Saat sudah sampai di rumah, ternyata benar keluarga Barra sudah ada. Mereka menunggu di depan rumah Alana, sepertinya mereka bermain cukup lama di pantai tadi.
Damar, Agatha, dan Kyra tersenyum saat melihat ekspresi Alana yang begitu bahagia. Namun, berbeda lain hal dengan Barra, wajahnya di tekuk. Karena masalah Alana yang teriak di telinga.
Telinga Barra sampai kini di Kabar kan masih pengang, pelakunya watados dan tersenyum pada keluarganya. Ingin rasanya Barra menjintak sekali saja kepala Alana.
"Ehh Om, Tante, Kyra, sudah lama nunggu nya? Maaf tadi Al ajak Barra ke pantai."
"Ahh tidak, kita baru sampai kok. Barang kamu sudah siap, Nak? Jadwal pesawat kita sebentar lagi, kita berangkat sekarang yuk." Ujar Agatha seraya merangkul bahu Alana dan membantu Alana mengambil barang barang.
Kyra yang sedari tadi memperhatikan Barra, ia sadar bahwa ada sesuatu yang terjadi pada mereka. Kyra mendekat pada Barra dan bergelayut di lengannya.
" HEH! Muka lu kenapa di tekuk gitu Bang? Gak mungkinkan lo ngapa ngapain Kak Al, Kan? " Kyra menelisik Manik hitam milik Barra dengan serius, membuat Barra menarik mundur wajah nya agar tidak terlalu dekat dengan Kyra.
Barra memutar bola matanya malas dan bersedekah dada.
" Lo gak bisa bedain ekspresi seneng sama kesel ya? Mana ada gue apa apain tuh bocah, yang ada gue yang di apa apain sama dia."
"Aaa... lo pasti nyari kesempatan ya sama dia, makanya lu di apa apain?" Ejek Kyra.
Tanpa menjawab pertanyaan Kyra, Barra berjalan menuju mobil. "Ish" Kyra bersungut kesal, karena Barra tidak mempunyai kode etik pada adik yang sangat baik dan pendiam ini.
Setelah cukup lama menunggu Alana dan Agatha, mereka akhirnya keluar dengan sebuah tas yang cukup besar. Entah apa yang di bawa Alana, padahal mereka bilang akan membeli an semua keperluan Alana ketika di Jakarta agar tidak terlalu banyak barang yang di bawa.
Namun Alana rasa semua barang yang di belikan Ayahnya begitu penting, Alana pun entah kapan bisa pulang ke rumahnya lagi. Karena ia akan sekolah di sana dan menetap bersama keluarga barunya.
Setelah ritual cukup lama akhirnya pergi meninggalkan kediaman Alana. Alana terus memandangi rumah yang begitu banyak kenangan bersama Ayahnya. Tidak sadar gadis itu meneteskan bulir bulir bening dari pelupuk matanya. Seseorang yang di sampingnya menoleh dan mengusap air mata Alana.
"Nanti kalau kamu ingin pulang ke rumah bilang aja, kita pasti anterin kamu kok. Sekalian liburan lagi kesini." Agatha tersenyum seraya mengelus puncak kepala Alana.
"Kakak jangan khawatir, Kyra akan ada 24 jam buat kakak, biar gak akan berpaling sedikit pun." Ujar Kyra dengan ceria, membuat senyuman indah pada wajah Alana.
Alana bersyukur mendapat keluarga baru yang sangat ramah ramah, tapi ada satu yang tidak ramah yaitu Barra, cowok yang paling ngeselin menurut Alana. Padahal baru beberapa hari kenal tapi sudah buat Alana dengan Raut wajah yang dingin dan jarang ada senyuman di bibirnya. Alana gemas, ingin sekali ia mencomot bibir Barra.
Alana menoleh ke kanan dan ke kiri. "Terimakasih Tante, Kyra."
Agatha mengerutkan alisnya menatap Alana tidak suka. "Tante kenapa?" Alana saat menyadari perubahan ekspresi Agatha.
