DTPH 02 : Janji Wisnu Kunto Aji

Wisnu PoV

Semua manusia yang tinggal di bumi ini pasti pernah merasakan apa itu penyesalan. Sebentuk rasa yang datang di akhir dan tidak akan pernah bisa diputar, diulang, dan diperbaiki kembali. Serta mungkin hanya menyisakan sebuah angan untuk dapat memutar dan mengulang kembali, namun itu semua hanyalah kemustahilan semata. Ya, saat ini aku tengah merasakan penyesalan itu.

Hari ini, tepat hari ke tujuh oma Widuri meninggalkanku. Jika sebelumnya akulah yang meninggalkan beliau di saat aku pindah ke Surabaya, kini beliau lah yang meninggalkan aku untuk menghadap Tuhan. Jika kepergianku saat itu bisa kembali, namun kepergian oma sungguh tidak akan pernah bisa kembali lagi. Karena memang aku dan oma sudah berada di sebuah kehidupan dan tempat yang berbeda.

Tubuh yang berbalut bathrobe warna putih ini aku bawa untuk mendekat ke arah jendela lebar yang berada di sudut kamar. Dari tempat ini, aku bisa melihat dengan jelas suasana yang tersaji di luar sana. Suasana malam yang terasa begitu hening dan menenangkan, yang seketika hanya menyisakan seberkas rasa damai yang memeluk raga. Meski didera oleh rasa lelah dan kantuk yang luar biasa setelah perjalanan dari Jogja, namun aku sungguh masih ingin menikmati suasana malam hari ini dari balik jendela kamar.

Sebelumnya, rumah besar peninggalan oma ini terasa begitu ramai kala Dewa, Mara serta Nendra masih tinggal bersamaku. Namun, seketika berubah seratus delapan puluh derajat kala mereka memilih untuk pindah ke kota Jogja. Sebuah kota yang kata adikku merupakan kota impian di mana akan ia habiskan masa tuanya di sana. Kota asal seorang wanita yang begitu ia cintai. Siapa lagi jika bukan sang istri, Nismara Dewani Hayati.

Aku menarik nafas dalam-dalam. Mengisi rongga-rongga dadaku yang terasa sedikit sesak dengan oksigen. Keheningan rumah ini semakin menyeretku untuk kembali meluruh ke masa-masa pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Pastinya jejak-jejak kepahitan yang disisakan oleh mantan istri.

Tidak pernah aku sangka jika wanita yang selama ini aku nikahi adalah salah satu wanita ular yang berhasil memporak-porandakan kehidupanku. Wanita yang sangat aku cintai bahkan melebihi rasa cintaku terhadap diriku sendiri justru menjadi seorang wanita yang paling dalam menancapkan luka dalam dada. Bukan hanya aku saja yang terluka, namun juga semua anggota keluarga terlebih kehadirannya lah yang menjadikan satu-satunya sebab kepergian oma untuk selamanya.

Ambisinya untuk menguasai harta oma yang membuat mantan istriku buta. Buta, jika sesungguhnya harta itu hanyalah sebuah titipan yang tidak akan pernah dibawa ketika pulang ke pangkuan Tuhan. Harta yang selama ini menjadi ambisi dalam hidupnya, kini harta pulalah yang juga menyeretnya untuk mendekam di balik penjara.

Aku sedikit mengacak rambutku kasar. Apa yang pernah aku lalui bersama Dira, justru semakin membuatku berpikir jika tidak ada wanita di dunia ini yang tulus mencinta. Semuanya terbukti, di saat aku berupaya mati-matian untuk membahagiakan Dira dengan cinta yang aku miliki, ia justru memiliki sebuah niat buruk untuk menguasai apa yang oma miliki. Dan yang lebih tidak pernah aku sangka, ia memiliki segudang cara dan rencana untuk menjalankan itu semua, hingga pada akhirnya oma lah yang menjadi korban dari keserakahan dan ketamakan seorang wanita yang bergelar istri.

Kupandang hamparan langit yang menghitam di atas sana. Kulihat wajah oma terbias di sela awan tipis yang berada di sana. Bias wajah yang semakin menyeretku dalam perasaan bersalah karena telah salah memilihkan cucu menantu untuk beliau. Untuk menebus semua rasa bersalahku itu, aku mengucap sebuah janji untuk menutup pintu hati. Tidak akan pernah aku buka untuk siapapun lagi.

