Desiran suara ombak begitu lembut dan menenangkan masuk indra pendengaran. Langit jingga dan Alana seakan akan berlomba, perihal tentang siapa yang paling indah.
Alana berdiri menghadap lautan lepas, ia berdiri tegap dengan lengan yang di tautan ke belakang. Dagunya terangkat, matanya tertutup dan Alana menghirup udara dalam dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan.
Beban yang sedari di pikulnya, kini perlahan berjatuhan. Alana mulai mengikhlaskan sang Ayah dan semua kejadian buruk yang menimpanya. Alana tidak mau menghambat Ayahnya ke surga, karena dirinya belum mengikhlaskan Anton pergi, dengan segenap jiwa dan raganya, Alana ikhlas lahir dan batin atas kepergian Anton.
Sementara Barra terus memandangi Alana dengan tatapan yang penuh arti. Tidak sadar laki laki itu menciptakan ukiran indah di bibirnya, ia tersenyum manis seraya memperhatikan gerak gerik Alana. Barra berjalan mendekati Alana, sampai di sebelahnya.
"Al—
" Barra! coba kamu teriak deh, aku pastiin hati dan perasaan kamu pasti langsung tenang, keluarin semua beban yang ada di hati kamu. " Serobot Alana dengan santai dan tersenyum.
Barra mengerutkan kedua alisnya. Gak kebalik?! Harusnya lo bukan gue, Tapir.
Barra menatap Alana cukup lama." Ayo coba aja, aku udah beberapa kali ngelakuin itu, pasti berhasil. " Alana tersenyum seraya mengangkat alisnya satu kali.
"Coba nih?" Tanya Barra.
"Ya! Coba aja" Ujar Alana seraya mengangguk.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAA. Teriak Barra dengan suara beratnya.
"Wahh dada gue kek plong gitu. Thanks."
"Iya kan apa aku bilang."
"Coba sekarang giliran lo"
"Bener ni? Tapi tutup telinga ya, soalnya suaraku terlalu merdu." Ujar Alana seraya tertawa kecil.
Barra tersenyum, kemudian menutup telinganya.
Aaaaaaaaaaaaaa.
Barra seketika mengernyit, teriakan Alana begitu menusuk di indra pendengarannya. Suara nya begitu cempreng dan berisik.
" Dah udah udah, lo makan toa ya?! Nusuk banget di telinga gue."
Tiba tiba Alana menyipratkan air pada baju Barra, membuat Barra terkejut karena ulahnya, baju Barra basah.
"Al, baju gue basah!"
"Bodo amat, wleeee" Alana lari meninggalkan Barra. Barra pun berlari, berniat membalas Alana.
Barra pun menyipratkan air ke baju Alana, ya... Seperti serial serial drama korea, ketika di pantai. Pasti saling menyipratkan air satu sama lain, dengan tertawa dan di akhiri dengan berbaring di pantai bersebelahan. Begitulah sekarang Barra dan Alana, agak lebay sih tapi romantis.
Alana berbaring, dengan tangan kiri Barra sebagai bantalan,begitul pula Barra, tangan kanannya sebagai bantalan. Keduanya menetralkan nafas agar normal kembali, mereka berdua kelelahan saat main kejar kejaran tadi dan mereka tertawa bahagia.
Ehem
"Al gue boleh nanya gak?" Yang asalnya Alana menghadap langit, saat mendengar Barra, ia langsung mengubah posisi, Alana menghadap Barra, ia mengesampingkan tubuhnya agar ia bisa melihat wajah Barra.
Barra melirik di ujung matanya, jantungnya dag did ser saat mendapati wajah Alana yang jaraknya hanya sejengkal dari wajahnya. Kalo di perhatikan Alana cantiknya natural, tanpa memakai polesan make up sedikit pun, wajahnya terlihat bersih dan berseri.
Bulu mata yang lentik, bibir yang mungil, dan pipi yang merah merona alami, menambah kecantikan Alana. Barra masih tidak bisa menormalkan detak jantungnya, Barra harap Alana tidak mendengar suara dag dig dug yang berasal dari jantungnya.
"Boleh nanya aja." Ujar Alana dengan santai.
"A—Apa yang buat lo bisa sekuat dan setegar ini?" Ujar Barra dengan hati hati.
Mendengar pertanyaan itu, Alana mengubah posisinya ke semula dan bersedekap dada, seraya melihat langit senja yang begitu indah.
"Ayah!"
" Sebenarnya, perihal tentang berdamai dan memaafkan. Aku harus belajar lebih banyak lagi, harus menahan ego dengan kuat dan masih butuh bimbingan. Tapi sekarang sumber kekuatan dan gurunya sudah pergi."
" Aku sudah punya janji dengan Ayah, bahwa aku akan jadi anak yang Ayah harapkan, karena Ayah sudah bekerja keras mencari nafkah untuk membesarkan aku. Mulai sekarang aku harus bertahan dan berjuang sendiri, tanpa adanya sumber kekuatan di samping ku." Kali ini, air matanya menetes dengan sopan, tidak lagi deras seperti kemarin.
Barra kelabakan saat melihat bilur bulir kristal yang mulai berjatuhan dari mata Alana." Bu—bukan maksud gue—
"Santai aja" Alana menoleh pada Barra.
