Cahaya lampu menyoroti mata indah milik gadis yang terbaring di atas brankar. Kepalanya terasa sangat pening dan tubuh nya masih merasa lemas. Alana kemudian mengangkat tubuh, mengubah posisi, ia masih belum sadar 100%.
Kedua alisnya mengerut dan melihat sekitar yang di penuhi oleh alat alat medis dan tembok yang seluruhnya berwarna putih.
“Di mana ini? “ Tanya Alana pelan, seraya berusaha memulihkan kepalanya yang terasa pening.
Mata nya melebar dan teringat sesuatu. “A—AYAHHH” Alana turun dari brankar dan berjalan dengan tertatih tatih, ia berusaha keluar dan mencari Anton. Seseorang di luar menahan tubuh Alana, pemuda itu melihat jalan Alana yang begitu sempoyongan. Barra meraih tangan Alana, ketika gadis itu akan tersandung.
“Siapa kamu?! Lepasin tangan saya! “ Ujar Alana dengan Ketus. Matanya merah dan tangannya pun masih gemetar. Laki laki itu pun melepaskan pegangannya, membiarkan Alana pergi. Barra menatap Alana dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
Alana yang berteriak dan berlari seperti orang kesetanan, membuat suster menghambur pada dirinya. Alana membuat rumah sakit gaduh, keluarga pelaku hanya bisa menatap Alana dengan sedih. Mereka tidak bisa berbuat apa apa.
Alana bersimpuh, dengan tangan di lantai yang menopang badannya. Ia menunduk, tidak bisa menahan air mata yang terus menerus mengalir, saat melihat sang Ayah terbaring tidak sadarkan diri dan penuh dengan alat di tubuhnya. Alana tidak kuat, melihat Anton dengan keadaan seperti itu.
Suster sedari tadi memeluk dan mengusap punggung Alana, mereka sangat iba pada Alana.
“Ayah... Jangan tinggalin, Al. Kalo Ayah pergi nanti, Al, sama siapa Yah? Ayahhhhh, plisss bangunnnnnn. “ Penampilan Alana sangat berantakan. Suaranya begitu terdengar menyakitkan, parau dan serak, bahkan suara Alana hampir habis, harus mengeluarkan tenaga lebih hanya untuk berbicara.
Tiba tiba seorang dokter keluar dan memanggil Alana. “Saudari Alana? Silakan anda masuk ke dalam, Bapak Anton sudah sadar kan diri. “ Tanpa pikir panjang Alana pun bergegas masuk ke dalam ruangan di ikuti oleh seorang laki laki paruh baya di belakangnya.
Alana menghambur, memeluk Anton. Anton pun tersenyum, entah kenapa Alana melihat senyuman itu sungguh menyakitkan. Alana menangis di dada bidang milik Anton, Anton hanya mengelus puncak kepala Alana.
“Sudah sudah jangan nangis sayang, lihat cantiknya jadi hilangkan.” Ujar Anton seraya melepaskan pelukan Alana dengan perlahan dan menatap wajah cantik yang berada di hadapannya.
Anton mengusap pipi Alana dengan ibu jarinya dengan lembut. Alana memegang lengan Anton yang berada di pipinya dan menutup matanya, merasakan kelembutan dan kehangatan tangan malaikatnya itu, tanpa berhenti air matanya terus mengalir.
“Al... Ingat apa yang selalu Ayah katakan?” Tanya Anton dengan tatapan yang santai, seakan tidak terjadi apapun. Alana membalas dengan anggukkan. Anton mengangkat sebelah alisnya tanya bertanya ‘apa?’ pada Alana.
“Ki—kita harus sa—sabar dan ikhlas, ke—tika sesuatu menimpa atau terjadi pada ki—kita. Ti—tidak boleh menya—lahkan siapapun, itu berarti sudah tak—dir yang sudah Tuhan beri pada kita. “ Ujar Alana dengan sudah payah, menyebutkan nasihat yang selalu Anton bicarakan. Alana sekuat tenaga menahan rasa sesak yang menjalar di dadanya.
Anton tersenyum, “ Berdamai dan memaafkan adalah hal paling mulia di dunia ini, keduanya mampu mengalahkan apapun. Jadi, kamu tidak boleh menyalahkan siapapun ya, jikalau terjadi sesuatu pada Ayah. Janji? “ Anton mengangkat jari kelingkingnya pada Alana dan Alana pun dengan perlahan menautkan jarinya kelingkingnya pada Anton.
