"Apa lagi yang harus saya persiapkan Tuan? Di sini sudah ada semua bahan kebutuhan pokok dan yang lainnya!"
Bima, asisten pribadi Wisnu melayangkan sebuah pertanyaan kepada bosnya untuk memastikan barang apa lagi yang harus ia persiapkan untuk dibawa sang bos ke sebuah tempat. Lelaki berusia tiga puluh tujuh tahun yang baru satu minggu menjadi asisten pribadi Wisnu itu sedikit keheranan karena sedari tadi ia memintanya untuk mempersiapkan segala kebutuhan pokok seperti beras, telur, gula, susu, daging, buah dan yang lainnya. Entah, akan dibawa ke mana dan diberikan kepada siapa semua barang itu. Namun jika dilihat, barang-barang ini akan diberikan kepada salah seorang yang spesial bagi sang bos.
Wisnu nampak memperhatikan dengan lekat beberapa tote bag yang sudah tersusun rapi di dalam bagasi mobilnya ini. Ia rasa barang-barang ini sudah sangat cukup untuk ia berikan kepada gadis kecil berpayung hitam yang beberapa waktu yang lalu ia temui di pemakaman oma Widuri itu. Cukup untuk satu minggu mendatang.
"Sepertinya sudah cukup Bim. Ini pasti akan sangat bermanfaat untuk Citra dan keluarganya."
"Citra? Citra siapa Tuan? Apakah Citra adalah salah satu kerabat Tuan Wisnu? Atau mungkin kekasih Tuan Wisnu?"
Entah mengapa nama Citra sedikit membuat jiwa keingintahuan Bima semakin meronta. Sejauh ini sang bos tidak pernah bercerita akan hal di luar urusan bisnis, namun kali ini sepertinya ada sebuah nama baru yang begitu asing dan tiba-tiba disebut oleh Wisnu. Ia yakin jika Citra merupakan salah satu orang yang spesial di hidup bos nya ini.
Wisnu hanya tergelak lirih. Seperti inikah perjalanan hidup seorang duda? Setiap ia melibatkan salah satu nama seorang wanita, pasti akan selalu dikaitkan dengan kata kekasih ataupun calon istri. Padahal baru beberapa saat ia menyandang status sebagai seorang duda. Dan rasa-rasanya sangat sulit baginya untuk kembali membuka hati namun entah mengapa di mata orang, menjadi hal yang sangat mudah untuk mencari wanita pengganti.
"Bukan Bim. Citra adalah gadis kecil penjual bunga yang tinggal di sekitar pemakaman oma. Aku berencana membawa barang-barang ini untuknya."
"Oh, saya kira Citra adalah nama kekasih Tuan Wisnu."
"Hemmmm kamu ini ada-ada saja. Aku berniat mengadopsi Citra dan memboyong ia dan juga neneknya untuk tinggal bersamaku. Namun, gadis itu masih belum mau. Ia masih ingin tinggal di tempat yang saat ini ia tinggali."
Memori otak Wisnu kembali mengulang saat pertama ia bertemu dengan Citra. Sejak pertemuan pertama itu, ia menyampaikan maksud dan keinginannya kepada si gadis kecil untuk memboyongnya tinggal di kediamannya. Namun, gadis itu kekeuh untuk tetap tinggal di sana. Dan hari ini, ia akan mencoba untuk kembali membujuknya. Barangkali, ia berubah pikiran dan mau untuk diajak tinggal dengannya.
Bayang-bayang kondisi tempat tinggal yang ditinggali oleh Citra kembali mengusik ketentraman batinnya. Kondisi tempat tinggal yang terbuat dari papan triplek yang sungguh tidak pantas jika disebut sebagai rumah. Lingkungan yang sedikit kotor karena merupakan kawasan di mana banyak orang yang menggantungkan kehidupan mereka dengan bekerja menjadi pengepul barang-barang bekas dan di mata Wisnu lingkungan seperti itu sungguh sangat tidak sehat bagi anak seusia Citra. Hal itulah yang membuat duda berusia empat puluh tahun itu bersikeras untuk membujuk si gadis kecil agar mau ia ajak untuk pindah. Sungguh, gadis kecil itu sangat pantas untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih layak daripada saat ini.
"Ini sudah jam sepuluh, lalu kapan Tuan Wisnu akan berangkat?"