" Ngga! lo gak sendiri. Mulai sekarang kan ada gue yang bakal nemenin lo—ehh—ada Kyra, mama, dan papa. Kayanya kita bakal banyak belajar dari lo deh. Gue liat dari kejadian kemarin, gue percaya kalo malaikat tanpa sayap itu ada. Ayah lo keren banget, bisa memaafkan dan berdamai secepat itu, gue salut banget ." Ujar Barra menguatkan dan meyakinkan Alana.
Alana tersenyum, ada satu pertanyaan di kepalanya yang ia yakini kalau jawabannya hanya Tuhan lah yang tahu.
" Bahkan aku sempet bingung, sebenarnya hati Ayah tuh terbuat dari apa? Bisa sekuat itu. Aku pengen banget kayak dia, mau sesusah apa hidupnya. Dia pasti tersenyum dan terus menyebarkan energi positif pada orang di sekelilingnya.
Barra mendengar omongan Alana dengan seksama, namun, ia penasaran akan satu hal.
Waww
"Ohh iya, sorry nih ya, gue cuma pengen tau. Apa yang membuat lo bisa ikhlasin bokap lo secepat ini? Menurut gue lo dan Ayah lo manusia yang luar biasa dan hatinya terlalu kuat dalam hal yang menyangkut hidup dan mati."
Alana sangat senang ketika mendengar pertanyaan yang menyangkut ikhlas dan sabar, karena ia mempunyai ilmu tersebut dari sang Ayah. Mubadzir menurutnya, kalau ilmu itu di telannya sendiri, tanpa di bagi pada orang lain.
" Aku bisa Ikhlas karena Ayah, dulu ayah ngejelasin waktu aku sering nanya dan nangis kalau liat foto ibu, aku sering menyalahkan diri aku, karena Ibu meninggal gara gara ngelahirin aku dan aku selalu ingin ibu hidup kembali. "
" Ayah ngejelasin, Kalau kita belum mengikhlaskan seseorang yang sudah pergi dan terus menangisinya. Kita akan menghambat perjalanan beliau ke surga, kita juga akan membuatnya tersiksa karena urusan dunianya belum selesai yaitu aku terus nagisin Ibu. Jadi, saat itu aku perlahan mengikhlaskan ibu, kalau aku kangen atau ingat ibu, aku selalu berdoa. Dan hal itu membuatku merasa lebih baik."
" Kata Ayah juga, bukan salah aku ibu meninggal. Karena, yang ingin ada aku di dunia ini bukan aku, tapi ayah dan ibuku. Jadi, Ayah selalu bilang, jika ada kejadian buruk yang menimpa kita. Jangan sesekali menyalahkan pelakunya, kita harus percaya bahwa itu memang sudah takdir kita. Takdir itu sudah tertulis dari sebelum kita lahir. "
Jelas Alana panjang lebar, Alana merasa bangga ia mampu mengingat semua nasihat nasihat yang di katakan Anton, bahkan nasihat itu akan abadi dalam ingatannya.
Alana mengerutkan alisnya, ketika sadar ia tidak mendengar suara Barra. Bahkan Barra tidak bergerak. Alana menoleh pada Barra, ternyata Barra tidur. Mungkin Barra merasa di dongengi oleh Alana, padahal itu ada hal yang penting. Kenapa Barra bisa tidur seperti ini sih?!
Alana bangkit dan duduk di samping Barra, mengguncangkan tubuh Barra agar terbangun.
Dih kebo, story telling segitu aja tidur.
"Barraaaa bangunnnn, ayo pulang, udah mau gelap ini." Barra hanya menggeliatkan tubuhnya, tanpa membuka matanya. Matahari sudah hampir tenggelam, Alana sangat takut kegelapan, gadis itu harus segera pulang. Apalagi jalur yang di lewatinya penuh pepohonan besar.
" BARAAAAA BANGUNNNNN" Teriak Alana tepat di telinga Barra. Membuat Barra seketika terkesiap, karena saking kencangnya suara Alana.
"Aaaaa, Markonah! Lo punya adab kek kalo bangunin. Kuping gue pengang ini, kalo gue budeg, mau lu tanggung jawab, HAH!" Ujar Barra dengan mengusap ngusap telinganya.
Alana hanya menyeringai melihat Barra seperti itu. "Lagian, kamu di bangunin susah banget sih. Udah mau gelap ini, ayo pulang... Tante Agatha, Om Damar sama Kyra takutnya udah ada di rumah aku." Alana memilin kan baju bagian bawahnya.
Tanpa mengindahkan perkataan Alana, Barra langsung melengos pergi. Alana berlari kecil di belakang Barra, karena langkah kaki laki laki itu bisa 3 langkah kaki Alana. Bisa di bayangkan kan seberapa cepat dan panjang kaki Barra? Ya! Dia seperti titan, tinggi sekali. Bahkan Alana tidak sampai bahu Barra tingginya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...jika ada kejadian buruk yang menimpa kita. Jangan sesekali menyalahkan pelakunya, kita harus percaya bahwa itu memang sudah takdir kita. Takdir itu sudah tertulis dari sebelum kita lahir....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Love you bestie 💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Komang Juli Erawati
kata kata bijaknya menyentuh banget
2022-12-14
0
Dani Aja
mantap
2022-10-31
0
Tathy Taba
next
2022-05-20
0