Kini suasana mulai tenang, Alana mulai terkontrol emosinya. Nasihat sang Ayah adalah obat yang paling mujarab baginya, ia bisa seketika tenang setelah mendengar ceramah ceramah yang di keluar dari mulut sang Ayah.
Sedangkan di sisi lain, Kyra pelaku penabrakan Anton, tidak henti hentinya menangis. Ia takut di penjara, pasalnya ia baru berusia 16 tahun. Masa depannya masih panjang, ia tidak mau mendekam di balik jeruji besi.
“Mah... Abang... Gi—gimana kalo Kyra di penjara? Kyra gak mau... “ Ujar Kyra di dalam pelukkan Agatha. Barra selaku Abang, hanya bisa menemani dan menenangkan Kyra. Barra sedari tadi mengelus puncak kepala Kyra, berharap ada suatu keajaiban yang terjadi pada adiknya.
Alana tidak melepaskan genggamnya, ia terus menautkan jari jari lentiknya di jari besar milik Anton. Sementara di belakang Alana, ada laki laki paruh baya yang memperhatikan interaksi keduanya. Laki laki itu sering kali tersenyum, melihat Ayah dan Anak itu berbicara dengan sangat tenang dan sangat harmonis.
“Al, boleh keluar sebentar? Ayah mau bicara dengan Om yang ada di belakang kamu.”
“Tapi Yah—
“Sebentar saja, ada hal yang harus Ayah bicarakan.” Alana mengangguk pasrah, apa boleh buat. Perintah Anton sama sekali tidak bisa Alana bantah. Alana berjalan menuju pintu, dengan berat hati ia harus meninggalkan Ayahnya, karena permintaan Anton.
Suasana canggung menyelimuti Anton dan Damar selaku Ayah dari Kyra. Damar tidak berani berbicara, lidahnya kelu secara tiba tiba. Melihat Alana yang sangat terpukul, ia pun merasa bersalah.
Detik jam terdengar, karena begitu sunyi di ruangan tersebut.
Ekhem
“Bagaimana keadaan putri anda, Tuan?” Anton berdeham dan memulai obrolan yang sedari tertahan.
Damar tersentak, mendengar pertanyaan yang di ajukan oleh Anton pada dirinya. Dalam kondisi seperti ini pun, beliau masih sempat sempatnya menanyakan keadaan Kyra.
Sungguh mulia hatinya.
Damar mendekat pada brankar Anton. Anton tersenyum dan menatap Damar dengan ekspresi yang tidak bisa di artian, tatapan yang menurut Damar memang menenangkan.
“Pu—putri saya baik baik saja.” Seketika Damar bersimpuh di samping brankar dan memohon.
“Tolong maafkan putri saya, jangan bawa kasus ini ke ranah hukum. Saya akan bertanggung jawab seluruhnya, bahkan saya bersedia menanggung biaya hidup Bapak Anton dan putri Bapak. Saya akan melakukan apapun untuk Kyra, kalau perlu saya saja yang di masukkan ke penjara, jangan putri saya.”
Ujar Damar dengan cepat, karena rasa takut di hatinya begitu besar. Ia takut akan masa depan putrinya dan tidak tega kalau ia harus melihat putrinya mendekam di penjara.
Anton mengerutkan dahinya, ia tidak suka ada orang yang bersimpuh bahkan memohon padanya. Menurutnya Anton tidak pantas mendapatkan itu, karena ia bukan Tuhan ataupun manusia suci. Anton mampu merasakan kasih sayang begitu besar di hati Damar, melihat Damar yang berani bersimpuh, bahkan menurunkan harga dirinya di hadapan Anton, ia merasa tergerak hatinya.
“Tuan! Tolong bangun. “ Namun, Damar tidak kunjung mengangkat tubuhnya. Membuat Anton harus tega sedikit pada Damar. Karena kalau tidak begitu, Damar tidak kunjung bangun.
“Tuan! Tolong bangun. Saya tidak akan memaafkan, Tuan, jika Tuan terus seperti itu!” Ujar Anton dengan nada yang tegas. Membuat Damar dengan perlahan mengangkat tubuhnya, namun ia masih menundukkan kepalanya. Damar hanya berdiri di samping kursi.
