"Eneng kecil ini siapa Tuan?"
Sebuah pertanyaan lolos begitu saja dari bibir Darmi kala membukakan pintu depan. Melihat sang majikan menggendong seorang gadis kecil yang tengah tertidur pulas membuat rasa penasaran Darmi seketika muncul ke permukaan. Gadis kecil yang nampak begitu cantik dengan rambut yang diikat seperti ekor kuda dan kini tengah terlalap di gendongan Wisnu.
Sejatinya sudah sejak sore Wisnu dan Citra keluar dari mall. Namun saat melintas di suatu tempat, Citra melihat sebuah acara pasar malam dan gadis kecil itu meminta Wisnu untuk mampir sebentar dan akhirnya hingga pukul tujuh malam seperti ini mereka baru tiba di rumah.
"Coba tebak, dia siapa Mbok?"
Dahi Darmi sedikit mengerut. Asisten rumah tangga di kediaman Wisnu itu nampak sedikit berpikir. Namun seketika ia membelalakkan mata. "Tuan, Tuan Wisnu tidak beralih profesi kan? Oh ya Tuhan, jangan-jangan Tuan Wisnu...."
Wisnu hanya bisa mengernyitkan kening dengan raut wajah yang dipenuhi oleh tanda tanya kala melihat ekspresi wajah Darmi yang terlihat seperti seseorang yang terkejut setengah mati. Bukan hanya terkejut, wanita paruh baya itu juga nampak seperti ketakutan.
"Mbok, Mbok Darmi kenapa? Mengapa mbok Darmi terlihat ketakutan seperti ini? Dan tadi apa kata mbok Darmi? Mbok Darmi mengatakan aku beralih profesi? Maksud mbok Darmi profesi apa?"
Mata Darmi menyipit, seakan merasa bergidik ngeri. Ngeri karena di dalam pikirannya telah bersemayam pikiran-pikiran buruk terhadap majikannya. "Tuan Wisnu tidak beralih profesi menjadi penculik anak-anak kan? Atau menjadi seorang khlorofil, seperti yang memenuhi berita akhir-akhir ini di televisi? Yang menyukai anak-anak kecil dan setelah itu .... Ah ya Tuhan, jangan seperti itu Tuan! Jika oma Widuri melihat, beliau pasti akan sangat sedih karena cucunya menjadi seorang khlorofil!"
Mendadak, Darmi terlihat heboh sendiri. Ia menyerukan rentetan-rentetan pernyataan yang mungkin memenuhi benaknya. Melihat asisten rumah tangganya begitu heboh, hanya membuat Wisnu semakin terperangah. Namun tak selang lama, ia pun terbahak.
"Astaga .... ternyata mbok Darmi berpikir yang bukan-bukan terhadapku."
"Tapi eneng cantik ini yang menjadi buktinya Tuan, bahwa Tuan Wisnu..."
Darmi sudah tidak sanggup lagi melanjutkan perkataannya. Ia teramat shock karena tiba-tiba majikannya ini membawa pulang gadis kecil, yang ia sendiripun tidak mengenalnya.
Wisnu menghentikan gelak tawanya. Ia menghela nafas dalam sembari menggeleng-gelengkan kepala. "Mbok, aku ini bukan penculik. Dan tadi apa mbok Darmi bilang? Aku seorang khlorofil? Maksudnya pedofil?"
Darmi mengangguk mantap. "Iya Tuan, yang menyukai anak-anak dan setelah itu akan..."
"Ya Tuhan, Mbok. Pikiran mbok Darmi ini terlalu jauh. Aku bukan pedofil, Mbok."
"Jika bukan, lalu gadis kecil ini siapa Tuan?"
Wisnu membenahi posisi gendongan tubuh Citra yang sedikit melorot. "Gadis ini namanya Citra, Mbok. Dia adalah anak kecil yang kemarin aku ceritakan ingin aku adopsi."
Ucapan Wisnu sukses membuat ekspresi wajah Darmi yang sebelumnya dihiasi dengan raut ketakutan dan kecemasan, kini berangsur berubah menjadi ekspresi wajah yang dipenuhi oleh kelegaan. Ia percaya bahwa majikannya ini memang bukan seorang pedofil yang menyukai anak-anak kecil.
"Haaah... Simbok lega mendengarnya Tuan." Darmi menghela nafas lega dan kemudian ingatannya tertuju pada sesuatu. "Jadi untuk eneng kecil ini kamar yang baru beberapa saat yang lalu di renovasi Tuan?"
