Wisnu PoV
Semua manusia yang tinggal di bumi ini pasti pernah merasakan apa itu penyesalan. Sebentuk rasa yang datang di akhir dan tidak akan pernah bisa diputar, diulang, dan diperbaiki kembali. Serta mungkin hanya menyisakan sebuah angan untuk dapat memutar dan mengulang kembali, namun itu semua hanyalah kemustahilan semata. Ya, saat ini aku tengah merasakan penyesalan itu.
Hari ini, tepat hari ke tujuh oma Widuri meninggalkanku. Jika sebelumnya akulah yang meninggalkan beliau di saat aku pindah ke Surabaya, kini beliau lah yang meninggalkan aku untuk menghadap Tuhan. Jika kepergianku saat itu bisa kembali, namun kepergian oma sungguh tidak akan pernah bisa kembali lagi. Karena memang aku dan oma sudah berada di sebuah kehidupan dan tempat yang berbeda.
Tubuh yang berbalut bathrobe warna putih ini aku bawa untuk mendekat ke arah jendela lebar yang berada di sudut kamar. Dari tempat ini, aku bisa melihat dengan jelas suasana yang tersaji di luar sana. Suasana malam yang terasa begitu hening dan menenangkan, yang seketika hanya menyisakan seberkas rasa damai yang memeluk raga. Meski didera oleh rasa lelah dan kantuk yang luar biasa setelah perjalanan dari Jogja, namun aku sungguh masih ingin menikmati suasana malam hari ini dari balik jendela kamar.
Sebelumnya, rumah besar peninggalan oma ini terasa begitu ramai kala Dewa, Mara serta Nendra masih tinggal bersamaku. Namun, seketika berubah seratus delapan puluh derajat kala mereka memilih untuk pindah ke kota Jogja. Sebuah kota yang kata adikku merupakan kota impian di mana akan ia habiskan masa tuanya di sana. Kota asal seorang wanita yang begitu ia cintai. Siapa lagi jika bukan sang istri, Nismara Dewani Hayati.
Aku menarik nafas dalam-dalam. Mengisi rongga-rongga dadaku yang terasa sedikit sesak dengan oksigen. Keheningan rumah ini semakin menyeretku untuk kembali meluruh ke masa-masa pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Pastinya jejak-jejak kepahitan yang disisakan oleh mantan istri.
Tidak pernah aku sangka jika wanita yang selama ini aku nikahi adalah salah satu wanita ular yang berhasil memporak-porandakan kehidupanku. Wanita yang sangat aku cintai bahkan melebihi rasa cintaku terhadap diriku sendiri justru menjadi seorang wanita yang paling dalam menancapkan luka dalam dada. Bukan hanya aku saja yang terluka, namun juga semua anggota keluarga terlebih kehadirannya lah yang menjadikan satu-satunya sebab kepergian oma untuk selamanya.
Ambisinya untuk menguasai harta oma yang membuat mantan istriku buta. Buta, jika sesungguhnya harta itu hanyalah sebuah titipan yang tidak akan pernah dibawa ketika pulang ke pangkuan Tuhan. Harta yang selama ini menjadi ambisi dalam hidupnya, kini harta pulalah yang juga menyeretnya untuk mendekam di balik penjara.
Aku sedikit mengacak rambutku kasar. Apa yang pernah aku lalui bersama Dira, justru semakin membuatku berpikir jika tidak ada wanita di dunia ini yang tulus mencinta. Semuanya terbukti, di saat aku berupaya mati-matian untuk membahagiakan Dira dengan cinta yang aku miliki, ia justru memiliki sebuah niat buruk untuk menguasai apa yang oma miliki. Dan yang lebih tidak pernah aku sangka, ia memiliki segudang cara dan rencana untuk menjalankan itu semua, hingga pada akhirnya oma lah yang menjadi korban dari keserakahan dan ketamakan seorang wanita yang bergelar istri.
Kupandang hamparan langit yang menghitam di atas sana. Kulihat wajah oma terbias di sela awan tipis yang berada di sana. Bias wajah yang semakin menyeretku dalam perasaan bersalah karena telah salah memilihkan cucu menantu untuk beliau. Untuk menebus semua rasa bersalahku itu, aku mengucap sebuah janji untuk menutup pintu hati. Tidak akan pernah aku buka untuk siapapun lagi.
🍁🍁🍁🍁🍁
Author PoV
"Silakan dinikmati sarapannya Tuan!"
Sarapan pagi dengan menu nasi pecel lengkap dengan telur mata sapi dan rempeyek kacang, telah tersaji di atas meja makan. Terlihat mbok Darmi masih sibuk kesana kemari, padahal pekerjaannya untuk membuat sarapan pagi sudah selesai.
"Mbok, duduklah di sini!"
Mbok Darmi yang baru saja akan menuju dapur, seketika menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik badan dan mendekat ke arah Wisnu yang tengah duduk anteng di kursi makan.
"Ya Tuan? Apa masih ada yang Tuan perlukan? Mungkin Tuan Wisnu ingin lauk ayam goreng? Tempe atau tahu?"
Wisnu hanya tergelak lirih. Padahal ia sengaja memanggil mbok Darmi bukan untuk sibuk lagi. "Tidak Mbok, lauk telur mata sapi ini sudah cukup. Aku memanggil mbok Darmi untuk menemani aku sarapan pagi."
Darmi terperangah kala mendengar majikannya memintanya untuk menemaninya sarapan pagi. Asisten rumah tangga yang sudah puluhan tahun ikut di keluarga ini pun hanya bisa tersenyum kikuk. "Tapi Tuan, apakah pantas simbok ikut sarapan pagi di meja makan ini? Simbok ini hanya asisten rumah tangga Tuan. Biarkan simbok makan di dapur saja."