“Tuan, silakan duduk dan angkat kelapa Tuan, saya tidak suka ada orang yang menundukkan kepalanya pada saya, padahal saya bukan siapa siapa.” Damar mendarat kan bokongnya dan menatap Anton dengan rasa gugup.
Anton menarik dan mengeluarkan nafasnya dengan perlahan, bersiap untuk memulai pembicaraan yang serius pada Damar.
“Tuan, saya sudah memaafkan putri, Tuan. Dan saya pun tidak ada sedikit pun niat untuk membawa kejadian ini pada hukum. Saya hanya meminta satu permintaan—
Uhukk Uhukk
Anton terbatuk berat. Dengan sigap Damar memberi minum yang ada di atas nakas.
“Silakan apapun akan saya kabulkan. “
“Saya dari dulu ingin sekali mengucapkan ijab kabul untuk putri saya. Saya tidak tahu saya akan sembuh atau Tuhan berkehendak lain. Saya hanya ingin menikahkan putri saya.” Jelas Anton. Membuat hati Damar sedikit merasa tenang.
“Baik, saya akan mengatur akad secepat mungkin. Kebetulan saya mempunyai mempunyai anak laki laki kurang lebih seumuran dengan anak Bapak. Saya janji, paling telat besok akad akan terlaksana.”
Anton tersenyum bahagia mendengar itu. Anton memang tidak menampakkan seberapa rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Dengan keras Anton menutupi itu.
Di sisi lain Alana yang baru saja keluar dari ruangan Anton dan gadis itu duduk di kursi, tiba tiba seorang gadis cantik merengkuh kakinya. Gadis itu menangis dan memohon pada Alana.
“Kakak tolong maafin Kyraaaa. Kyra gak sengaja—Kyra janji mulai sekarang akan mendengarkan apa kata Abang dan Mama. Kakak tolonggggg Kyra gak mau di penjaraaaaa.” Tangisan pun pecah, Barra dan Agatha menyaksikan Kyra memohon pada Alana.
Alana yang tadi sudah tidak menangis, kini air matanya kembali membasahi pipinya. Alana dengan cepat menyeka air matanya dengan kasar. Kemudian ia menurun kan badannya dan merengkuh badan Kyra menuju kursi yang ada di dekatnya. Tubuh gadis itu sangat lemas dan tidak berani menatap Alana.
Alana menatap Kyra dengan tenang, Alana memang sudah memaafkan pelaku, ia pun tidak menyangka, bahwa seorang gadis kecil yang melakukannya.
“Sudah gak perlu nangis lagi, kakak sudah memaafkan kamu kok. Pastinya juga Ayah kakak pun sama. Sekarang tolong angkat wajah kamu dan tatap kakak.” Kyra dengan sangat ragu mengangkat wajah dan menatap Alana, gadis itu merasa tidak berhak menatap malaikat di hadapannya.
“Kamu janji ya sama kakak, kalo kamu akan jadi anak yang baik dan nurut sama orang tua kamu. Bahkan dengan kakak kamu. Kakak sudah berusaha sekuat tenaga kakak, untuk berdamai dengan hati ka—kakak.” Air mata kembali keluar, dengan cepat Alana menarik Kyra ke dalam pelukannya.
Hati Alana tidak sekuat Ayahnya, ia tidak bisa menahan sesak di dadanya. Ketika melihat Kyra, penyebab kecelakaan yang Anton alami. Alana ingin sekali memaki dan menghina Kyra, namun ia terpikir akan sosok Anton yang selama ini membuatnya kuat.
Alana menangis kembali dalam pelukan Kyra, begitu pun dengan Kyra. Rasa bersalah yang amat besar, seakan meremas hati Kyra hingga sesak menjalar di dadanya. Begitu juga dengan Alana, rasa takut akan kehilangan yang sangat amat besar, membuatnya dadanya begitu sesak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...... “ Berdamai dan memaafkan adalah hal paling mulia di dunia ini, keduanya mampu mengalahkan apapun, bahkan dapat merubah hidupmu. "......
Love you bestie 💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Isnaya faniati
Thor baca part ini sedih banget
2024-01-25
0
712 A.S
ya allah baperr aku
2023-01-08
0
Dani Aja
setuju
2022-10-31
0