"Mulai sekarang kamu harus panggil Mama, kalau panggil Tante lagi, di pastikan Mama tidak akan mau bicara sama kamu." Alana tersenyum, ia merasakan kehangatan di hatinya. Kemudian mengangguk lalu Agatha memeluk Alana dengan sangat lembut.
...****************...
Setelah perjalanan cukup lama mereka akhirnya sampai di rumah, dengan Raut wajah yang kelelahan. Walaupun selama di pesta mereka tidur, tetap saja sampai rumah mereka merasakan lelah.
Koper dan tas mereka sudah di bawa oleh pembantu dan mereka kini berada di ruang tamu. "Al, sekarang kamu pilih. Mau kamar sendiri atau satu kamar dengan Kyra? Sebenarnya ada satu kamar yang sudah om siapkan, om hanya takut kamu belum terbiasa tidur." Tanya Damar pada Alana.
Walaupun Alana anak yang kuat, tapi ia juga anak yang penakut. Sampai sampai ia selalu tidur bareng Anton, tidak pernah mu tidur sendiri. Alana menoleh pada Kyra, ia melihat ekspresi yang seperti memohon dan memintanya agar satu kamar dengannya. Dalam hatinya pun Alana tidak mau kamar sendiri, apalagi di rumah sebesar ini, terlalu luas katanya.
"Alana satu kamar dengan Kyra aja deh, boleh kan Kyra?"
"Yeeeee.... Akhirnya gak sendiri lagi. Bolehhh banget dong Kak, Kyra seneng banget." Kyra meloncat dari kursinya dan dengan cepat memeluk Alana karena kegirangan.
"Kyra Kyra, kakak gak bisa nafas" Alana merasa sesak, karena Kyra terlalu kencang memeluknya.
"Ahh, maaf kak. Habisnya Kyra seneng, akhirnya punya kakak cewek baik lagi. Gak kaya yang onoh." Kyra langsung melepaskan pelukannya dan memajukan dagunya untuk menunjuk pada Barra yang sedang bersedekap dada di sofa.
Barra hanya menatap Kyra dengan tanpa ekspresi apapun, hanya Barra dan Tuhan yang tahu apa yang sedang di pikirkan laki laki kulkas 38 pintu itu. Kyra melotot pada Barra, karena ia sangat tidak suka dengan tatapan Barra yang satu ini. Menurutnya itu adalah ekspresi yang halal untuk di elus pipinya dengan kencang sampai panas, kemudian di tampar hingga bunyi plak sampai berwarna merah merona. Namun nyali ya terlalu ciut untuk melakukan hal itu.
Lagi lagi Kyra mengejek Barra.
" Sudah sudah, ayo kita istirahat. Kalian pasti cape kan selama perjalanan tadi, ayo sekarang kita masuk kamar masing." Agatha menengahi keributan batin antara Barra dan Kyra. Hanya dengan menatapnya, Agatha bisa di pastikan tidak berselang lama akan ada suara kegaduhan yang mereka ciptakan.
Mereka hanya mengangguk dan membalikkan badan untuk pergi menuju kamar. Namun Agatha berhenti dan menghadap Alana.
"Oh iya Al" Suara Agatha, membuat semuanya terhenti dari langkahnya dan menoleh pada Agatha.
"Besok kita belanja untuk keperluan kamu ya, kamu boleh pilih apa yang kamu mau. Sekalian mama mengajak kamu berkeliling Jakarta, agar kamu tau indahnya Jakarta seperti apa."
"Aku ikut Ma" Serobot Kyra.
"Baik, Tan—. Baik Ma"
Setelah selesai, sekarang semuanya benar benar menuju kamarnya. Alana terpesona saat melihat isi kamar Kyra yang begitu cantik dan luas, dengan warna putih dan barang yang berwarna dominan monokrom, menambah kesan aesthetic dalam kamarnya.
