"Paman, apakah pakaian Citra ini akan dibawa semua?"
Citra membuka alamari pakaian miliknya dan memperlihatkan seluruh isinya kepada Wisnu. Wisnu yang masih duduk di sebuah bangku kecil yang berada di sudut ruangan, mulai beranjak dan mendekat ke arah gadis kecil itu. Ia tatap lekat apa yang tersimpan di dalam sana.
Sebuah almari kecil yang hanya berisikan beberapa potong pakaian yang di dominasi oleh celana dan kaos oblong. Meski seorang anak perempuan, namun pakaian yang berbentuk rok hampir tidak dapat ia temukan. Dan, pakaian-pakaian itu nampak sudah kusam dan pudar warnanya. Mungkin karena keseringan dikenakan dan terkena sinar matahari.
"Paman rasa, Citra tidak perlu membawa pakaian-pakaian ini."
Tubuh kecil Citra sedikit terperanjat. Tatap mata yang sebelumnya intens menatap pakaian-pakaian yang ada di dalam almari, kini ia geser ke arah Wisnu yang berdiri di sisinya. "Jika Citra tidak membawa pakaian-pakaian ini, lalu bagaimana caranya Citra untuk berganti pakaian Paman?"
Wisnu tersenyum simpul sembari mengusap kepala Citra dengan penuh kelembutan. "Citra tidak perlu khawatir. Nanti kita mampir ke mall, di sana Citra bisa membeli pakaian-pakaian yang Citra mau. Oke Sayang?"
"Mall?" Citra bertanya dengan binar mata yang dipenuhi oleh tanda tanya besar.
Dengan mantap Wisnu menganggukkan kepalanya. "Iya Sayang, mall. Di sana Citra bisa membeli semua yang Citra mau."
Sorot mata yang sebelumnya dipenuhi oleh tanda tanya besar, kini berganti menjadi sorot mata yang dipenuhi oleh binar-binar kebahagiaan. Binar bahagia yang membingkai wajah polos gadis kecil itu. "Mau Paman, mau, mau. Horre!!!"
Gadis kecil itu berjingkrak kegirangan, seakan mendapatkan sebuah kejutan yang selama ini belum pernah ia dapatkan. Salah satu hal yang wajar jika gadis kecil itu begitu kegirangan kala ada yang mengajaknya untuk pergi ke mall. Sebuah pusat perbelanjaan yang mungkin sama sekali belum pernah didatangi oleh Citra. Dan bisa jadi hari ini merupakan pengalaman pertamanya menjejakkan kaki di mall.
Tiada perasaan lain yang dirasakan oleh Wisnu selain hati yang menghangat kala binar kegembiraan itu nampak terukir jelas di bingkai wajah Citra. Sesederhana inikah cara membahagiakan hati seorang gadis kecil? Satu hal yang baginya begitu sederhana, namun bermakna istimewa di mata Citra.
"Ya sudah sekarang kita berangkat ya Sayang. Agar tidak terlalu siang."
"Bolehkah Citra membawa satu barang Paman?"
"Tentu boleh, Sayang. Apa yang ingin kamu bawa?"
Citra mengayunkan langkah kakinya untuk dapat menjangkau sebuah meja yang berada di sisi ranjang, dan ia ambil sebuah bingkai foto. "Ini yang ingin Citra bawa, Paman."
Sebuah bingkai yang di dalamnya terdapat sebuah foto yang tak lain foto Citra sendiri dan diapit oleh dua orang wanita. Wisnu yakin, dua wanita itu adalah ibu dan juga nenek Citra.
"Baiklah, mari kita berangkat Sayang."
🍁🍁🍁
Di sebuah pusat perbelanjaan, Wisnu menggandeng tangan Citra sembari mengayunkan langkah kaki mereka memasuki setiap outlet yang ada di sini. Beberapa paperbag telah berada di tangan Wisnu. Paperbag yang berisikan pakaian, sepatu, sandal dan juga peralatan sekolah. Setelah berkeliling hampir dua jam lamanya, kini dua orang berbeda generasi itu memasuki sebuah food court untuk beristirahat dan mengisi perut mereka.
"Nah, Citra mau makan apa?" ucap Wisnu membuka obrolan dengan gadis kecil ini sembari membuka-buka buku menu yang ada di hadapannya.
"Citra mau ini, ini, dan ini Paman."
Wisnu menautkan pandangannya ke arah buku menu yang ditunjuk oleh Citra. Satu paket fried chicken, orange juice, dan juga chicken strips yang menjadi pilihan Citra.
"Baiklah Sayang, tunggu sebentar."
Wisnu memanggil salah seorang pelayan yang ada di food court ini. Dengan ramah, pelayan itu menerima pesanan Wisnu dan bersegera untuk menyiapkannya.
"Paman, tadi Citra lihat Paman membeli buku, pensil, tas, pewarna dan peralatan sekolah lainnya. Memang itu semua untuk apa Paman? Apakah itu semua untuk anak Paman yang masih bersekolah?"
