"kak Gazza kenapa?" tanya Elisa penasaran sekaligus sedikit sedih mendengar nama pria yang membuatnya sakit hati.
Dasha menghela napas pelan, "mukamu seperti tidak biasanya El,kau ada masalah?" tanya Dasha hati-hati. Gadis itu sangat yakin jika sahabatnya ini ada masalah,termasuk masalah dengan Gazza. Sebagai adik tentu ia merasa ada yang tidak beres dengan abangnya. Terlebih,Gazza akhir-akhir ini sering pulang malam padahal tidak ada jadwal kegiatan diluar sama sekali.
Elisa menggeleng pelan,untuk saat ini ia tidak bisa mengatakan apapun pada Dasha. Ia harus menyelesaikan masalahnya sendiri.
"aku? aku tidak kenapa-kenapa kok. Kuy kita buat cappucino cincau. " tanya Elisa mengalihkan topik lalu mengajak Dasha keluar dari kamar.
"aku malas El." gumam gadis itu,membuat Elisa menghela napas melihat sahabatnya yang satu ini. Belum lama ini Elisa sering dikejutkan dengan sifat Dasha yang tidak biasanya,ia pun baru tau jika Dasha pemalas,dan lain-lain. Sangat jauh dari kata sempurna gadis itu,namun jika dirinya di kampus ia sangatlah sempurna. Elisa pun berdecak kagum memiliki sahabat seperti Dasha.
"haiis kenapa kita nggak pesan online aja sih?" gerutunya menatap malas kearah Elisa.
"heh,jangan malas. Selagi bisa bikin sendiri kenapa tidak kita saja yang bikin Sha. Ck,kau ini tidak boleh malas." gerutu Elisa lagi.
"huwaah nggak mau." tolaknya lagi.
"ish,kau ini manja sekali. Huft." Elisa pasrah,lalu ia menatap perut Dasha yang tampak sedikit membuncit itu,ia pun menyerngit heran kearah Dasha.
"Sha,perutmu memang buncit kek gitu yaa?" tanya Elisa bingung.
"hah? buncit?" tanya Dasha yang juga ikut kebingungan,ia pun menatap perutnya langsung. Sontak ia pun tertawa pelan, "ahahahaha,ini hasil makanku pagi siang malam. Ini perut sudah banyak asupan nutrisi yang masuk." ucap Dasha bangga mengelus perutnya yang sedikit buncit itu.
"gilaa kau makan atau doyan sih?" ucap Elisa menatap tak percaya sahabatnya.
"doyan keknya." ucap Dasha terkekeh kembali mengelus perutnya dengan lembut. Elisa berdecak pelan menatap Dasha,dan berjalan kearah dapur.
"Kau mau buat apa El?" tanya Dasha menatap Elisa tengah sibuk mengeluarkan barang-barang dari lemari.
"aduh Dashaku sayang,tadi kan sudah aku bilang mau buat cappucino cincau. Masa kau lupa sih??"gemas Elisa mencubit pipi Dasha dengan gemas seperti mencubit squisy.
"tapi bisa jadi kau hamil nggak sih??" seru Elisa menatap Dasha.
Dasha terkejut dengan penuturan Elisa hanya menyengir pelan, "kalau aku hamil, pasti ada gejala kayak morningsick. Tapi dari kemarin nggak ada gejala itu." ujarnya sambil memotong cincau menjadi kotak kecil-kecil.
"iyaa kah? hmm bisa jadi kak Zayyan yang mengalami muntah nggak sih?" tebak Elisa lagi.
Dasha pun menggeleng lagi, "nggak tuh,dia baik-baik aja. Aku lihat malah dia seperti biasanya. Aku juga pernah sih liat artikel yang bilang suami juga bisa mengalami gejala itu." terang Dasha lagi.
"aneh. Tunggu,apa kau dan kak Zayyan udah pernah??"
Dasha mengangguk pelan sambil tersipu malu,membuat Elisa berdecak pelan dan menggeleng-geleng kepala.
"astaga."
"hahahaha kau juga bakalan ngerasain kok nanti,makanya cepat nikah." seru Dasha sambil menepuk pundak Elisa.
"ish teman nggak ada akhlak. Boro-boro pasanganku aja belum ada." gumam Elisa.