Wisnu tergelak. "Bukan di renovasi Mbok. Aku hanya menyuruh orang untuk mengganti suasana kamar itu agar lebih cocok untuk ditempati oleh Citra. Apakah sudah selesai, Mbok?"
Darmi menganggukkan kepalanya. "Sudah Tuan, sudah selesai sejak pukul lima sore tadi."
"Syukurlah, Citra pasti akan senang sekali menempati kamar barunya."
Ucapan Wisnu terpangkas kala merasakan tubuh kecil Citra menggeliat. Tak selang lama mata gadis itu mengerjap dan perlahan kedua kelopak matanya terbuka. Ia sedikit merenggangkan lingkar tangannya yang melingkar di leher Wisnu. "Paman, kita ada di mana?"
Citra menyapu pandangannya ke segala penjuru. Sebuah tempat yang begitu asing di penglihatannya. Halaman rumah yang luas dan dihiasi oleh hamparan taman yang menghijau dan sebuah rumah yang nampak begitu mewah.
"Citra sudah sampai di rumah paman Wisnu, Sayang. Rumah inilah yang akan menjadi tempat tinggal Citra saat ini dan seterusnya."
Gadis kecil itu tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Lagi, ia melingkarkan tangannya di leher Wisnu dan meletakkan kepalanya di dada bidang Wisnu. "Terima Kasih Paman."
"Sama-sama Sayang." Wisnu mengusap-usap punggung Citra. "Nah Sayang, ayo salim dulu sama mbok Darmi. Anggap saja mbok Darmi ini nenek Citra ya. Yang akan menemani Citra ketika ada di rumah."
Citra kembali merenggangkan lingkar tangannya yang melingkar di leher Wisnu. Ia menatap lekat wajah Darmi dan mengulurkan tangannya. "Hallo mbok Darmi. Namaku Citra."
"Hai eneng cantik. Semoga eneng cantik ini betah tinggal di sini ya."
Citra menganggukkan kepalanya. "Iya Mbok, terima kasih."
"Nah, sekarang kita masuk ya Sayang. Paman punya satu kejutan lagi untuk Citra."
Citra terperangah. "Kejutan? Kejutan apa Paman?"
"Ayo kita lihat sama-sama!"
🍁🍁🍁🍁🍁
"Paman, ini benar kamar untuk Citra?"
Gadis kecil itu melayangkan sebuah pertanyaan sembari mengitari sebuah kamar yang didominasi oleh warna pink. Binar mata gadis kecil itu tiada henti menyiratkan sebuah binar kebahagiaan dan penuh ketakjuban kala melihat betapa cantiknya kamar ini.
Wisnu mengangguk mantap. "Tentu Sayang. Ini adalah kamar baru untuk Citra. Dan setiap malam, Citra akan beristirahat di sini!"
"Horee!!!!! Kamar Citra cantik!!!"
Sudah tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya, gadis kecil itu berteriak kegirangan sambil melompat-lompat tatkala melihat suasana kamar barunya. Setelah dibuat penasaran dengan perkataan Wisnu perihal kejutan yang telah menanti, akhirnya rasa penasaran gadis kecil itu terjawab sudah. Ya, sebuah kamar tidur yang terlihat begitu cantik, luas dan tertata rapi nampak jelas di hadapan Citra.
Binar bahagia nampak jelas terpancar dari wajah Citra. Sebuah ekspresi kegembiraan yang begitu lumrah ditampakkan oleh anak seusianya tatkala mendapatkan sesuatu dari seseorang yang saat ini sudah menjadi bagian dari keluarganya. Ia melonjak-lonjak kegirangan seperti mengabarkan kepada dunia bahwa saat ini ia benar-benar bahagia.
Kebahagiaan Citra nyatanya berhasil ikut membuat Wisnu juga merasakan kebahagian itu. Hati duda berusia empat puluh tahun itu ikut menghangat dan bibirnya tiada henti melukiskan sebuah senyuman tatkala melihat Citra melonjak-lonjak kegirangan.
"Apakah Citra menyukai kamar baru ini?"
Pertanyaan dari sang paman membuat Citra menghentikan lompatan-lompatan kecilnya. Ia mengangguk seraya melihat ke arah Wisnu. "Tentu Paman. Kamar baru Citra terlihat bagus sekali."