"Aku akan segera berangkat Bim. Tolong handle terlebih dahulu pekerjaanku. Setelah selesai semua urusanku, aku akan segera kembali ke kantor."
"Baik Tuan. Hati-hati di jalan."
Wisnu yang sebelumnya berdiri di dekat bagasi, ia ayunkan kakinya untuk bisa menjangkau pintu kemudi. Ia masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan kendaraannya. Perlahan, mobil yang dikemudikan oleh Wisnu bergerak meninggalkan pelataran kantor dan mulai hilang dari penglihatan Bima.
🍁🍁🍁🍁
Wajah duda berusia empat puluh tahun itu nampak begitu berseri kala mobil yang ia kendarai berhenti tepat di area parkir pemakaman. Ia turun dari mobil kemudian menuju bagasi untuk mengambil semua barang yang tersimpan di sana. Setelah semua totebag berhasil ia genggam, ia mulai melangkahkan kaki untuk menuju tempat tinggal si gadis kecil penjual bunga.
Jejak langkah kaki duda itu terlihat begitu bersemangat menyusuri jalanan sempit ini. Jalan sempit yang di sisi kanan kirinya terlihat bangunan-bangunan semi permanen yang hanya terbuat dari papan triplek. Meski terlihat sedikit kumuh namun sama sekali tidak menyurutkan niat baik sang duda untuk bisa segera bertemu dengan gadis kecil itu.
Entah apa yang terjadi kepadanya. Semenjak bertemu dengan Citra, ada sesuatu berbeda yang terjadi dalam dirinya. Ia merasa benar-benar menyayangi gadis kecil itu. Dan ia ingin agar kehidupan Citra senantiasa berada di bawah kata bahagia. Mungkin menjadi hal sangat wajar bagi Wisnu. Karena selama ini, ia tidak memiliki anak dari pernikahannya dengan Dira. Sehingga kehadiran Citra bisa membuatnya merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ayah yang senantiasa mencurahkan cinta kasihnya untuk sang putri. Sungguh kebahagiaan yang begitu sederhana. Dapat mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya untuk gadis kecil yang bahkan sama sekali tidak memiliki hubungan apapun terhadapnya.
Langkah kaki yang sebelumnya terlihat begitu tergesa-gesa agar dapat segera tiba di tempat tinggal Citra, kini mulai melandai kala sorot mata Wisnu menangkap suasana ramai di sekitar tempat tinggal Citra. Dan yang lebih membuatnya tercengang adalah ketika manik matanya menangkap bayang orang-orang yang memakai pakaian serba hitam. Keadaan seperti inilah yang seketika membuat jantungnya berdegup kencang tiada beraturan. Tangan yang sebelumnya begitu erat menggenggam beberapa totebag, perlahan mulai mengendur dan benar saja, apa yang ada di dalam genggaman tangannya jatuh begitu saja.
"Citra!!"
Tanpa memperdulikan totebag yang isinya mulai berserakan di atas tanah, Wisnu mengambil langkah kaki lebar untuk bisa menjangkau rumah gadis kecil itu. Tidak perduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya, Wisnu mulai menerobos kumpulan orang yang berlalu lalang di kediaman Citra. Sekelebat bayangan buruk terlintas di dalam benak Wisnu. Ia sungguh khawatir jika sesuatu yang buruk telah menimpa gadis kecil itu.
Derap langkah kaki Wisnu terhenti kala ia telah sampai di ambang pintu. Manik matanya menangkap sesuatu yang telah terbujur kaku yang di tutupi dengan kain jarik. Dan di sisi tubuh yang terbujur kaku itu nampak seorang gadis kecil yang mengisakkan tangisnya pilu.
"Citra?"
Panggilan lirih Wisnu sukses membuat kepala Citra yang sebelumnya menunduk, kini sedikit terangkat. Dan tatapan matanya bersirobok dengan tatapan Wisnu.
"Paman Wisnu .... Nenek!"
Tak kuasa menahan segala rasa yang bergejolak dalam dada, Wisnu kembali mengayunkan langkah kakinya untuk mendekat ke arah gadis kecil itu. Tubuhnya sedikit membungkuk dan ia luruhkan di sisi tubuh kecil Citra. Tanpa membuang banyak waktu, Wisnu menarik tangan gadis kecil itu dan ia bawa ke dalam dekapannya.