"Mbok Darmi ini bicara apa? Bagiku mbok Darmi dan pak Kasim bukanlah asisten rumah tangga dan juga penjaga rumah. Bagiku kalian berdua adalah keluargaku. Keluarga yang saat ini tinggal bersamaku."
"T-tapi Tuan...."
"Sudah Mbok. Panggil pak Kasim sekalian dan kita sarapan pagi sama-sama. Apakah simbok tahu? Aku ini pasti akan sangat kesepian tinggal di rumah ini jika tidak ada mbok Darmi dan pak Kasim. Jadi mulai hari ini, kita sarapan sama-sama setiap pagi. Dan jika malam, kita juga makan malam sama-sama di meja ini."
Sudah tidak bisa dibantah, pada akhirnya Darmi menyerah. Ia berlalu dari hadapan Wisnu untuk memanggil Kasim. Ya, inilah yang membuat Darmi begitu betah bekerja di keluarga oma Widuri. Mulai dari almarhum oma Widuri hingga ke cucu-cucunya selalu memperlakukan pekerja di rumahnya dengan baik. Tidak ada kasta yang membedakan. Mereka selalu berperilaku baik kepada siapapun tanpa memandang status sosialnya.
Tak selang lama, Darmi kembali ke ruang makan dengan membawa Kasim. Lelaki paruh baya yang sedang sibuk memotong rumput, gegas ia hentikan pekerjaannya. Dan mengekor di balik punggung Darmi untuk menuju ruang makan.
Wisnu tersenyum simpul. "Mari pak Kasim, mbok Darmi, kita sarapan sama-sama!"
Darmi dan Kasim hanya mengangguk patuh. Kedua orang itu mengambil posisinya untuk duduk di tempat masing-masing, dan mulai menyantap hidangan sarapan pagi ini bersama sang majikan.
"Mbok Darmi dan pak Kasim merasa sepi tidak tinggal di rumah ini?"
Di sela-sela sarapan paginya, Wisnu mencoba untuk membuka obrolan dengan Darmi dan Kasim. Kedua orang itu hanya bisa saling melempar pandangan dan menatap dengan tatapan yang sukar diartikan.
"Iya Tuan, simbok memang merasa sepi. Terlebih tatkala Tuan Dewa, nyonya Mara dan Aden kecil tinggal di Jogja. Rasa-rasanya rumah ini begitu sepi," ucap Darmi mengutarakan argumentasi.
"Saya pun juga merasa begitu Tuan. Rumah ini terasa sepi sekali. Bagaimana jika Tuan Wisnu menikah lagi saja. Setelah menikah, Tuan pasti akan memiliki anak. Sehingga tidak sepi lagi!"
Uhuk... Uhuk... Uhukk...
Usulan Kasim sukses membuat Wisnu tersedak daun bayam. Buru-buru ia meneguk air putih yang ada di hadapannya. Baru saja semalam ia berjanji untuk memutup pintu hati dan pagi ini justru penjaga rumahnya memberikan sebuah usulan untuk menikah lagi.
Darmi melirik ke arah Kasim dengan tatapan membidik. Ia merasa bahwa ucapan Kasim lah yang telah membuat majikannya tersedak. Wanita itu memberikan sebuah isyarat agar Kasim segera meminta maaf.
"Uppsss .... maafkan saya Tuan, saya tidak bermaksud untuk lancang. Namun sepertinya usulan saya bisa Tuan pertimbangkan. Karena Tuan pantas untuk berbahagia."
"Pak Kasim!" kedua bola mata Darmi melotot ke arah Kasim. Ia kira lelaki ini tidak lagi membahas perihal jodoh, ini malah membahas lagi.
Kasim tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah, maafkan saya Tuan. Saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Tuan Wisnu."
Wisnu berupaya untuk mengatur nafasnya setelah tersedak daun bayam. Lelaki itu hanya menggeleng pelan. "Tidak apa-apa Pak. Santai saja. Aku memang berencana untuk menambah satu anggota keluarga lagi untuk masuk ke rumah ini."
Ucapan Wisnu sukses membuat Darmi dan Kasim terkejut setengah mati. Mungkin dua orang itu sama-sama memikirkan hal yang sama.
"Tuan Wisnu benar akan menikah lagi?" ucap Darmi memastikan.
Wisnu terkekeh geli mendapati ekspresi Kasim dan Darmi. Mereka pasti berpikir jika rencananya untuk menambah satu anggota keluarga baru itu dengan menghadirkan sosok seorang nyonya di rumah ini.
"Bukan Pak, Mbok. Aku tidak akan mencari istri baru lagi. Namun aku akan mengadopsi salah satu anak yang tinggal tidak jauh dari makam oma."
🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa like dan komentarnya ya Kak..
Salam love, love, love ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
⨀⃝⃟⃞☯æ⃝᷍𝖒 𖣤᭄Mamakeᶬ⃝𝔣🌺
pak kasim bikin Wisnu keselek ae dehhh wkwkwkwkwk
Wisnu harusnya kamu g usah pake janji macam tuuu karna g semua wanita kek dira Wisnu,, lihat lahhh dewa sekarang die menemukan wanita yg hebat g kaya mantannya dita,, jd kamu harus berserah diri ama ka rasty biar dikasih yg kaya mara heheeheheheheh
2022-06-14
0
Najwa Aini
aku hadir sangat terlambat sekali mbak Rasti. mohon di maafkan ya
2022-02-11
0
ARSY ALFAZZA
like 👍
2022-01-02
0