66: MANJA
69
CHAP 67: ISENG
70
Kabar baik
71
New story
72
CHAP 68: IZIN
73
CHAP 69: KEJUTAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!