Kyra wanita yang manis dan lucu, namun soal kesukaan dia paling suka yang terlihat kalem dan aesthetic, warna warna itu sangat enak di pandang. Menurutnya sangat adem, tidak terlalu mencolok dan enak di pandang.
"Waw... Kamu tidur sendiri di kamar sebesar Ini, Ky?"
"Iya, makanya aku sering kesepian di kamar. Tapi sekarang aku gak akan kesepian lagi karena udah ada kak Alana disini." Kyra langsung memeluk Alana dan ia pun membalas pelukan Kyra.
Setelah cukup lama berbincang bincang dan matahari pun mulai terbenam, keduanya beranjak dari kasur dan mengambil handuk yang tersampai di pinggir kamar mandi. Kyra pergi keluar kamar, ia akan mandi di kamar mandi tamu dan Alana mandi di kamar Kyra, itulah kesepakatan yang di berikan Kyra.
Setelah beres mandi, Alana merasa haus, ia melihat gelas Kyra kosong. Alana berinisiatif mengambil air ke dapur. Ia keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Akhirnya gelasnya sudah terisi penuh, Alana kembali menuju atas ke kamarnya.
Dug!
"aaaaaa basahhhh" Alana spontan berteriak, karena baju nya basah ketumpahan air dan gelasnya kosong.
Alana menabrak dada bidang milik Barra, ia menoleh ke atas dan benar saja raut wajah Barra sangat seram. Alisnya menaut, matanya tajam dan menelisik Manik hitam milik Alana.
"Jalan pake mata gak sih? ." Ucap dingin yang di lontarkan Barra.
Alana mengerutkan keningnya, perasaan yang jalannya gak bener Barra deh bukan Alana, karena jalan Alana santai tapi jalan Barra yang terburu buru sehingga membuat airnya tumpah. Biasa wanita, selalu mencari pembenaran dalam setiap kesalahannya hahahaha
"Jalan pake kaki lah, kalo pake mata ya gak bisa" Nge les Alana.
KAK ALLLLL
"udah awas minggir, adik kesayangan aku manggil tuh." Alana langsung melengos meninggalkan Barra. Namun dengan secepat kilat Barra menarik lengan Alana dengan kencang, membuatnya terpental ke dalam pelukan Barra.
Mata Alana membelalak, kemudian mereka berada pandang. Barra menatap Alana dengan begitu lekat dan merengkuh pinggang Alana. Alana terpaku melihat ketampanan yang sangat nyata di depan nya, ia baru menyadari kalau Barra laki laki yang begitu tampan.
"Lo belum minta maaf, liat baju gue basah" Ucapan Barra menyadarkan Alana dari alam bawah sadarnya. Alana dengan cepat keluar dari pelukan Barra, karena sekarang jantungnya sudah tidak aman, seraya akan meloncat keluar.
"Ba—baju aku juga basah, liat! Jadi impas dong gak usah minta maaf. Kan kamu yang nabrak" setelah berucap, Alana lari dengan cepat meninggalkan Barra.
Barra masih berdiri di tempatnya, tidak sadar senyuman tipis di wajah nya itu muncul saat melihat tingkah lucu Alana. Barra mampu melihat dengan jelas di mata Alana terdapat rasa gugup dan salah tingkah.
Saat sadar Barra langsung memalingkan wajahnya dan melakukan niat awal menuju dapur. Apa sih Bar?! Vallen lebih cantik dari dia gila! gak usah terpana gitu bodoh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...*Kadang seseorang tidak menyadari ada rasa cinta yang bersemayam di hatinya, karena rasa gengsi yang amat besar!...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ*...
Love you bestie 💋 jangan lupa ninggalin jejak yaaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Tathy Taba
kenapa tidur terpisah
2022-05-20
1
༄༅⃟𝐐 Melina Ayu
harusnya suami istri tidur satu kamar 😁😁
2022-04-26
1
Suzieqaisara Nazarudin
lho kok Alana tidur bareng kyra sih,kan udah nikah ama barra ya...
2022-04-12
1