Wisnu menghampiri Citra sembari mengacak sedikit rambutnya. "Kalau begitu harus mengucapkan apa kepada Paman?"
Seraya tersenyum simpul dan disertai dengan nada bercanda, Wisnu mencoba untuk mencairkan suasana dengan gadis kecil ini. Citra pun nampak sedikit kebingungan namun seketika ia memeluk erat tubuh lelaki yang ada di hadapannya ini. Meski hanya bisa menjangkau perut Wisnu saja.
"Terimakasih Papa. Citra senang sekali mendapatkan kejutan seperti ini."
Nyessssss!!!!
Seperti ada sesuatu yang membasahi jiwa Wisnu kala Citra memanggilnya dengan sebutan papa. Panggilan gadis kecil ini bagaikan embun pagi yang menyegarkan hatinya yang gersang. Lelaki itu sedikit terkesima. Dan berhasil membuatnya terdiam dan terpaku. Namun pada akhirnya ia bisa kembali meraih kesadarannya.
"Citra tadi memanggil Paman apa? Bisa diulangi sekali lagi?"
Citra hanya mengangguk. "Terima kasih Papa. Citra senang sekali mendapatkan kejutan seperti ini. Mulai hari ini boleh kan jika Citra memanggil Paman dengan panggilan Papa? Karena sejak dulu Citra ingin sekali memiliki Papa."
Ucapan polos Citra justru hanya membuat Wisnu tersenyum getir. Lagi, rasa sesak itu kembali menghujam jantungnya. Ia sedikit membungkukkan tubuh kemudian merengkuh tubuh kecil Citra untuk ia bawa ke dalam gendongannya. Berkali-kali Wisnu menghujani Citra dengan ciuman di kepala dan pipinya.
"Tentu boleh Sayang. Saat ini, Citra adalah putri Paman. Jadi, sudah seharusnya Citra memanggil Paman dengan Papa."
Citra bergelayut manja di dada bidang Wisnu. Sepertinya dada itulah yang menjadi tempat paling nyaman yang dimiliki oleh Citra saat ini. "Terima kasih Papa. Terima kasih."
"Sama-sams Sayang. Semoga dengan kamar baru ini, bisa membuat Citra nyaman dalam beristirahat ya. Dan Papa juga berharap, semoga putra Papa ini semakin giat belajar. Sehingga apa yang menjadi cita-cita Citra dapat terwujud."
Citra menatap lekat kedua netra sang Papa angkat sembari menganggukkan kepalanya. "Tentu Papa, Citra akan rajin belajar agar besok kalau sudah besar Citra bisa menjadi dokter dan bisa membahagiakan Papa, bunda dan juga nenek."
"Aamiin. Papa akan turut mendoakan Citra."
Citra mengalungkan lengan tangannya di leher Wisnu. Ia dekatkan wajahnya ke wajah sang Papa kemudian ia cium pipinya. "Terimakasih banyak Papa. Citra sayang Papa Wisnu!"
Wisnu mengangguk seraya tersenyum lebar. "Sama-sama Sayang!"
Dua orang itu nampak larut dalam suasana yang tercipta. Suasana yang menggambarkan akan kebersamaan seorang ayah dan anak yang terlihat begitu membahagiakan. Bagi Wisnu, takdir Tuhan terasa begitu indah. Karena dari takdir ini, ia bisa bertemu dengan seorang gadis kecil yang bisa membuatnya merasakan bahagianya menjadi seorang ayah.
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Untuk jodoh Wisnu sedang saya persiapkan. Mohon bersabar ya Kak. Saat ini kita fokus ke Wisnu dan Citra sekaligus untuk memperkuat chemistry antara ayah dan anak. Setelah itu kita pertemuan Wisnu dengan yang inshaAllah akan menjadi jodohnya 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
⨀⃝⃟⃞☯æ⃝᷍𝖒 𖣤᭄Mamakeᶬ⃝𝔣🌺
mbok darmi kenapa malah jd konyol gt thorrr klorofil wkwkwkwkwkwkwkwk tega sekali mbok berfikir Wisnu jd klorofil hahahahahahahahahha
2022-06-14
0
Najwa Aini
apa mbok Darmi, khlorofi..?? pliss deh..
2022-02-11
0
🍾⃝Zͩaᷞhͧrᷠaⷶ ℜα♡❤️🔥 Ꮶ͢ᮉ᳟
bukn wisnu Yg di DMS kan 😂
2022-01-18
0