🍁🍁🍁🍁🍁

Author PoV

"Silakan dinikmati sarapannya Tuan!"

Sarapan pagi dengan menu nasi pecel lengkap dengan telur mata sapi dan rempeyek kacang, telah tersaji di atas meja makan. Terlihat mbok Darmi masih sibuk kesana kemari, padahal pekerjaannya untuk membuat sarapan pagi sudah selesai.

"Mbok, duduklah di sini!"

Mbok Darmi yang baru saja akan menuju dapur, seketika menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik badan dan mendekat ke arah Wisnu yang tengah duduk anteng di kursi makan.

"Ya Tuan? Apa masih ada yang Tuan perlukan? Mungkin Tuan Wisnu ingin lauk ayam goreng? Tempe atau tahu?"

Wisnu hanya tergelak lirih. Padahal ia sengaja memanggil mbok Darmi bukan untuk sibuk lagi. "Tidak Mbok, lauk telur mata sapi ini sudah cukup. Aku memanggil mbok Darmi untuk menemani aku sarapan pagi."

Darmi terperangah kala mendengar majikannya memintanya untuk menemaninya sarapan pagi. Asisten rumah tangga yang sudah puluhan tahun ikut di keluarga ini pun hanya bisa tersenyum kikuk. "Tapi Tuan, apakah pantas simbok ikut sarapan pagi di meja makan ini? Simbok ini hanya asisten rumah tangga Tuan. Biarkan simbok makan di dapur saja."

"Mbok Darmi ini bicara apa? Bagiku mbok Darmi dan pak Kasim bukanlah asisten rumah tangga dan juga penjaga rumah. Bagiku kalian berdua adalah keluargaku. Keluarga yang saat ini tinggal bersamaku."

"T-tapi Tuan...."

"Sudah Mbok. Panggil pak Kasim sekalian dan kita sarapan pagi sama-sama. Apakah simbok tahu? Aku ini pasti akan sangat kesepian tinggal di rumah ini jika tidak ada mbok Darmi dan pak Kasim. Jadi mulai hari ini, kita sarapan sama-sama setiap pagi. Dan jika malam, kita juga makan malam sama-sama di meja ini."

Sudah tidak bisa dibantah, pada akhirnya Darmi menyerah. Ia berlalu dari hadapan Wisnu untuk memanggil Kasim. Ya, inilah yang membuat Darmi begitu betah bekerja di keluarga oma Widuri. Mulai dari almarhum oma Widuri hingga ke cucu-cucunya selalu memperlakukan pekerja di rumahnya dengan baik. Tidak ada kasta yang membedakan. Mereka selalu berperilaku baik kepada siapapun tanpa memandang status sosialnya.

Tak selang lama, Darmi kembali ke ruang makan dengan membawa Kasim. Lelaki paruh baya yang sedang sibuk memotong rumput, gegas ia hentikan pekerjaannya. Dan mengekor di balik punggung Darmi untuk menuju ruang makan.

Wisnu tersenyum simpul. "Mari pak Kasim, mbok Darmi, kita sarapan sama-sama!"

Darmi dan Kasim hanya mengangguk patuh. Kedua orang itu mengambil posisinya untuk duduk di tempat masing-masing, dan mulai menyantap hidangan sarapan pagi ini bersama sang majikan.

"Mbok Darmi dan pak Kasim merasa sepi tidak tinggal di rumah ini?"

Di sela-sela sarapan paginya, Wisnu mencoba untuk membuka obrolan dengan Darmi dan Kasim. Kedua orang itu hanya bisa saling melempar pandangan dan menatap dengan tatapan yang sukar diartikan.

"Iya Tuan, simbok memang merasa sepi. Terlebih tatkala Tuan Dewa, nyonya Mara dan Aden kecil tinggal di Jogja. Rasa-rasanya rumah ini begitu sepi," ucap Darmi mengutarakan argumentasi.

"Saya pun juga merasa begitu Tuan. Rumah ini terasa sepi sekali. Bagaimana jika Tuan Wisnu menikah lagi saja. Setelah menikah, Tuan pasti akan memiliki anak. Sehingga tidak sepi lagi!"

Uhuk... Uhuk... Uhukk...