"tuh,abangku kan ada. Belum soldout." seru Dasha,tetapi membuat Elisa sedikit murung mendengar nama Abang dari sahabatnya itu. Mengingat tadi pagi ia baru saja bertemu dengan pria itu dan mengetahui fakta mengejutkan yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Dasha tidak menyadari raut Elisa,dirinya malah sibuk memakan potongan cincau yang baru saja ia potong. Entah lapar atau doyan,ia memakan cukup banyak potongan cincau itu.
"astaga Sha,kau hampir memakan semuanya!" pekik Elisa menatap sahabatnya tanpa sadar hampir menghabiskan cincau itu. Dasha tersentak lalu menyengir pelan.
"ya ampun,maaf. Serius aku nggak sadar udah makan separoh hehehehe."
"ya ampun ini anak." gerutu Elisa begitu gemas menatap sahabatnya,tetapi ia juga beruntung Dasha tidak melihat rautnya tadi,mungkin saat waktu yang tepat barulah ia akan mengatakan pada Dasha tentang masalahnya.
"abis ini kita mau ngapain?" tanya Dasha menatap capuccino itu tengah diblender. Air liurnya hampir menetes menatap betapa segarnya cappucino itu.
Dasha begitu bingung dengan dirinya sendiri,kenapa dirinya tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak makan banyak. Apalagi,entah sudah banyak asupan gizi yang masuk kedalam mulutnya.
"Dasha,serius deh. Kayaknya kau benaran hamil lah." seru Elisa menatap Dasha tengah asyik mengelus perutnya sendiri. Dasha lagi-lagi tersentak, "hahahaha,masa sih?"
"iyaa,sekarang biar aku tanya kau,kapan terakhir kali menstruasi?" tanya Elisa sambil menuangkan capuccino kedalam gelas masing-masing.
Dasha tampak berpikir, "hmm lupa kapan,emangnya kenapa?"
Elisa menepuk jidatnya pelan, "haduh,sebaiknya kau pergi ke dokter kandungan deh."
"untuk apa? nanti yang ada buat malu aja."
"ih bukan loh,pastiin aja beb,takutnya memang ada isi kan nggak lucu baru tau pas dah berbulan-bulan." oceh Elisa lagi.
"hmm besoklah aku tanya bang Zayyan." ucapnya sambil menuangkan topping capuccino diatas minumannya.
"eh iyaa woi!! suami kau kan dokter! kenapa kau tidak tanyakan langsung padanya sih?!" gemas Elisa mengingat suami sahabatnya itu adalah seorang dokter yang baru saja wisuda satu bulan yang lalu.
Dasha menepuk jidatnya," eh iya deng,baru ingat kalau suami sendiri dokter. Ckckckck,tapi kan dia bukan dokter kandungan El." ucap Dasha lagi.
"aih,memang bukan dokter kandungan,tapi mungkin dia tau gejala orang hamil gimana." gerutu Elisa menatap Dasha dengan penuh kesabaran.
"hehehehe,iya iyaa nanti aku tanyain dia." seru Dasha menyeruput cappucino cincau miliknya. Lalu ia melirik kearah jendela, "eh mau hujan yaa."
Elisa pun mengikuti arah pandang Dasha dan mengangguk menyetujui Dasha, "iyaa." jawabnya dengan lirih memandang kosong setiap rintikan hujan yang mengguyur membasahi tanah.
***
Sama halnya dengan kedua gadis itu, Gazza juga tampak menikmati udara dingin yang menerpa wajah tampannya. Gazza memegang sebuah kunci kecil ditangannya,dan diatas meja ada sebuah kotak kecil yang masih digembok.
"cih,kenapa aku tidak bisa melupakanmu Al,padahal udah empat tahun kau meninggalku." lirih Gazza lalu membuka secara perlahan kotak yang masih terlihat cantik walau sedikit rapuh itu.
Saat ia membuka kotak kecil itu,banyak berisi harapan mereka berdua. Kotak kecil kayu itu Almira sendiri yang membuatnya. Gazza sangat ingat jika Almira ingin menjadi pemahat kayu terkenal. Ukiran kayu itu sangat unik dan tidak mudah dibuat oleh siapapun. Tetapi,harapan semua itu sirna begitu saja,mengingat sang pemilik kotak kecil itu telah tiada.
"sial, harusnya aku lebih cepat menyelamatkanmu waktu itu Al." lirih Gazza menyesal sedalam-dalamnya.
•
•
•
~ Please Forgive Me~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
FUZEIN
Sy teruskan baca..
2023-05-12
0