Wisnu hanya menggeleng pelan sembari menyunggingkan seutas senyum di bibirnya. "Bukan Sayang. Paman bahkan tidak memiliki anak."
"Lalu, itu semua untuk siapa Paman?"
"Itu semua untuk Citra."
Wajah gadis kecil itu sedikit terperangah. "T-Tapi Citra kan tidak sekolah, Paman. Jadi mengapa Paman Wisnu membelikan itu untuk Citra?"
Wisnu hanya tergelak lirih. "Nak, ketika Paman Wisnu memintamu untuk tinggal bersama, itu artinya bukan hanya memberikan tempat tinggal untukmu. Namun, semua kebutuhan Citra sebagai anak akan Paman penuhi. Mulai dari pakaian, makan, minum dan juga sekolah. Jika selama ini Citra belum pernah bersekolah, itu artinya setelah Citra tinggal bersama Paman, Paman akan memasukkan Citra ke sekolah."
Wajah Citra kembali terperangah dan dipenuhi oleh ekspresi terkejut. Nampaknya hari ini, gadis kecil itu berkali-kali mendapatkan kejutan dari Wisnu. Dan membuatnya bahagia tiada tara.
"Sekolah? Jadi mulai besok Citra akan sekolah, Paman?"
Wisnu menganggukkan kepalanya mantap. "Iya Sayang, besok akan Paman daftarkan Citra di taman kanak-kanak."
Tak kuasa menahan rasa bahagia dan haru yang membuncah dalam dada, Citra beranjak dari tempat duduknya dan merapatkan tubuhnya di tubuh Wisnu. Tanpa basa-basi, gadis kecil itu memeluk tubuh Wisnu. "Terima kasih Paman, terima kasih. Citra sungguh berbahagia bisa bertemu dengan Paman."
Lagi, hati Wisnu menghangat seketika. Kehadiran Citra sungguh seperti sebuah oase di padang hatinya yang gersang. Gersang karena selama ini ia tidak pernah merasakan bagaimana bahagianya menjadi seorang ayah. Dan kini setelah kehadiran Citra, lelaki berusia empat puluh tahun itu bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ayah. Meski Citra bukanlah darah dagingnya, namun ia berjanji pada dirinya sendiri akan mencintai dan menyayangi Citra seperti ia mencintai dan menyayangi putri kandungnya sendiri.
Tanpa terduga, satu bulir kristal bening dari pelupuk mata Wisnu lolos begitu saja. Rasa haru juga menyeruak di dalam dadanya. Jika memang selamanya Tuhan tidak pernah menggoreskan sebuah tinta takdir bahwa ia tidak akan pernah memiliki seorang anak yang merupakan darah dagingnya, namun setidaknya kehadiran Citra lah yang bisa membalut semuanya. Ia sudah sangat cukup merasa bahagia bisa menjadi orang tua asuh untuk Citra.
"Sama-sama Sayang. Paman juga bahagia bisa bertemu dengan Citra. Berjanjilah pada Paman, bahwa Citra akan tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas, baik, sehat dan selalu ceria."
Citra menganggukkan kepalanya. Sebagai isyarat bahwa ia akan menjadi seorang anak seperti yang diinginkan oleh Wisnu. "Citra berjanji Paman, Citra berjanji."
Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, Wisnu mengecup pucuk kepala gadis kecil ini. Tak selang lama, terlihat seorang waitress membawakan pesanan yang dipesan oleh Wisnu. Dan kedatangan waitress itu pulalah yang memangkas dua orang berbeda generasi itu yang tengah larut dalam dekapan penuh kasih sayang.
"Silakan dinikmati Pak!" ucap sang waitress dengan ramah.
"Terima kasih Mbak."
Waitress itu berlalu, melenggang pergi meninggalkan meja yang ditempati oleh Wisnu.
"Nah, sekarang Citra makan terlebih dahulu ya. Makan yang banyak agar sehat. Dan jika ingin nambah, Citra bisa meminta lagi. Oke Sayang?"
"Oke Paman!"
Gadis kecil itu kembali ke tempat duduknya. Dengan begitu lahap, ia menikmati hidangan yang tersaji di hadapannya. Hal itulah yang membuat hati Wisnu semakin dipenuhi oleh rasa haru. Bisa jadi, ini adalah pengalaman pertama bagi Citra menikmati makanan seperti ini.
Oma, semoga apa yang Wisnu lakukan ini menjadi salah satu kebaikan yang pahalanya akan mengalir untuk oma.
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Najwa Aini
pasti phalanya akn terus mengalir untuk oma Widuri..salut, Wisnu
2022-02-11
0
ARSY ALFAZZA
semangat selalu
2022-01-02
0
🥜⃫⃟⃤🍀⃟🦌𝙼𝙰𝙼𝙰 ᶠᵉⁿᶦ 𒈒⃟ʟʙ
Amin amin. oma pasti bahagia melihat mu nu.. smga jg menjadi ladang pahala jg untuk mu Wisnu, krna kau sudah memuliakan anak yatim piatu seperti citra
2021-12-25
0