Usulan Kasim sukses membuat Wisnu tersedak daun bayam. Buru-buru ia meneguk air putih yang ada di hadapannya. Baru saja semalam ia berjanji untuk memutup pintu hati dan pagi ini justru penjaga rumahnya memberikan sebuah usulan untuk menikah lagi.

Darmi melirik ke arah Kasim dengan tatapan membidik. Ia merasa bahwa ucapan Kasim lah yang telah membuat majikannya tersedak. Wanita itu memberikan sebuah isyarat agar Kasim segera meminta maaf.

"Uppsss .... maafkan saya Tuan, saya tidak bermaksud untuk lancang. Namun sepertinya usulan saya bisa Tuan pertimbangkan. Karena Tuan pantas untuk berbahagia."

"Pak Kasim!" kedua bola mata Darmi melotot ke arah Kasim. Ia kira lelaki ini tidak lagi membahas perihal jodoh, ini malah membahas lagi.

Kasim tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah, maafkan saya Tuan. Saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Tuan Wisnu."

Wisnu berupaya untuk mengatur nafasnya setelah tersedak daun bayam. Lelaki itu hanya menggeleng pelan. "Tidak apa-apa Pak. Santai saja. Aku memang berencana untuk menambah satu anggota keluarga lagi untuk masuk ke rumah ini."

Ucapan Wisnu sukses membuat Darmi dan Kasim terkejut setengah mati. Mungkin dua orang itu sama-sama memikirkan hal yang sama.

"Tuan Wisnu benar akan menikah lagi?" ucap Darmi memastikan.

Wisnu terkekeh geli mendapati ekspresi Kasim dan Darmi. Mereka pasti berpikir jika rencananya untuk menambah satu anggota keluarga baru itu dengan menghadirkan sosok seorang nyonya di rumah ini.

"Bukan Pak, Mbok. Aku tidak akan mencari istri baru lagi. Namun aku akan mengadopsi salah satu anak yang tinggal tidak jauh dari makam oma."

🍁🍁🍁🍁

Jangan lupa like dan komentarnya ya Kak..

Salam love, love, love ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

⨀⃝⃟⃞☯æ⃝᷍𝖒 𖣤​᭄Mamakeᶬ⃝𝔣🌺

⨀⃝⃟⃞☯æ⃝᷍𝖒 𖣤​᭄Mamakeᶬ⃝𝔣🌺

pak kasim bikin Wisnu keselek ae dehhh wkwkwkwkwk

Wisnu harusnya kamu g usah pake janji macam tuuu karna g semua wanita kek dira Wisnu,, lihat lahhh dewa sekarang die menemukan wanita yg hebat g kaya mantannya dita,, jd kamu harus berserah diri ama ka rasty biar dikasih yg kaya mara heheeheheheheh