"Sabar ya Sayang .... sabar!"
🍁🍁🍁🍁🍁
Tangis pilu dari bibir kecil Citra masih terdengar begitu menyayat hati. Sedari tadi, ia bahkan tiada henti menangis, menumpahkan segala duka dan lara yang mungkin terasa menggerus batinnya. Dan di sini, di samping gundukan tanah yang masih basah ini, Citra masih menangis tergugu.
"Paman .... apakah Tuhan tidak menyayangi Citra? Mengapa Tuhan meminta orang-orang yang Citra sayangi untuk beristirahat terlebih dahulu? Dulu bunda, dan sekarang nenek. Apakah Tuhan memang menginginkan Citra untuk hidup sendiri di dunia ini?"
Dengan derai air mata yang mengalir deras dari jendela hati, Citra mencoba untuk mencurahkan segala rasa yang ia rasakan. Meski terdengar begitu polos namun sungguh, hanya menyisakan kepedihan di hati Wisnu.
Wisnu kembali menarik tubuh kecil Citra dan ia dekap dengan erat. Ternyata apa yang beberapa waktu yang lalu terjadi kepadanya, kini terjadi kepada gadis kecil ini. Ya, mereka sama-sama ditinggalkan oleh nenek tercinta. Namun, yang membuat Wisnu merasakan kepedihan yang mendalam, adalah saat gadis kecil seusia Citra sudah ditinggalkan oleh orang-orang yang ia cintai. Yang kini membuatnya hidup sebatang kara, tiada satu pun yang menemani dan yang menjadi teman untuk berbagi.
"Yang kuat ya Sayang. Citra harus tetap kuat. Percayalah jika apa yang Citra alami ini merupakan salah satu cara Tuhan menunjukkan kasih sayangNya kepada Citra."
"T-Tapi mengapa Tuhan mengambil semua orang yang Citra miliki, Paman? Mengapa Tuhan tidak membiarkan orang-orang yang Citra sayangi untuk tetap berada di dekat Citra."
Wisnu mengusap-usap punggung Citra dan mengecup pucuk kepalanya dengan intens. Berupaya untuk memberikan kekuatan. "Tuhan jauh lebih mengetahui apa yang terbaik untuk nenek Citra. Citra lihat bahwa beberapa hari ini nenek terlihat kesakitan bukan?"
Masih berada di dalam dekapan Wisnu, Citra menganggukkan kepalanya. "Iya Paman. Nenek memang sakit."
"Nah, sekarang Tuhan memanggil nenek untuk beristirahat agar nenek tidak lagi kesakitan. Tuhan memberikan sesuatu yang baik untuk nenek, Sayang. Jadi Citra harus yakin akan hal itu, bahwa Tuhan menyayangi bunda, nenek dan Citra sendiri."
"Tapi, sekarang Citra akan tinggal bersama siapa, Paman? Citra sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Citra pasti akan kesepian."
Wisnu mengurai sedikit pelukannya. Ia tersenyum penuh arti di hadapan Citra sembari menyeka kristal bening yang mengalir deras di pipi gadis ini. "Citra jangan bersedih lagi ya. Citra masih memiliki Paman Wisnu yang akan selalu menemani Citra."
Citra terperangah. "P-Paman..."
"Paman kembali memintamu Sayang. Tinggallah bersama Paman. Paman berjanji akan mencurahimu dengan kasih sayang dan cinta kasih yang tidak akan pernah berhenti mengalir."
"T-Tapi Paman..."
Wisnu menggeleng pelan. "Sudah, Citra tidak perlu memikirkan apa-apa lagi. Setelah ini Citra ikut Paman untuk tinggal di rumah Paman. Di sana, Citra akan mendapatkan apa yang selama ini belum pernah Citra dapatkan."
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Kita fokus ke kehidupan Wisnu dan Citra dulu ya Kak.. Sebelum duda itu bertemu dengan seorang wanita yang berhasil mengusik ketentraman batinnya... Hihihi hihihi sabar yah😘😘😘
Jangan lupa like dan komentarnya Kakak..
Salam love, love, love❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Najwa Aini
untuk ukuran gadis sekecil Citra, dia cerdas banget ya
2022-02-11
0
Ugieh Azha Sugiharti
Ayahnya kmn ya?
2022-01-16
0
ARSY ALFAZZA
mantap
2022-01-02
0