2022-06-14

0

Najwa Aini

Najwa Aini

aku hadir sangat terlambat sekali mbak Rasti. mohon di maafkan ya

2022-02-11

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

like 👍

2022-01-02

0

lihat semua
Episodes
1 DTPH 01 : Gadis Kecil Berpayung Hitam
2 DTPH 02 : Janji Wisnu Kunto Aji
3 DTPH 03 : Berpulang
4 DTPH 04 : Jalan-Jalan
5 DTPH 05 : Papa
6 DTPH 06 : Tragedi Pagi Hari
7 DTPH 07 : Jenar Budhiani Candrakanthi
8 DTPH 08 : Almamater
9 DTPH 09 : Di Tepi Jalan
10 DTPH 10 : Putri Tidur
11 DTPH 11 : Malu
12 DTPH 12 : Terbayang
13 DTPH 13 : Keluarga
14 DTPH 14 : Idola Para Guru
15 DTPH 15 : Pos Ronda
16 DTPH 16 : Ujian Akhir
17 DTPH 17 : Saling Berebut Perhatian
18 DTPH 18 : Sidang?
19 DTPH 19 : Memukau
20 DTPH 20 : Kelulusan
21 DTPH 21 : Keberangkatan
22 DTPH 22 : Kesiangan
23 DTPH 23 : Terlambat
24 DTPH 24 : Saling Mengagumi?
25 DTPH 25 : Pemilik Id Card
26 DTPH 26 : Dihantui
27 DTPH 27 : Nyeri di Ulu Hati
28 DTPH 28 : Biawak
29 DTPH 29 : Menunggu
30 DTPH 30 : Pecel Lele
31 DTPH 31 : Di Depan Teras
32 DTPH 32 : Permintaan
33 DTPH 33 : Rencana yang Sama
34 DTPH 34 : Bertemu
35 DTPH 35 : Sedikit Perdebatan
36 DTPH 36 : Ditinggal
37 DTPH 37 : Makcomblang Cilik
38 DTPH 38 : Perempuan Matre?
39 DTPH 39 : Tertohok
40 DTPH 40 : Menjauh?
41 DTPH 41 : Ambigu
42 DTPH 42 : Thai Tea Penyejuk Hati
43 DTPH 43 : Tugas Khusus
44 DTPH 44 : Mengintai
45 DTPH 45 : Kunti Ori
46 DTPH 46 : Traktir Seblak
47 DTPH 47 : Mengantar
48 DTPH 48 : Manis
49 DTPH 49 : Manis -2
50 DTPH 50 : Si Pewaris Tunggal
51 DTPH 51 : Hati yang Sedikit Goyah
52 DTPH 52 : Terlambat Lagi
53 DTPH 53 : Bersembunyi
54 DTPH 54 : Hukuman
55 DTPH 55 : Terkejut
56 DTPH 56 : Di Sudut Kafe
57 DTPH 57 : Dilema
58 DTPH 58 : Di Depan Pos Security
59 DTPH 59 : Melindungimu
60 DTPH 60 : Ingin Mengenalku Lebih Dekat?
61 DTPH 61 : Bertemu?
62 DTPH 62 : Playing Victim
63 DTPH 63 : Eh, Meniduri?
64 DTPH 64 : Bulu Mata
65 DTPH 65 : Oh, Ketahuan!
66 DTPH 66 : Anu
67 DTPH 67 : Rencana Arya
68 DTPH 68 : Kabur
69 DTPH 69 : Konsep Sedekah
70 DTPH 70 : Acara Tutup Tahun
71 DTPH 71 : Di Atas Panggung
72 DTPH 72 : Balada Kaleng Bekas
73 DTPH 73 : Orang Itu
74 DTPH 74 : Menyerah (kan) Diri
75 DTPH 75 : Tertangkap
76 DTPH 76 : Merah Merona
77 DTPH 77 : Kejutan?
78 DTPH 78 : Tidak Bisa Lepas
79 DTPH 79 : Tatas
80 DTPH 80 : Ada yang Lain?
81 DTPH 81 : Ada Apa Dengan Jenar
82 DTPH 82 : Menangislah Dalam Pelukanku
83 DTPH 83 : Bersediakah Kamu?
84 DTPH 84 : Calon Menantu Idaman
85 DTPH 85 : Mengutarakan
86 DTPH 86 : Berubah
87 DTPH 87 : Drop Out
88 DTPH 88 : Jahil
89 DTPH 89 : Tiga Hari Lagi
90 DTPH 90 : Dewa & Mara
91 DTPH 91 : Dunia Papa Muda
92 DTPH 92 : Sah
93 DTPH 93 : Penerimaan
94 DTPH 94 : Malam Pertama?
95 DTPH 95 : Manis Madu
96 DTPH 96 : I Love You, Istriku!
97 DTPH 97 : Di Hamparan Pasir Pantai
98 DTPH 98 : Pusara
99 DTPH 99 : Resepsi (END)
100 Ucapan Terima kasih dan Pemenang Giveaway
101 Karya Baru
102 Promo Novel Baru
103 Promo Novel Baru
104 Rilis novel baru
Episodes

Updated 104 Episodes

1
DTPH 01 : Gadis Kecil Berpayung Hitam
2
DTPH 02 : Janji Wisnu Kunto Aji
3
DTPH 03 : Berpulang
4
DTPH 04 : Jalan-Jalan
5
DTPH 05 : Papa
6
DTPH 06 : Tragedi Pagi Hari
7
DTPH 07 : Jenar Budhiani Candrakanthi
8
DTPH 08 : Almamater
9
DTPH 09 : Di Tepi Jalan
10
DTPH 10 : Putri Tidur
11
DTPH 11 : Malu
12
DTPH 12 : Terbayang
13
DTPH 13 : Keluarga
14
DTPH 14 : Idola Para Guru
15
DTPH 15 : Pos Ronda
16
DTPH 16 : Ujian Akhir
17
DTPH 17 : Saling Berebut Perhatian
18
DTPH 18 : Sidang?
19
DTPH 19 : Memukau
20
DTPH 20 : Kelulusan
21
DTPH 21 : Keberangkatan
22
DTPH 22 : Kesiangan
23
DTPH 23 : Terlambat
24
DTPH 24 : Saling Mengagumi?
25
DTPH 25 : Pemilik Id Card
26
DTPH 26 : Dihantui
27
DTPH 27 : Nyeri di Ulu Hati
28
DTPH 28 : Biawak
29
DTPH 29 : Menunggu
30
DTPH 30 : Pecel Lele
31
DTPH 31 : Di Depan Teras
32
DTPH 32 : Permintaan
33
DTPH 33 : Rencana yang Sama
34
DTPH 34 : Bertemu
35
DTPH 35 : Sedikit Perdebatan
36
DTPH 36 : Ditinggal
37
DTPH 37 : Makcomblang Cilik
38
DTPH 38 : Perempuan Matre?
39
DTPH 39 : Tertohok
40
DTPH 40 : Menjauh?
41
DTPH 41 : Ambigu
42
DTPH 42 : Thai Tea Penyejuk Hati
43
DTPH 43 : Tugas Khusus
44
DTPH 44 : Mengintai
45
DTPH 45 : Kunti Ori
46
DTPH 46 : Traktir Seblak
47
DTPH 47 : Mengantar
48
DTPH 48 : Manis
49
DTPH 49 : Manis -2
50
DTPH 50 : Si Pewaris Tunggal
51
DTPH 51 : Hati yang Sedikit Goyah
52
DTPH 52 : Terlambat Lagi
53
DTPH 53 : Bersembunyi
54
DTPH 54 : Hukuman
55
DTPH 55 : Terkejut
56
DTPH 56 : Di Sudut Kafe
57
DTPH 57 : Dilema
58
DTPH 58 : Di Depan Pos Security
59
DTPH 59 : Melindungimu
60
DTPH 60 : Ingin Mengenalku Lebih Dekat?
61
DTPH 61 : Bertemu?
62
DTPH 62 : Playing Victim
63
DTPH 63 : Eh, Meniduri?
64
DTPH 64 : Bulu Mata
65
DTPH 65 : Oh, Ketahuan!
66
DTPH 66 : Anu
67
DTPH 67 : Rencana Arya
68
DTPH 68 : Kabur
69
DTPH 69 : Konsep Sedekah
70
DTPH 70 : Acara Tutup Tahun
71
DTPH 71 : Di Atas Panggung
72
DTPH 72 : Balada Kaleng Bekas
73
DTPH 73 : Orang Itu
74
DTPH 74 : Menyerah (kan) Diri
75
DTPH 75 : Tertangkap
76
DTPH 76 : Merah Merona
77
DTPH 77 : Kejutan?
78
DTPH 78 : Tidak Bisa Lepas
79
DTPH 79 : Tatas
80
DTPH 80 : Ada yang Lain?
81
DTPH 81 : Ada Apa Dengan Jenar
82
DTPH 82 : Menangislah Dalam Pelukanku
83
DTPH 83 : Bersediakah Kamu?
84
DTPH 84 : Calon Menantu Idaman
85
DTPH 85 : Mengutarakan
86
DTPH 86 : Berubah
87
DTPH 87 : Drop Out
88
DTPH 88 : Jahil
89
DTPH 89 : Tiga Hari Lagi
90
DTPH 90 : Dewa & Mara
91
DTPH 91 : Dunia Papa Muda
92
DTPH 92 : Sah
93
DTPH 93 : Penerimaan
94
DTPH 94 : Malam Pertama?
95
DTPH 95 : Manis Madu
96
DTPH 96 : I Love You, Istriku!
97
DTPH 97 : Di Hamparan Pasir Pantai
98
DTPH 98 : Pusara
99
DTPH 99 : Resepsi (END)
100
Ucapan Terima kasih dan Pemenang Giveaway
101
Karya Baru
102
Promo Novel Baru
103
Promo Novel Baru
104
Rilis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!